Luka Bakar

Published on March 2017 | Categories: Documents | Downloads: 72 | Comments: 0 | Views: 369
of 32
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content



Luka bakar di leher dan badan bagian depan


Fii Luph Icha



Anggota
January 27, 2015 at 3:35 pm

selamat sore dok,saya mau tanya adik saya terkena luka bakar pada bagian
leher dan badan bagian depan di karnakan meledukny gas.yg mau saya
tanyakan dok kenapa produksi sel darah putih adik saya trus meningkat dr
18000 menjadi 27000 bagaimana cara menurunkan nya dok??
dan apakah perlu penggunaan albumin?? karena sebelumnya sudah
memakai albumin 100ml di rumah sakit tetapi karena sel darahh putih truz
meningkat dokter di RS tsb menganjurkan untuk memakai albumin
kembali ??
terima kasih dok.
Quote

dr. Yusi Capriyanti

Dokter
January 27, 2015 at 5:56 pm

Hai,
Salah satu fungsi utama pada kulit adalah proteksi ( perlindungan ) baik
terhadap paparan fisik, kimiawi, maupun dari mikroorganisme yang bisa
menimbulkan penyakit.
Luka bakar artinya kehilangan kulit sehingga kehilangan fungsi proteksinya
dan seringkali diikuti dengan terjadinya infeksi.
Semakin luas luka bakar semakin rentan tubuh terhadap infeksi.

Peningkatan leukosit adalah salah satu indikator timbulnya infeksi. Semakin
tinggi leukosit berarti semakin berat infeksi yang terjadi.
Pada luka bakar juga banyak terjadi kehilangan albumin sehingga bisa
mengalami hipoalbuminemia ( albumin rendah).
Sedangkan salah satu fungsi albumin adalah sebagai mediator distribusi
obat, sehingga kadar albumin yang rendah berarti antibiotik akan kurang
efektif dalam melawan infeksi.
Kondisi hipoalbumin ini juga dianggap berhubungan erat dengan :
1. Pembengkakan.
2. Kesulitan penyembuhan luka.
3. Kemungkinan terjadinya sepsis / infeksi.
Indikasi pemberian albumin infus memang masih menjadi perdebatan
sampai saat ini.
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pemberian albumin infus
ini dapat mengurangi angka kematian. Namun dibutuhkan penelitian yang
lebih dalam untuk pemastiannya.
Untuk keputusan kebutuhan albumin infus pada pasien luka bakar ini,
konsultasikan lebih lanjut dengan dokter yang menangani.
Dokter adik Andalah yang akan bisa menilai kepentingan pemberian albumin
pada kasus Anda. Konsultasikan juga kepada dokter kemungkinan terapi lain
yang bisa diberikan selain albumin infus.
Semoga membantu.
Salam,
Dr. Yusi
Quote

Dr. Jessica Winoto

Dokter
January 27, 2015 at 6:09 pm

Hai,
Komplikasi dari luka bakar yang luas atau dalam diantaranya adalah infeksi.
Luka bakar menyebabkan kulit menjadi rentan terhadap infeksi bakteri, dan
kondisi ini dapat menyebabkan jumlah leukosit meningkat. Biasanya diatasi
dengan terapi antibiotik.
Setelah terjadi luka bakar yang hebat, dapat terjadi respon hipermetabolik
(kecepatan metabolisme meningkat, yang menyebabkan katabolisme otot
dan supresi imun tubuh). Kehilangan masa tubuh ini juga berhubungan
dengan infeksi, sehingga dibutuhkan nutrisi yang memadai.
Pemeriksaan laboratorium serum prealbumin dapat menjadi penanda nutrisi.
Penurunan maksimal biasanya terjadi pada hari ke 6 dan 8 setelah terjadi
luka bakar. Jika tetap menunjukkan level yang rendah setelah minggu ke 2,
maka dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis
(http://www.alodokter.com/sepsis) , waktu rawat inap yang lebih lama,
kemampuan penyembuhan yang lama, bahkan kematian.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter yang merawat, untuk kebutuhan
albumin yang masih diperlukan dan penanganan yang diberikan untuk
proses penyembuhan.
Halaman berikut membahas lebih detail tentang luka bakar:
http://www.alodokter.com/luka-bakar/
Semoga bermanfaat,
Dr. Jessica Winoto

PENGERTIAN LUKA BAKAR

Luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang sering disebabkan oleh panas
dan bisa sangat menyakitkan hingga mengakibatkan gejala seperti:



Kulit memerah



Kulit mengelupas



Luka melepuh



Kulit hangus



Pembengkakan

Berikut ini adalah beberapa penyebab luka bakar yang sering terjadi:


Suhu panas. Biasanya disebabkan oleh api, uap, cairan, atau benda yang
panas.



Listrik. Ini bisa disebabkan karena terkena arus listrik atau pun petir.



Sinar matahari. Kondisi ini disebabkan karena pajanan terhadap sinar
matahari. Beberapa alat untuk menggelapkan warna kulit juga bisa mengakibatkan
luka bakar.



Kimia. Biasanya disebabkan karena bersentuhan dengan bahan kimia rumah
tangga maupun industri.



Radiasi. Peralatan seperti X-ray dan terapi radiasi untuk penderita kanker
juga bisa mengakibatkan luka bakar pada kulit.

Selain menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit, penyebab-penyebab di
atas juga bisa melukai bagian tubuh lainnya, seperti otot, pembuluh darah,
saraf, paru-paru, dan mata.

