BAB I pendahuluan kifosis.docx

Published on December 2016 | Categories: Documents | Downloads: 70 | Comments: 0 | Views: 257
of 9
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis
pembangunan
kesehatan
yang
diharapkan
adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya
bangsa (Depkes RI, 2009).
Perilaku
masyarakat
yang
diharapkan
dalam
Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar
hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat
sehat dan aman (safe community) (Depkes RI, 2009).
Pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan RI
Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu
“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”
Banyak hal yang dapat mengganggu kesehatan yang
dapat dimulai dari kesalahan tubuh dalam bersikap yang
biasanya
dikenal
dengan
penyimpangan
postur.
Penyimpangan postur adalah postur tubuh yang terbentuk
dari hasil peningkatan ketegangan otot atau pemendekan
otot sedangkan otot yang lain memanjang dan lemah
akibat kesalahan tubuh dalam bersikap pada saat aktivitas
sehari-hari (Solberg, 2008).
Aktivitas yang tinggi pada orang-orang yang bekerja
dengan posisi duduk lama dan menetap (sedentary life)
dengan sikap yang salah cenderung menyebabkan
gangguan pada postur seperti skoliosis, lordosis,

kifolordosis, kifoskoliosis, hiperkifosis, dan round back.
Penyimpangan postur ini tidak sesuai dengan postur
(alignment) yaitu penempatan posisi tubuh yang
berhubungan dengan gravitasi dan base of support.
Penyimpangan postur dalam bidang sagital dimana kurva
torakal melebihi normal disebut hiperkifosis atau kifosis
torakal (Kendall et al, 2005).
Pada pembahasan ini akan ditelaah lebih dalam
mengenai kifosis torakal, dimana judul penelitian skripsi ini
yaitu “Penambahan Mobilisasi Torakal Menggunakan Muscle
Energy Techniques pada Postural Auto Correction Exercise
Memperbaiki Kurva Torakal Tidak Lebih Baik pada Kasus
Kifosis”.
Kesalahan sikap tubuh yaitu kifosis torakal akan
mengganggu kesehatan yang menyebabkan nyeri akibat
stress mekanik pada tulang belakang, ketidakseimbangan
otot, upper crossed syndrome, stress pada ligament,
keterbatasan gerak torakal, gangguan pernapasan dan
sindroma 3 miofascial (Chaitow, 2006; Paterson, 2009;
Kisner and colby, 2007). Kifosis torakal secara umum, juga
mengganggu penampilan fisik akibat sikap tubuh yang
buruk, kongenital atau akibat dari proses penuaan (M. Kado
et al, 2004).
Pada orang muda, sudut kifosis normal berkisar
antara 100 dan 250 . Pada orang dewasa sampai usia
lanjut, sudut kifosis torakal yaitu 300 sampai 450 pada
wanita dan 400 pada pria. Nilai sudut ini bervariasi yang
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan kondisi
patologis (Macagno and O’Brien, 2006). Hiperkifosis pada
remaja dan dewasa kelengkungan torakal lebih dari 40o .
Peningkatan kurva kifosis torakal dapat disebabkan
oleh berbagai patologi seperti scheurmannn’s disease,
malformasi kongenital pada vertebra, kondisi paralisis
seperti cerebral palsy, stroke, dan polio, paska trauma, dan
kondisi inflamasi atau peradangan sendi secara degeneratif
seperti ankylosing spondylitis dan osteoporosis (Macagno
et al, 2006). Meskipun tidak diketahui secara pasti
prevalensi dan insidensi hiperkifosis, pada usia lanjut
antara
20%
dan
40%.
Fraktur
vertebra
hanya
menyumbangkan 36% sampai 37% pada sebagian kasus

