pendidikan

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 83 | Comments: 0 | Views: 564
of 114
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

1

BAB I
PENDIDIKAN UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN
Perhatian para pendidik semakin meningkat terhadap perubahan yang terjadi dengan
cepat hampir dalam segenap segi kehidupan. Misalnya dalam bidang sosial budaya telah
terjadi perubahan seperti pertumbuhan penduduk yang besar, meningkatnya mobilitas sosial
dan meluasnya aktivitas politik dan budaya. Salah satu efek dari perubahan yang telah
dikemukakan, meningkatnya tuntutan akan persamaan pendidikan dalam masyarakat dan juga
bangsa yang berbeda pengkembangan kekayaan dan teknologinya. Tidak hanya itu, pada
bidang komunikasi, sains, dan teknologi. Misalnya pada bidang teknologi dan komunikasi
seiring berkembangnya teknologi komunikasi pun semakin lancar dan pada bidang sains
adanya hasil penelitian-penelitian yang dapat mempermudah kehidupan masyarakat. Pada
akhirnya terjadi perubahan ekstensif dalam persediaan dan penawaran barang yang
diperlukan konsumen serta organisasi alat-alat produksi.
Disebabkan oleh fenomena diatas, murid-murid sekolah dipersiapkan untuk
memasuki masyarakat dan dunia kerja yang mungkin tidak ada ketika mereka dewasa nanti.
Dengan kata lain murid-murid mempelajari sesuatu yang tidak diperlukan ketika mereka
dewasa kelak. Peristiwa seperti itu tidak hanya terjadi di negara yang sudah maju, tetapi juga
terjadi di negara yang sedang berkembang.
Pembaharuan-pembaharuan pendidikan mulai menekankan perlunya perumusan
tujuan pendidikan baru, untuk pendidikan untuk dunia yang sedang berubah. Tujuan
pendidikan baru merupakan implikasi dari sifat-sifat kejiwaan dan juga berimplikasi terhadap
bermacam aspek kehidupan manusia itu sendiri. Walaupun demikian, aspek kejiwaan menjadi
masalah utama yang disoroti dalam pembahasan ini. Tujuan pendidikan baru, pendidikan
untuk menghadapi perubahan. menyatakan bahwa ketrampilan, nilai dan sikap yang diperoleh
dan dipergunakan pada masa kanak-kanak tidak akan sesuai dengan kehidupan ketika mereka
dewasa. Keterampilan, nilai dan sikap yang tidak sesuai itu, seperti pengetahuan, hubungan
antar perorangan, perkembangan diri, kepribadian dan sebagainya.
Peningkatan kebutuhan mengakibatkan “Inovasi pengetahuan” (Dumadezier, 1972),
sedangkan pengetahuan sekarang akan berfungsi sebagai basis kelangsungan proses belajar
lanjut dan belajar kembali. Proses belajar terus menerus tidak hanya terbatas pada membaca,
menulis, dan berhitung di sekolah tradisional, bahkan diperluas ke seluruh aspek kejiwaan.
Anak-anak perlu memperoleh pengetahuan tidak hanya mengenai fakta-fakta yang ada dalam
masyarakat mereka, tetapi juga diri mereka dan orang lain serta kebudayaan mereka dan
kebudayaan orang lain. Dalam lingkungan tradisional mereka perlu mengetahui bagaimana
memperoleh pengetahuan pada waktu yang diinginkan. Bahkan yang lebih penting lagi
adalah bagaimana mempergunakannya. Mereka harus dapat mengorganisir, menyimpan dan
mengingat informasi, mempergunakan logika, perhitungan dan berkomunikasi dengan orang
lain.
Teori pendidikan sekarang berubah pendekatannya dari mementingkan keterampilan
kognitif ke arah membantu perkembangan dalam dan antar perorangan. Ini berarti
peningkatan tuntutan, bahwa pendidikan secara sadar sepenuhnya membantu melicinkan
pertumbuhan diri dan meningkatkan usaha aktualisasi diri. Pendidikan harus
mengembangkan individu sebagai bagian proses menuju kematangan. Dan pendidikan secara
kejiwaan mempersiapkan individu untuk menanggulangi ketegangan pribadi sebagai akibat
perubahan kehidupan yang cepat, pekerjaan, sosial dan budaya. umpamanya dahulu banyak