Tingkat Keparahan

Bagi Anda yang mengalami luka bakar ringan, pastikan untuk membersihkan
daerah yang terkena luka bakar. Hindari memecahkan sendiri luka melepuh
pada kulit. Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi terhadap luka,
terlebih ketika Anda memecahkan luka melepuh dengan benda yang tidak
steril.
Tingkat keparahan luka bakar seseorang sangat tergantung kepada:


Ketebalan lapisan kulit yang terbakar



Ukuran dan lokasi luka bakar



Penyebab luka bakar



Usia dan faktor kesehatan penderita luka bakar

Terdapat beberapa luka yang harus langsung ditangani oleh IGD di rumah
sakit, terutama luka bakar akibat bahan kimia dan listrik. Luka bakar yang
besar dan dalam juga perlu ditangani secepatnya. Begitu juga dengan luka
bakar pada sebagian lapisan kulit wajah, tangan, lengan, kaki, atau alat
kelamin juga dianggap sebagai kondisi yang memerlukan penanganan
medis. Terutama pada wanita hamil dan juga balita, luka bakar juga harus
mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Operasi plastik mungkin
diperlukan jika luka bakar yang terjadi terlalu parah.
Jika Anda menghirup asap atau pun uap kimia atau bersuhu panas, Anda
juga perlu diperiksa secara medis. Menghirup uap panas atau gas bisa

menyebabkan paru-paru terluka. Menghirup gas beracun seperti
karbonmonoksida bisa mengakibatkan kondisi keracunan.

Pengobatan Luka Bakar

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menangani luka bakar
sebagai pertolongan pertama. Langkah pertama adalah mendinginkan luka
bakar yang terjadi dengan air biasa kira-kira selama 20-30 menit. Pastikan
tidak memakai es, air es, krim, atau bahan yang berminyak untuk
mendinginkan luka bakar. Es atau pun air es yang diterapkan secara
langsung, bisa membuat luka makin parah.
Singkirkan pakaian atau pun aksesoris yang menutupi kulit yang terbakar.
Jika pakaian atau pun aksesoris yang ada sudah menempel pada kulit yang
terbakar, usahakan untuk tidak mengangkatnya.
Pastikan orang yang mengalami luka bakar tetap merasa hangat. Bisa
menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya, tapi jangan sampai
menggores bagian kulit yang mengalami luka bakar. Luka bakar bisa ditutupi
dengan plastik atau perban steril.
Dan terakhir, penderita disarankan untuk minum obat pereda rasa sakit
sepertiparasetamol atau ibuprofen jika sakit mengganggu atau terasa tidak
tertahankan. Bacalah petunjuk dan peringatan yang terkandung di bungkus
obat sebelum mulai mengonsumsinya.
Bayi dan anak kecil sering mengalami luka bakar serius karena kelalaian atau
karena mereka bermain dengan peralatan dan perlengkapan rumah. Berikut
ini adalah beberapa cara untuk menghindarkan anak mengalami luka bakar:


Ajari anak untuk tidak bermain di wilayah dapur. Banyak peralatan atau
bahan yang bisa menimbulkan luka bakar.



Usahakan untuk menyetrika di atas meja yang cukup tinggi dan jauh dari
jangkauan anak kecil. Jangan lupa untuk segera mematikan setrika setelah
memakainya.



Simpan korek api atau peralatan yang dapat menghasilkan api jauh dari
jangkauan dan penglihatan anak-anak.



Jauhkan minuman panas dari anak kecil.



Ajari anak untuk tidak dekat-dekat dengan knalpot kendaraan yang panas
atau kendaraan yang baru dipakai.
Periksa suhu air yang akan dipakai untuk mandi bayi Anda. Gunakan siku



Anda untuk memeriksa kehangatan air.
Berikan pengertian tentang peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang



bisa menyebabkan luka bakar pada anak Anda. Terutama perlengkapan yang
menggunakan arus listrik.

RUMUS MENGHITUNG DERAJAT LUKA BAKAR
10 Juli 2013 in keperawatan | Tags: derajat luka bakar, penanganan luka bakar, rumus lika bakar

Definisi
Luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.6
1.

Penyebab Luka Bakar

Penyebab LB dapat digolongkan dalam beberapa jenis : 3

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kobaran api di tubuh (flame)
Jilatan api ke tubuh (flash)
Terkena air panas (scald)
Tersentuh benda panas (kontak panas)
Akibat sengatan listrik
Akibat bahan kimia
Sengatan matahari (sun burn)

Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan masalah besar dan jarang terjadi. LB akibat kobaran
api dan jilatan api sering terjadi pada orang dewasa sedangkan bayi dan anak-anak lebih sering
tersiram air panas. 3
Kecelakaan akibat kompor/petromak yang meledak, drum, karbit meledak, kobaran api pada tangan
yang dicuci dengan bensin dan lain-lain sering terjadi. Minyak panas dan benda-benda panas sering
menjadi sumber penyebab LB pada ibu-ibu rumah tangga. Penelitian di Belanda menunjukkan 70 %,
kejadian LB terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat
kecelakaan lalu lintas.
Usia rata-rata penderita LB yang memerlukan perawatan di RS adalah 26,8 tahun dan umumnya pria
(74,7%).3
Perhitungan Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung
secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada
orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Untuk keperluan
pencatatan medis, digunakan kartu luka bakar dengan cara LUND & BROWDER. 1,8

1.

Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski dan Tennison dari
WALLACE :

2.

Kepala dan leher : 9%

3.

Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)

4.

Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)

5.

Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%

6.

Perineum dan genitalia : 1%

Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan
penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas tubuh.
1.