kifosis yang berat. Secara umum, pertambahan usia
berhubungan dengan peningkatan kifosis torakal. Wanita
cenderung lebih cepat mengalami peningkatan kurva
kifosis
torakal
dibandingkan
pria
seiring
dengan
bertambahnya usia. (M. Kado et al, 2007).
Menurut Hertling and M.Kessler (2006) terdapat 4
tipe deformitas kifosis yaitu (1) lokalisasi, berlebihannya
angulasi posterior yang disebut gibbous atau hump back,
(2) dowager’s hump, yang disebabkan oleh 4 osteoporosis
paska menopause pada wanita, (3) pengurangan inklinasi
pelvis (200 ) dengan lumbar flat, dan (4) pengurangan
inklinasi pelvis (200 ) dengan toracolumbal atau kifosis
torakal (round back). Sedangkan secara umum dikenal tiga
jenis kifosis: (1) kifosis kongenital (kelainan bawaan sejak
di rahim), (2) kifosis postural banyak ditemui pada remaja
putri, (3) Scheuermann’s khyphosis yang banyak terjadi di
usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu
kurus.
Kifosis yaitu penyimpangan postur dalam bidang
sagital yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
terjadi secara kongenital, faktor sikap tubuh yang salah
pada saat bekerja dan berolahraga, serta akibat dari
kesalahan sikap tubuh saat beraktifitas seperti duduk atau
berdiri dengan tubuh membungkuk dalam waktu lama dan
statis (M. Briggs et al, 2007). Pekerjaan seperti sekretaris,
penulis, dokter gigi, programmer komputer, dengan posisi
membungkuk dalam waktu lama (Hertling and M.Kessler,
2006). Beberapa olahraga mempengaruhi peningkatan
kurva kifosis torakal dimana posisi trunk fleksi yang statis
dan lama seperti balap sepeda, balap motor, renang, sky,
kano, dan tenis meja (Alricsson dan Werner, 2006; LopezMinnarro dan Alacid, 2010; Lopez Minarro et al, 2010;
Pajabi et al, 2008).
Postur
kifosis/hiperkifosis
ditandai
dengan
peningkatan kurva torakal, protraksi skapula, dan disertai
forward head position. Berpotensi menyebabkan nyeri
karena stress pada ligament longitudinal posterior,
kelelahan otot erector spine dan rhomboid, thoracic outlet
syndrome, dan upper crossed syndrome. Selain itu postur
kifosis menyebabkan ketidakseimbangan otot, ketegangan

otot 5 dada depan (otot intercostalis), otot-otot anggota
gerak atas yang berorigo pada thorax, (pectoralis mayor
dan minor, latissimus dorsi, dan serratus anterior), otot
servikal dan kepala yang berhubungan pada skapula
(levator skapulae dan upper trapezius), dan otot regio
servikal, penguluran dan kelemahan erector spine dan otot
retraksi skapula (rhomboid dan upper dan lower trapezius)
(Kisner and colby, 2007).
Pada postur kifosis dijumpai diskus mengalami
pemipihan pada bagian ventral dan pelebaran pada bagian
dorsal, akibatnya nukleus terdorong dan terjebak pada
bagian dorsal, sehingga gerak ekstensi terkunci dan terjadi
kontraktur pada posisi tersebut, serta membuat iritasi pada
ligament longitudinal posterior. Selain itu terjadi
pemendekan ligament-ligament vertebralis yang dalam
jangka waktu yang lama akan terjadi kontraktur dengan
pola non capsular pattern. Selain itu pada kapsul ligament
terjadi pemanjangan pada satu sisi dan pada sisi lain
kapsul ligament akan mengalami pemendekan sehingga
memungkinkan terjadi tightness pada kapsul ligament
tersebut dengan firm end feel (Pratiwi, 2009).
Postur kifosis dapat dikoreksi dengan postural auto
correction
exercise.
Latihan
ini
bertujuan
untuk
memberikan peregangan pada bagian depan, memberikan
penguatan pada otot punggung, dan meningkatkan
stabilitas pada otot-otot abdomen dan otot punggung
untuk menyangga postur tegak melawan gravitasi
sehingga dapat memperbaiki kurva torakal.
Muscle energy techniques (MET) pada mobilisasi
torakal menggunakan teknik Post Isometric Relaxation (PIR)
dan ditambahkan dengan 6 teknik pulse (dorongan ke
anterior) pada proc.spinosus torakal yang bertujuan untuk
meningkatkan mobilitas sendi torakal yang mengalami
hipomobiliti serta meningkatkan fleksibilitas otot sehingga
tercapainya
keseimbangan
otot
yang
mendukung
perbaikan postur pada kondisi kifosis (Chaitow, 2006).
Kurva kifosis torakal dapat diukur menggunakan
kyphometer, goniometer, inklinometer, metode cobb’s, dan
flexicurve mtehod (M. Kado et al, 2007). Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan flexicurve method dengan alat