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

2

anak yang masuk ke lapangan pekerjaan bidang otomotif untuk itu sekarang banyak sekolah
khusus untuk jurusan otomotif yaitu pada SMK atau STM yang dalap memberikan
ketrampilan yang lebih memadai untuk memperoleh pengetahuan dan kemudahan dalam
pekerjaan mereka.
Macam-macam perubahan yang telah didiskusikan mempunyai implikasi lebih jauh
terhadap produksi dan distribusi barang-barang serta prestasi kemauan kerja. Perubahan yang
meluas dapat diprediksikan akan melahirkan masa depan yang tidak stabil baik personal
maupun emosional. Jika orang-orang tidak dapat menanggulangi perubahan, mereka akan
tenggelam, kelewat atau terasing dari kepribadiannya. Dalam keadaan seperti itu, pendidikan
akan berperan membantu pertumbuhan kepribadian yang kuat untuk menanggulangi
perubahan dan menolong orang-orang berhubungan dengan sesamanya. Dalam bidang
kognitif pendidikan harus menolong pelajar untuk mengembangkan konsep baru tentang
pertumbuhan diri, mandiri, dan untuk menerapkan konsep baru agar mereka mengerti dirinya
sendiri, berhubungan dengan orang lain, bekerja, dan bersenang-senang.
KEBUTUHAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA.
Dari sisi lain , system pendidikan masa kini mendapat kecaman tidak mampuanya
melayani sebagian besar orang dewasa .(karena orang dewasa suka pembelajaran praktis dan
berpusat pada masalah)(suber:www.google.com) Dinytakan
bahwa anak-anak akan
mengalami perubahan di masa depan ketika mereka dewasa, sedangkan orang dewasa tidak
memiliki kesempatan seperti anak-anak. Anak-anak dilibatkan dengan perubahan penting
yang terjadi pada masa kini. Justru itu, perlu peningkatan penekanan bahwa pendidikan
bertugas mempersiapkan anak-anak masa kini untuk menghadapi masa depan,juga system
pendidikan hendaknya diorganisir agar dapat menemukan kebutuhan masa kini yang cocok
dengan kebutuhan ketika mereka dewasa . Asumsi bahwa 10,12,atau 15 tahun masa
persekolahan formal dapat mempersiapkan orng dewasa untuk menanggulangi seluruh ospek
kehidupan telah hilang dalam pemiikiran pendidikan sekarang.
Beberapa tanda meunjukkan peningkatan perhatian pendidikan orang dewasa di
Amerika Utara dan pengembangan prinsip-prinsip keorganisasian seperti “ recurrent
education .” Dan akhir-akhir ini , pembuat undang-undang di Perancis menetapkan sejumlah
substansi pendidikan lanjutan untuk pegawai-pegawai mereka . Jerman telah menetapkan
periode Bildungsurlaub (cuti karena pendidikan , sedangkan persatuan pengusaha dan
pekerja Australia menyetujui untuk membayar upah cuti bagi pekerja yang mengikuti
kursus-kursus pendidikan. Sukses Uneversitas terbuka di Inggris dan pengembangan
beberapa lembaga yang sama di beberapa negara seperti Canada dan lain lain merupakan
contoh pengembangan pendidikan orang dewasa. Akhirnya, sejalan dengan perubahan dunia,
dirasakan kebetuhan untuk memperlengkapi orang-orang dengan pengalaman pendidikan
formal diluar usia sekolah konvensional.
Orang dewasa suka pembelajaran praktis dan berpusat pada masalah.Oleh karena itu
digunakan pembelajaran kolaboratif serta kooperatif dan pemecahan masalah secara otentik.
Berikan contoh-contoh nyata ,cerita dan overview untuk mengaitkan teori dengan praktek.
Bantu mereka untuk menerapkan informasi baru.Antisipasi masalah yang mungkin akan
dihadapi dalam mengaplikasikan informasi baru itu , berikan saran-saran dan pengalaman
anda.
Orang dewasa suka pembelajaran yang mendukung harga diri mereka.Mulailah
dengan kegiatan kerja dalam kelompok kecil dengan resiko kegagalan yang rendah. Bantulah
mereka untuk berkembang menjadi lebih efektif dengan latihan terarah dan pembiasaan.
Rencanakan untuk membangun sukses individual secara bertahap. Dimulai dengan tugas
yang ringan menuju yang lebih berat.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