Perhitungan luas luka bakar menurut Lund dan Browder :

Area

0

1

5

10

15

dws

A : 1/2 bagian kepala

9,5

8,5

6,5

5,5

4,5

3,5

B : 1/2 bgn tungkai atas

2,75

3,25

4

4,25

4,5

4,75

C : 1/2 bgn tungkai bawah

2,25

2,25

2,75

3

3,25

3,5

Klasifikasi Luas Luka Bakar
Penderita LB dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar. Klasifikasi ini selalu
dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar dan kita kenal sebagai derajat luka bakar.
Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas dan
tergantung oleh 2 faktor berikut : 3
1.

Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh.

2.

Rambatan panas pada jaringan (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan).

Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat (nekrosis)
sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang cukup mengandung air
akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan. 3

Bagan
(Klasifikasi LB) 1

Jaringan
Klasifikasi yang rusak
I

Epidermis

II

Sebagian
dermis,
Dangkal folikel,
rambut dan
kelenjar
keringat utuh
Dalam Hanya
kelenjar
keringat yang
utuh

III

Dermis
seluruhnya

Klinis


Sakit



Merah



Kering

Tes Jarum
“Pin prick”

Waktu
Sembuh

Hiperalgesi 7 hari

Sakit
Hiperalgesi 7 – 14 hari
merah/kuning, atau normal
basah, bula

Hasil
Normal

Normal,
pucat,
berbintik

Sakit
Hipoalgesi 14 – 31 hari
merah/kuning,
basah, bula

Tidak sakit,
Analgesi
putih, coklat,
hitam, kering

Pucat,
depigmentasi,
rata,
mengkilat,
rambut (-),
cicatrix,
hipertropi
21 hari
Cicatrix,
persekundam hipertropi

Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka kerusakan kulit dan perlu
tidaknya penderita LB mendapat perawatan intensif, yaitu : 3
1.

Luka bakar sebagian tebal kulit (Partial – thickness burn).

2.

Luka bakar seluruh tebal kulit (full thickness burn).

Karena LB sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun dalamnya jaringan yang
terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang memerlukan perawtan dan pengobatan di
Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai patokan sebagai berikut : 3

1.
2.
3.
4.

LB kritis (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif
LB II > 30 °% LPT
LB III > 10% LPT
LB dengan komplikasi pada asaluran nafas, fraktur, trauma jaringan
lunak yang hebat.
5.
LB akibat sengatan listrik
6.
LB III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan dan
kaki.
1.
LB sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik,

2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

biasanya tak seintensif LB kritis)
LB II dangkal > 15% LPT (dewasa); 10% LPT (anak-anak)
LB II dalam antara 15 – 30% LPT
LB III <>
LB ringan
LB I
LB II <>
LB III <>
Perubahan Anatomi Patologi pada Kulit dan Perubahan Fisiologi
Perubahan anatomi patologik pada kulit

Pada LB terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma panas menghasilkan
perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu zone dengan sel-sel mati sehingga sifatnya
irreversible (zona koagulasi) dan daerah paling luar yang memperlihatkan hiperemia dimana
kerusakan sel sangat minim dan paling dini menunjukkan perbaikan (zona hiperemia). Diantara
keduanya terdapat zona statis dengan gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang bersifat sementara.
Tetapi zona statis ini sangat potensial untuk menjadi luka yang lebih luas dan lebih dalam sehingga
mengenai seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat peka terhadap infeksi dan kekeringan
yang menimbulkan kematian sel.
Dengan penanganan LB yang adekuat akan memberikan kesempatan kepada pembuluh darah untuk
menghilangkan sludging (pengendapan partikel padat dari cairan) dan hipoksia jaringan tidak
berlarut-larut.
1.

Perubahan Fisiologi

Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat
menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dijumpai pada
fase awal / akut / syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama. 7
Pada LB timbul beberapa macam gangguan fisiologik yang akut sifatnya
1. Gangguan Cairan
Terjadi perpindahan cairan dan elektrolit dari intravaskular ke ekstravaskular dan penguapan air yang
berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah tempat masuk
ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk kemudian sebagian melalui
kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok LB selain hipovolemia juga terjadi kekurangan
cairan ekstra sel dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel yang
memperberat syok.3
I Orang normal : 15 – 21 cc/jam/m2 LPT
Penderita LB : (25 – % LB)
cc/jam/m2 LPT
Panas yang hilang karena penguapan air
nsensible Loss

570 kkal/liter penguapan
2. Gangguan Sirkulasi dan Hematologi
Resistensi perifer naik karena sistem arteriol mengalami vasokonstriksi disamping viskositas darah
yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena sludging yang mengakibatkan
bertambah hebatnya gangguan sirkulasi perifer sehingga oksigenasi dan perfusi jaringan sangat
buruk.3
3. Gangguan Hormonal dan Metabolisme
Perubahan pada fungsi ini posisi anterior bersifat neurogen dan tidak jelas apakah dipengaruhi oleh
rangsangan metabolik.
Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma yang cukup lama. Rasa nyeri, ketakutan dan
kerusakan jaringan.
Pengaruh perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan adanya perubahan
metabolik dalam jaringan.3
4.Gangguan immunologi
Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagosintesa kuman-kuman, terperangkan dalam kapiler di zona
stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh adekuat akan terjadi
granulasi di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak, pada saat
penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis LB.3
1.

Penatalaksanaan

Penalataksanaan (assessment) dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah
standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma American College of Surgeons. Pada survei
primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D penderita 4
A – (airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx, pharinx) akibat cedera inhalasi yang
ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness). Kecurigaan dibuat bila
ditemukan oedem mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau
mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka
kematiannya sangat tinggi.
B – (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau
eschar melingkar di dada.
C – (Circulation) : Status volume pembuluh darah Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi
karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding pembuluh
darah). Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu
lanjutkan resusitasi cairan.
D – (disability) : Status neurologis pasien.
1.