ukur flexible ruler. Flexible ruler yang dinamakan
flexicurve, telah banyak digunakan untuk pengukuran
kurva tulang belakang pada bidang sagital. Alat ini
memberikan keuntungan pemeriksaan yang mudah, cepat,
dan murah terhadap pengaturan klinis dan studi lapangan
dengan populasi yang besar. Flexicurve method memiliki
ICC 0,94 dan spesifitas 85% dan sensifitas 97% (FA and GA,
2007).
B. Identifikasi Masalah
Postur kifosis yang ditandai dengan peningkatan
kurva kifosis torakal, protraksi dan internal rotasi shoulder,
serta disertai forward head position, dapat menyebabkan
ketidakseimbangan otot yaitu upper crossed syndrome.
Upper crossed syndrome dimana terjadinya tightness pada
upper trapezius dan levator skapula pada dorsal
bersilangan dengan tightness pada pectoralis mayor dan
minor. Kelemahan pada deep servikal flexor pada ventral
bersilangan dengan kelemahan pada middle dan lower
trapezius. Pola ketidakseimbangan otot ini menyebabkan
joint dysfunction, terutama pada atlanto-occipital joint, 7
segment C4-C5, cervicothoracic joint, glenohumeral joint,
dan segment T4-T5. Perubahan postur yang terlihat pada
upper crossed syndrome yaitu forward head position,
peningkatan kurva lordosis servikal dan kifosis torakal,
elevasi dan protraksi shoulder serta rotasi atau abduksi
dan wing skapula. Perubahan postur ini mengakibatkan
berkurangnya stabilitas glenohumeral joint terutama pada
fossa glenoidale menjadi lebih vertikal menyebabkan
weakness pada otot serratus anterior yang menyebabkan
abduksi, rotasi, dan wing pada skapula. Hal ini
menyebabkan berkurangnya stabilitas pada levator skapula
dan upper trapezius dalam meningkatkan aktivasi untuk
mempertahankan posisi glenohumeral (Janda, 2010).
Selain terjadi ketidakseimbangan otot akibat dari
perubahan postur pada kifosis akan menyebabkan
pemipihan diskus pada bagian ventral dan pelebaran
diskuspada bagian dorsal sehingga nukleus terdorong dan
terjebak pada bagian dorsal, sehingga gerak ekstensi
terkunci, serta membuat iritasi pada ligament longitudinal

posterior, dan radix sehingga terjadi kontraktur pada posisi
tersebut. Selain itu pada kapsul ligament terjadi
pemanjangan pada satu sisi dan pada sisi lain kapsul
ligament
akan
mengalami
pemendekan
sehingga
memungkinkan terjadi tightness pada kapsul ligament
tersebut dengan firm end fell. Pada postur kifosis diikuti
dengan
kontraksi
otot
erector
spine
untuk
mempertahankan posisi tubuh agar tidak jatuh kedepan.
Kontraksi otot ini terjadi secara terus-menerus sehingga
otot erector spine menjadi hipertrofi, namun kontraksi yang
terus-menerus ini menimbulkan penjepitan 8 microsirculasi
dalam otot (Pratiwi, 2009) yang memperburuk kesehatan
akibat penyimpangan postur pada kifosis.
Penegakkan diagnosa fisioterapi kifosis dilakukan
standar pemeriksaan postur menggunakan plumb line atau
bandul. Plumb line merupakan alat pemeriksaan standar
pada postur yang mewakili garis vertikal tubuh dengan
prinsip kerja berdasarkan hukum gravitasi. Plumb line
digunakan dalam keilmuan sebagai garis yang mewakili
alignment tubuh untuk melihat apakah postur tubuh
mengalami deviasi (Kendall et al, 2005). Setelah dilakukan
pemeriksaan menggunakan plumb line kemudian dilakukan
pengukuran besarnya kurva kifosis torakal menggunakan
flexible ruler untuk mengetahui besarnya penyimpangan
nilai kurva kifosis torakal (FA and GA, 2007).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 376/MENKES/SK/III/2007 pengertian
fisioterapi yaitu “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada Individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual,
peningkatan
gerak,
peralatan
(fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, dan
komunikasi”
Intervensi
fisioterapi
pada
kifosis
bertujuan
memberikan perbaikan postur dengan mengoreksi kurva
kifosis torakal. Latihan korektif yang baik untuk perbaikan
postur pada kifosis postural dapat diberikan intervensi
postural auto correction exercise. Latihan ini bertujuan