Penanganan

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya,
dan pembatasan pembentukan jaringan parut. 5
1.
2.

Pertolongan I (Penanganan darurat di tempat kejadian)
Tidak panik, untuk memudahkan tindakan selanjutnya pertolongan diberikan untuk
mengurangi akibat yang terjadi kemudian.

3.

Mengurangi berat luka bakar

4.

Jauhkan benda panas : api dipadamkan (pakaian penderita ditanggalkan)

5.

Dinginkan tubuh

Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar ke bagian yang lebih dalam,
menyiram dengan air dingin 20° – 30 °C dan bersih sangat menolong, karena :


menurunkan suhu, sehingga mengurangi dalamnya luka



mengurangi nyeri



mengurangi oedem



mengurangi kehilangan protein

1.

Mengurangi rasa nyeri

Analgetik dapat diberikan secara oral atau suntikan (morfin / petidin) dan meletakkan bagian yang
terbakar pada posisi yang lebih tinggi.
1.

Jalan nafas

Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan pembersihan dan pemberian O 2.
1.

Mencegah shock

Pemasangan infus, luka bakar kurang dari 30% : 500 ml RL/jam; lebih dari 30% : 100 ml RL/jam.
1.

Pengiriman penderita ke Rumah Sakit

Sesegera mungkin. 1,5,8
1.

Penanganan di Rumah Sakit

2.

Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu :

3.

Periksa jalan nafas.

4.

Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu tracheostomi atau
intubasi.

5.

Berikan oksigen 100%.

6.

Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.

7.

Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.

8.

Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.

9.

Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.

10.

Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya
cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang
diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada LB II atau LB III
dengan luas > 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan
oral dapat menggantikan parenteral. Tiga cara yang lazim digunakan untuk menghitung
kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu : metode Evans, metoda Brook dan metoda
Baxter. 1,2,5,8

Metoda
Evans

Elektrolit
1 cc/kgBB/%
(NaCl 0,9%)

Brook

1,5 cc/kgBB/%

Koloid

Dextrose

1 cc/kgBB/% 2000 cc dws
1000 cc anak2
0,5 cc/kgBB/% 2000 cc dws
1000 cc anak2

( R.L )
Baxter

4 cc/kgBB/%
( R.L )

Dextrose untuk penggantian insensible water loss (IWL)
Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes, dipakai rumus :
Keterangan :
g : Jumlah tetes per menit
P : Jumlah cairan dalam cc
Q : Jam yang diperkirakan
24 jam I



Separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai saat
kejadian LB).
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

24 jam II


Diberikan cairan sebanyak separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I.



Pada hari ke III diberikan separuh jumlah cairan hari kedua. 1

1.

Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara iv. Hatihati dengan pemberian IM (akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di dalam
otot). 1,5

2.

Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan
debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik (lokal) ® Betadine® atau nitras argenti 0,5%.1,2

3.

Pemberian antibiotika pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi
infeksi yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%, silver sulfadiazin 1%,
atau gentamisin sulfat.1,2

4.

Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.

5.

Anti tetanus : diberikan pada LB II dan III



Serum ATS : 1500 iu dewasa – 750 iu anak-anak



Toxoid : 1 cc dewasa – 0,5 cc anak-anak

Diberikan sebagai “Booster” atau imunisasi dasar
“Booster” 1 kali pemberian
sebagai imunisasi dasar : 3 x pemberian masing-masing dengan interval 1 bulan. 10
Indikasi Rawat Inap
1.
2.

Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada
orang dewasa.
Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.

3.
1.

Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan,
kaki atau perineum. 1,5
Perawatan Luka

Dikenal dua cara merawat luka :
1.

Perawatan terbuka (exposure method)

2.

Perawatan tertutup (occlusive dressing method) 1

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka
menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat
tertentu, misalnya mitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang
enak karena melihat luka yang tampak kotor. 1,2
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka
harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat LB yang dangkal. Untuk LB III
dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk
menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci
dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement. 1,2
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka
dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi
penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak pembalut dan
antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat mungkin luka
ditutup kasa penyerap (tole) setelah dibubuhi dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres
diganti beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan
terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk LB luas debridement harus lebih aktif dan
dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.
1.

Tindakan Bedah

Tindakan bedah selanjutnya pada penderita LB yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi dan
penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibatakibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan
nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah : 1
1.

Keadaan umum cepat membaik.

2.

Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.

3.

Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.

4.

Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.

5.

Sensitivitas lebih baik.

4. Terapi Suportif
LB menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans (-). Hiperpigmentasi dimulai hari ke
4 selama 7 – 10 hari dengan formula :
1.

Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari

Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari
1.

Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB

Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB
Kalorinya terdiri dari : 20% protein
50 – 60% KH

30 – 30% lemak
vitamin C 1.500 mg; B 50 mg
Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis disesuaikan) 1
Pemeriksaan laboratorium


Hb, Ht, ureum dan kreatini, elektrolit darah.



Kultur dan sensitivitas luka bakar.



Produksi urin dan berat jenis.1

Komplikasi
Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami
sepsis.
Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
Curling’s ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5 –
10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida
harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat.
Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
Gangguan Jalan Nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari
pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
Konvulsi. Ia komplikasi paling unik, dan sering terjadi pada anak-anak. Konvulsi ini disebabkan oleh
ketidaknyamanan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan
33% oleh sebab yang tak diketahui.
Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetis.
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan luas luka bakar, derajat luka bakar, umur,
tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat lambatnya pertolongan yang diberikan dan fasilitas
tempat pertolongannya.
I. Permasalahan Pasca Luka Bakar
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat berkembang
menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi,
atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama bila parut tersebut berupa keloid.
Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan
bedah.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya
diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat mengenai
wajah atau tangan.

Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia atau
insufisiensi fungsi paru pasca trauma.
J. Lampiran
Perubahan yang terjadi pada luka bakar

Renin angiotensin = Meningkat sebanding dengan luas LB, terutama pada
anak-anak
ACTH Glukagon = Meningkat tes toleransi glukosa abnormal gula tetapi
dalam puasa tidak begitu meningkat
GH
= Naik selama 2 minggu pertama kemudian agak turun
(tetap di atas normal sampai 6-8 minggu)
insulin
= Sampai 2-3 minggu berkurang, kadar terendah dalam
minggu pertama
Kortisol
= Segera meningkat sampai 2-4 kali
Aldosteron
= Naik, biasanya normal kembali setelah 1 minggu
Protein
= Menurun dengan cepat dan untuk waktu lama
Albumin
= Idem, sampai luka tertutup. Produksi berkurang dan
katabolisme 2-3 kali dan normal
Globulin
= Menurun pada fase awal I lalu meningkat 5-7 kali.
Katabolisme 2-3 kali normal tapi produksi bertambah
dengan cepat
IgG
= Segera berkurang, diikuti dengan peningkatan yang
lambat
IgM
= Pada orang dewasa tidak banyak berubah, tetapi pada
anak-anak perubahan seperti pada IgG
Asam lemak bebas = Meningkat sebanding dengan luas LB tetapi tidak lama
Trigliserid
= Idem
Kolesterol
= Berkurang sebanding dengan luas LB
Fosfolipid
= Idem
Eritrosit
= Segera berkurang sebanding dengan luas dan adalam LB.
Masa hidupnya hanya 30% dan normal
Lekosit
= Sejak awal meningkat dan berlangsung lama. Menurun
pada keadaan sepsis LB
Fibrinogen
= Segera berkurang disusul dengan kenaikan untuk jangka
waktu yang lama
Viskositas darah = Naik dengan cepat sesuai dengan nilai hematokrit
Cardiac Output
= Menurun cepat sampai 20-40% kembali secara spontan
dan perlahan 24-36 jam
Resistensi perifer = Meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan
Resistensi

= Meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan

pembuluh
pulmonal
Fungsi paru
tanpapneumonia
BSP
SGOT, SGPT
Fungsi ginjal
Penguapan air

= Menurun sebanding dengan beratnya LB, sekalipun tanpa
trauma inhalasi
= Terdapat retensi sebanding dengan luas LB, naik dengan
cepat dan berlangsung berminggu-minggu
= Segera naik, mencapai puncaknya dalam 2-3 hari,
berlangsung berminggu-minggu. Akibat kerusakan hati
= Menurun karena sirkulasi darah ke ginjal menurun.
Fungsi kembali normal dengan resusitasi adekuat
= LB yang mengenai sebagian tebal kulit dan daerah donor
kulit menguapkan air dengan kecepatan sedang LB yang
mengenai seluruh tebal kulit menguapkan air sangat cepat,
besarnya 15-20 kali normal. Perhitungan klinis : (25+
%LB) x m2 luas tubuh/jam
BAB III
RINGKASAN

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya
dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman jaringan
tubuh yang rusak oleh trauma panas dan tergantung oleh :
1.

Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh

2.

Rambatan panas pada jaringan tubuh (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan)

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka
bakar dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat (nekrosis),
sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitar yang mengandung air akan
cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan.

Macam-macam reseptor pada kulit adalah;
Pacini: tekanan, Ruffini: panas, Krause: dingin,
Meissner: sentuhan, Ujung saraf terbuka: rasa
nyeri

FISIOTERAPI PADA LUKA BAKAR
pendahuluan

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
Paparan api  kontak langsung antara jaringan dengan api , contoh ; rokok, peralatan
dapur, dll.
air panas  uap panas, gas panas,

Klasifikasi Luka Bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya paparan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka.
Dan biasanya baju yang terbakar  lengket sehingga memperberat kedalaman luka
bakar tersebut.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:

Derajat I
Paparan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan
untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 57 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema
dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal.
Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat
epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 23 minggu.
Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari
pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.

Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul
edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang
menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi
dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit
harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun
bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah
tidak intak.

Berat Dan Luas Luka Bakar
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan
pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi
juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 untuk anak.

Patofisiologi Luka Bakar
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpapar suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi
pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat gejala.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme
tinggi dan infeksi.

Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga
yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari
otot skelet.
Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang
disebut penyakit luka bakar.
Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga
rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis
luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.

Fase Pada Luka Bakar
Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran
nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
(jaringan mati) melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini
merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase
pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsisluka).

Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.

Penatalaksanaan Luka Bakar
Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah
mempertahankan jalannafas, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi
sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar
berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas.

Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian
cairan resusitasi yang terlampau banyak.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang
tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien
luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas ‘tersembunyi’.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan
radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu
mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Terapi pembedahan pada luka bakar
Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement)
yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera
termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
^ Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama.
^ Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi –
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang
melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya
mediator-mediator inflamasi.

Tindakan disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui
infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam
dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting”
(dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan
mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan
eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
^ Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari
3 minggu.
^ Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
^ Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
^ Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.

Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:
^ Menghentikan evaporate heat loss
^ Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
^ Melindungi jaringan yang terbuka

Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar
pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang
berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari
permukaan tubuh lain dari pasien (autograft).
Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha,
bokong dan perut.
Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini
disebut mess grafting.

Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu
faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar
antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.
Komplikasi
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system
Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis.

Organ

^ SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai
stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar,
reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
^ Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka,
namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus,
respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan
kerusakan pada organ-organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan
kegagalan organ. bahkan sampai kegagalan berbagai organ  MODS (Multi-system
Organ Disfunction Syndrome)
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien
luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS dan
MODS keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca trauma; dan dapat
dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri mengantarkan pasien pada MODS.

PRINSIP FISIOTERAPI PADA LUKA BAKAR
Cegah terjadinya kontraktur

Hilangkan oedema

Pertahankan ROM

Pertahankan kekuatan otot

Perbaiki sirkulasi

Cegah terjadinya infeksi saluran nafas

Tenangkan pasien

PENANGANAN YG TERLAMBAT, MENGAKIBATKAN :

Stiffness

atrophy

Shg pd penanganan / manajemen luka bakar yg terlambat diperlukan tahapan
penanganan:
 physiotherapy
 splinting
Ada 2 macam
2.1 Static Splint
2.2 Dynamic / active splint

2.1 Static Splint
Fungsi static splint adalah memberikan penyanggaan daerah yg kita
kehendaki pd posisi yg kita kehendaki pula. Shg fungsi static splint dpt
digunakan utk :
2.1.1 PROTECTIVE
pd penderita post operatif tendon ataupun nerve repair, static splint
dipergunakan utk immobilisasi yg berfungsi utk memberikan proteksi pd
otot atau saraf agar tidak tjd penguluran yg berlebihan shg merusak
tujuan operasi

2.1.2 SUPPORTIVE
splint berfungsi sebagai penopang tangan agar tdk berada dlm posisi y tdk kita
inginkan. Misalnya pd penderita radial nerve palsy atau drop hand diperlukan static
splint agar tdk drop
2.1.3 CORRECTIVE
static splint dapat dipakai utk mengoreksi posisi atau bentuk yg kita inginkan.
Misalnya pd penderita kontraktur yg diakibatkan oleh extra articular, dpt pula kita
berikan static splint bahkan kadang-kadang bersifat serial
2.2 DYNAMIC SPLINTING

Dynamic / active splinting mrpkn aplikasi pengguanaan external force yg dinamic
pd bagian ttn anggota tubuh shg dpt diarahkan. Dgn active splint ini penderita
harus aktif dlm menggerakkan bagian dari splint tersebut. Dgn pergerakan yg
melawan external force tadi, akan dicegah timbulnya adhession dan juga enambah
kekuatan otot yg dikehendaki. Tarikan yg dinamis juga dpt memberikan continous
stretching pd otot, ligamen, ke arah yg kita kehendaki. Dynamic splint ini dpt
dibentuk berbagai macam sesuai dgn tujuan yg kita kehendaki
CONTOH
a. Penderita dgn post tendon repair flexor group.
pd masa 6 minggu diperlukan waktu utk penyambungan tendon. Pd masa itu gerakan
extensi dibatasi sampai pd posisi wrist 15 derajad flexi
b. Conttoh lain pd penderita dgn kekakuan jari-jari dlm posisi fleksi, diberikan
slinting yg dinamis dgn tarikan elastis pd msg2 jari-jari. Dgn demikian tarikan tsb
memberikan tarikan terus-menerus shg jari-jari akan dibawa kearah extensi.
3. pressure garments
Tekanan yang diberikan pada skar mengurangi proses pembentukan kolagen dan
menolong memperbaiki kolagen yang sudah terbentuk agar lebih teratur. Pressure
Garments dibuat untuk mengembalikan tubuh pasien ke bentuk normal,
mengurangi pembentukan skar yang abnormal dan deformitas.
4. Contracture release

Fisioterapi berperan penting dalam kasus luka bakar. Karena proses
stiffness proses yang berlangsung sangat cepat, terutama pd bagian PIP
joint,
shg
sgt
penting
diberikan
Nocturnal
Splinting
utk
memposisikan tangan pada “posisi fungsi” agar tidak tjd kontraktur
tendon
MASALAH FISIOTERAPI PADA BEDAH TANGAN
Pada bedah tangan masalah yg timbul terutama adanya keterbatasan gerak sendisendi extra articular, yaitu :
Pemendekan otot
perlengketan jaringan
Pemendekan jaringan kulit
Pemendekan ligamen dan jaringan lunak yg lain
Timbulnya jaringan fibrous / jaringan ikat

Fisioterapi Pada Luka Bakar
A. DEFINISI

Luka bakar adalah injury pada
(thermal),kimiaelektrik,dan radiasi.

jaringan

yang

disebabkan

oleh

suhu

panas

B.
PATOFISIOLOGI
• Berat ringanya luka bakar tergantung pada factor agent,lamanya terpapar,area yang
terkena,kedalamannya bersamaan dengan trauma,usia dan kondisi penyakit sebelumnya.