untuk memberikan peregangan pada bagian depan,
memberikan penguatan pada otot punggung, dan
meningkatkan stabilitas pada otot-otot abdomen dan otot
punggung untuk 9 menyangga dan mempertahankan
postur agar tetap tegak melawan gaya gravitasi sehingga
dapat memperbaiki kurva torakal.
Selain itu, diperlukan intervensi tambahan untuk
mengembalikan mobilitas gerak torakal yang mengalami
hipomobiliti dan juga untuk mengembalikan keseimbangan
otot yaitu dengan teknik intervensi mobilisasi torakal
menggunakan muscle energy techniques (MET).
Mobilisasi torakal menggunakan muscle energy
techniques dengan teknik isometrik dan ditambahkan
teknik pulse (dorongan pada proc.spinosus torakal ke
anterior), memberikan pengaruh perbaikan sirkulasi darah
pada otot sehingga terjadi peningkatan oksigen ke otot
yang menimbulkan rileksasi otot sehingga spasme dan
ketegangan otot menurun. Tercapainya rileksasi otot akan
meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan otot postur.
Penurunan ketegangan otot paravertebra akan melepaskan
stress dan pemendekan pada kapsul ligament dan facet
joint serta memobilisasi gerak segmen torakal melalui
teknik pulse sehingga retriksi pada kapsul ligament
vertebralis berkurang dan terjadi peningkatan mobilitas
sendi torakal terutama pada gerak ekstensi torakal.
Tercapainya rileksasi otot, peningkatan fleksibilitas dan
keseimbangan otot serta peningkatan mobilitas ekstensi
torakal dapat mendukung perbaikan pada kurva kifosis
(Chaitow, 2006).
C. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini beberapa masalah yang akan
dipecahkan yaitu:
1. Apakah postural auto correction exercise dapat
memperbaiki kurva torakal pada kasus kifosis ?
2. Apakah kombinasi postural auto correction exercise dan
mobilisasi torakal menggunakan muscle energy
techniques dapat memperbaiki kurva torakal pada kasus
kifosis ?
3. Apakah penambahan mobilisasi torakal menggunakan
muscle energy techniques pada postural auto correction

exercise memperbaiki kurva torakal lebih baik pada
kasus kifosis ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penambahan mobilisasi torakal
menggunakan muscle energy techniques pada postural
auto correction exercise memperbaiki kurva torakal
lebih baik pada kasus kifosis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui postural auto correction exercise
dapat memperbaiki kurva torakal pada kasus kifosis.
b. Untuk
mengetahui
kombinasi
postural
auto
correction
exercise
dan
mobilisasi
torakal
menggunakan muscle energy techniques dapat
memperbaiki kurva torakal pada kasus kifosis.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Mengetahui,
memahami,
dan
menambah
pengetahuan tentang proses terjadinya kifosis secara
lebih mendalam.
b. Membuktikan
penambahan
mobilisasi
torakal
menggunakan muscle energy technique pada
postural auto correction exercise memperbaiki kurva
torakal lebih baik pada kasus kifosis.
2. Bagi institusi pendidikan
a. Sebagai referensi tambahan dalam penanganan
kasus kifosis yang diharapkan dapat dijadikan bahan
penelitian lebih lanjut.
b. Untuk menambah pengetahuan ilmiah dalam
pendidikan secara umum dalam meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
c. Membuka wawasan bagi Fisioterapi untuk berpikir
secara ilmiah dengan membuktikan teori ke dalam
berbagai penelitian.
3.
Bagi institusi pelayanan fisioterapi Memperkaya
pengetahuan dan mengembangkan teknologi Fisioterapi
dalam mengaplikasikan praktek klinik pada penanganan
kasus kifosis dengan terus melakukan pengkajian teori

secara evidence based sehingga peningkatan metode di
dalam penanganan kasus kifosis dapat lebih maksimal.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close