Derajat
luka
bakar
terbagi
menjadi
tiga
bagian
1. Derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri,
fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar matahari
ringan.tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari
2. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau
terbentuknya vesikula dan bula, dan nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase
penyembuhan
tanpa
infeksi
7-21
hari.
3. Derajat tiga (ketebalan penuh) yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa
meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa
nyeri, warnanya dapat hitam, coklat, dan putih mengenai jaringan termasuk (fascia otot,tendon
dan
tulang)
• Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler setelah
massive dan berpengaruh pada system kardiovaskuler karena hilangnya atau rusaknya kapiler,
yang menyeabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam
jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan
hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan
cairan.
• Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah keorgan vital dan menurunkan aliran
darah
keperifer
dan
organ
yang
tidak
vital.
• Respon metabolic pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari
peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin dimana terjadi peningkatan
temperature dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk

kebutuhan mtabolik yang kemudian menjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen
oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan..
C. KOMPLIKASI

Syok
hopovolemik

Kekurangan
cairan
dan
elektrolit

Hipermetabolisme

Infeksi

Gagal
ginjal
akut
• Masalah pernapasan akut, injury,inhalasi, aspirasi grasric,pneumonia bakteri, edema.

Paru
dan
emboli

Sepsi
pada
luka
• Ilius paralitik
Berat ringannya luka bakar dari American burn association dalam Whaley and Wong (1999)
adalah sebagai berikut :
1. luka bakar minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh
2. luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20% luas permukaan tubuh.
3. luka bakar major adalah luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh.
D. ETIOLOGI

Thermal

Kimia

Radiasi
• Elektrik

(air

panas,
(asam,
(terapi

api,
alkali
dan

panas
dan
sinar

permukaan)
lainnya)
ultraviolet)

E. MANINFESTASI KLINIS

Riwayat
terpaparnya

Lihat
derajat
luka
bakar
• Status pernapasan (tachipnea, tekanan nadi lemah,hipotensi, menurunnya pengeluaran urine
atau
anuri.
• Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.
F.PENATALAKSANAAN TERAUPETIK

Mempertahankan
jalan
nafas

Pemberian
oksigen
100%
untuk
intoksikasi
karbon
monoksida.

Monitor
analisa
gas
darah.

Escharotomiy.
• Terapi cairan,formula parkland sering digunakan pada anak 4 ml ringer laktat/kg berat
badan/luas permukaan luka bakar,dalam 24 jam pertama setelah luka bakar. Setelah jumlah

cairan yang dihitung diberikan dalam 8 jam pertama setelah terjadi cedera. Setengah sisanya
diberikan merata selama 16 jam berikutnya. Pantau pengeluaran urine harus mencapai (1 ml/kg
berat badan/jam). Kemudian 24 jam kedua terapi cairan ringer laktat dengan dekstrosa 5%.
Terapi
albumin
dapat
diberikan
bila
indikasi.

Monitor
kelebihan
cairan.

Lakukan
keteterisasi
untuk
memantau
urine
auput
(pengeluaran
urine)

Monitor
serum
elektrolit
sesuai
program.

Antibiotik
untuk
mencegah
infeksi.

Terapi
analgetik.

Perawatan
luka
harus
steril

Hidroterapi

Terapi
fisik

Skin
graff
bila
indikasi

Monitor
gravitasi
urine
atau
berat
jenis
urine.
• Penderita dengan luas luka bakar lebih dari 5 % tidak boleh diberikan cairan per oral pada
awalnya karena dapat terjadi ilius.
G. PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Pengkajian

Pengkajian
awal
adalah
menentukan
kegawatan
luka
bakar.
• Bila ringan atau sedang fokus pada penatalaksanaan nyeri dan perawatan luka.
• Bila luka bakar berat, pengkajian meliputi : kepatenan jalan nafas, kaji vascular, urine output
(pengeluaran urine), tanda-tanda vital, gejala syok, intensita nyeri, kaji luka, pantau analisa gas
darah,
pulse
oximentry,
dan
kaji
bising
usus.
• Kaji perilaku klien dan perubahan kesadaran.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema
paru, injury pulmona sekunder dari smoke inhalation, karbon monoksida atau hipoksia.
2.
Perubahan
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
luka
bakar.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravascular
ke
rongga
interstisial
dan
hilangnya
cairan
secara
evaporasi.
4. Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung saraf, trauma dan edema karena injury
luka
bakar,
dan
prosedur.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injury thermal.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya lapisan perlindungan kulit sekunder dari luka
bakar,
atau
luka
yang
terkontaminasi.
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan hipermetabolisme dan
peningkatan
kebutuhan
kalori
dan
protein.
8. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bakar, nyeri, gangguan pergerakan
sendi,
dan
adanya
pembentukan
skar.
9. Resiko tidak efektif termuregulator berhubungan dengan hilangnya panas dan perubahan

mekanisme
kulit
untuk
mempertahankan
suhu
tubuh.
10. Gangguan citra tubuh, perubahan proses keluarga, tidak efektif coping keluarga, dan
kurangnya pengetahuan berhubungan dengan luka bakar.
Perencanaan
1. Kepatenan jalan nafas dapat dipertahan yang ditandai dengan saturasi oksigen dalam batas
normal,
jalan
nafas
dan
bunyi
nafas
bersih.
2. Anak akan menunjukan pengeluaran urine lebih kurang atau sama dengan 1 ml/kg berat
badan/jam
untuk
24
jam
pertama
setelah
injury
dan
tetap
terpantau.
3.
Anak
akan
memperlihatkan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit.
4. Anak merasakan nyeri berkungan yang ditandai dengan anak dapat beristirahat dan
beraktivitas
sesuai
kebutuhan.
5.
Luka
bakar
akan
sembuh
tanpa
infeksi.
6. Luka bakar akan mengalami penyembuhan tanpa infeksi, tidak ada sepsis, dan tidak ada
infeksi
pulmonal.
7. status metabolisme seimbang yang ditandai dengan badan stabil, serum elektrolit normal,
penyembuhan luka yang cepat, intake makanan dapat dipertahanjan 90% sesuai kebutuhan.
8.
Anak
akan
mencapai
fungsi
aktivitas
yang
optimum.
9. Fungsi termuregulator dapat dipertahankan yang ditandai dengan suhu tubuh dalam batas
normal.
10. Klien dan keluarganya mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak, pengobatan,
prosedur dan partisipasi dalam perawatan anak.
Implementasi
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas.

Kaji
status
pernapasan
setiap
jam
untuk
72
jam
pertama.

Monitor
analisa
gas
darah.

Monitor
pulse
oximetry.

Pemberian
oksigen
sesuai
program.
• Latihan nafas dalam dan batuk efektif setiap 1-2 jam sekali bila tidak tidur.

Tinggikan
posisi
kepala
15-30
derajat.

Pengisapan
(suction)
lender
bila
perlu.
2. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
• Berikan cairan intravena dan oral sesuai dengan kebutuhan dan pantau secara ketat.
• Monitor urine output (pengeluaran cairan) dan catat bila kurang dari 1 ml/kg berat badan jam
dan
lapor
ke
penanggung
jawab.
• Kaji tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit. hypokalemia dan hyperkalemia,hyponatremia
dan
hypermatremia,hypochloremia,
hypercalcemia
dan
hypocalcemia.

Monitor
status
neurology.
• Monitor nadi perifer dan nadi bagian distal serta catat adanya perubahan dan lakukan
kolaborasi.

3. Mempertahankan volume cairan dalam batas normal.

Monitor
tanda-tanda

Monitor
pemasukan

Timbang
berat

Monitor
elektrolit,

Pemberian
terapi
• Pemberian kalium bila rendah.

vital

sampai
dan

badan
Hgb,
intravena

setiap
dan
dan

stabil.
pengeluaran
hari.
Hct
oral

4. Mengurangi rasa nyeri

Kaji
tingkat
nyeri

Catat
HR,
tekanan
• Pemberian obat nyeri 20-30 menit

Hati-hati
dalam

Gunakan

Gunakan

Kurangi
hal-hal
yang

Lakukan
pergerakan
• Pengaturan posisi yang tepat

dengan
skala
1-10
darah
dan
pernapasan.
sebelum prosedur perawatan luka.
perawatan
kulit.
kontak
taktik
terapi
distraksi.
dapat
mengurangi
nyeri
aktif
dan
pasif

5. Meningkatkan penyembuhan luka dan integritas kulit
• Kaji luka pada fase akut (perubahan warna kulit, membrane mukosa, dan kuku.
• Rubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan klien terutama bagian tulang-tulang yang
resiko
menimbulkan
decubitus.

Cegah
adanya
gesekan
pada
kulit.

Support
dengan
bantal
pada
bagian
tertentu
yang
dibutuhkan.
• Lakukan perawatan luka dengan steril ( menggunakan sarung tangan, baju khusus, gunakan
larutan
normalsaline
yang
steril
untuk
membersihkan
luka
).

Jaga
agar
kulit
tetap
kering.
6. Kaji luka selama mengganti balutan.

Kaji
luka
selama
mengganti
balutan.

Gunakan
teknis
steril
saat
melakukan
perawatan
luka.
• Kaji adanya sepsis ( perubahan status neurology, hypothermia, demam oliguria ).

Angkat
eschar
secara
hati-hati.

Mencuci
tangan
dengan
teknik
aseptic
setiap
akan
menyentuh
.

Bersihkan
luka
dengan
larutan
steril
(
nrmal
saline
).
• Gunakan standar pencegahan universal ( baju khusus, mencuci tangan, menggunakan
masker
)
atau
semua
personel
yang
mendekati
anak.

Pantau
tanda-tanda
vital
(
suhu,
nadi
).

Observasi
luka
(purulent
dan
drainage).
• Pemberian antibiotic sesuai program.

7.
Meningkatkan
status
nutrisi
yang
optimum
.

Berikan
nutrisi
(
kalori,
protein
).
• Hindari nyeri saat prosedur karena nyeri dapat menurunkan nafsu makan.

Berikan
vitamin
dan
mineral.

Berikan
makanan
tambahan
yang
dapat
menambah
nafsu
makan.
• Antisipasi total utrisi parenteral.
8. Meningkatkan fungsi aktivitas.
• Jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif dan pasif.

Observasi
kontriksi
eschar
khsusnya
persendian
(
kontraktur
).

Ajarkan
cara
meningkatkan
penggunaan
fungsi
pergerakan.

Pemberian
analgetik
sebelum
melakukan
aktivitas,
bila
perlu.

Tingkatkan
aktivitas
diri.
• Libatkan keluarga untuk melakukan pergerakan persendian, fleksi, ekstensi, rotasi, abduksiadduksi.
9. Meningkatkan fungsi termuregulator.

Monitor

Kaji
kulit,
dingin,
(
capillary

Observasi
• Hindari stress yang dingin.

tanda
perubahan

vital
warna
dan
refill
demam

(
pengisian

suuh
kembali
)

yang

).
kapiler
.
menggigil.

10. Meningkatkan konsep diri, koping yang positif dan pemahaman kondisi dan pengobatan.

Ajarkan
untuk
mengekspresikan
perasaan.
• Jelaskan tentang kondisi luka bakar, perawatan dan pengobatannya dan jelaskan apa yang
dapat
dilakukan
termasuk
alasannya.

Kaji
support
system
keluarga.

Demonstrasikan
cara
merawat
luka
dengan
teknik
aseptic.

Tenangkan
klien
dan
keluarganya
dengan
komunikasi
yang
teraupetik.
• Antisipasi periaku regresi.

Sponsor Documents

Recommended


View All
Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close