3

Orang Dewasa suka pembelajaran suka pembelajaran yang mengintegrasikan
informasi baru dengan pengalaman mereka. (alasan ditambahnya kalimat ini agar pembaca
tambah mengetahui pembelajaran apa saja yang dapat mendukung harga dirinya serta
kegagalan serta resiko-resikonya)
PENDIDIKAN DAN MASA KANAK-KANAK
Untaian argumentasi ketiga,berkenaan dengan pentingnya pengalaman padatahuntahun pertama kehidupan dalam rangka perkembangan masa depan.Meskipun dalam
beberapa kasus tuntunan lebih banyak di dasarkan pada issu ekonomi atau polititk dari pada
analisis kejiwaan di masa anak-anak awal beberapa kelompok dinegara maju pada akhir-akhir
ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pedidikan formal bagi anak-anak
awal.Ini sering kali di sebut dengan istilah prasekolah untuk mempelihara anak-anak yang
ibunya sedang bekerja.
Di beberapa masyarakat,contoh Canda,pendidikan pada masa kanak-kanak awal;atau
pra sekolah di usulkan sebagai bagian usaha membantu penggabungan anak-anak
darikebudayaan minoritas( seperti India, Canada)kedalam kebudayaan yang
dominan.Perhatian juga di berikan pada lingkaran pendidikan yang memasukan proyek
pendidikan awal seperti program “Hoadstart”di Amerika Serikat,dengan tujuan untuk
menyembuhkan kemunduran kognitif yang di akibatkan oleh stimulasi terdahulu yang tidak
memadai.Dengan demikian,pentingnya pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
telah di akui secara luas sekarang ini.Salah satu hasilnya adalah perlunya struktur formal
pengalaman belajar anak-anak prasekolah.Untuk itu umpamanya sistem persekolahan di
perluas sehingga dapat menampung anak yang berumur lebih rendah dari umur yang telah di
tetapkansekarang.Kemudian juga dirasakan perlunya perluasan konsep perluasan itu sendiri.
Dalam hal ini,pemrintah harus bisa menyediakan fasilitas-fasilitas yang di perlukan
dalam sistem persekolahan seperti:gedung atau ruangan persekolahan,buku-bacaan untuk
anak-anak yang berumur lebih rendah atau yang di sebut PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI(PAUD).Maka dari itu pemerintah seharusnya mengutamakan kepentingan nasional di
atas kepentingan pribadi maupun golongan masing-masing. Karena ini bisa mempercepat
adanya pembangunan Pendidikan begitu sebaliknya kalau pemerintah lebih mengutamakan
kepentingan pribadi maupun golongan maka akan memperlambat jalanya pembangunan
pendidikan.akibat dari lambatny pembangunan pendidikan tersebut maka banyak anakanak di usia rendah yang tidak bisa mendapat pendidikan dari kegiatan persekolahan tersebut
sehingga mereka hanya mendapatkan pendidikan in formal saja.
PERSAMAAN PENDIDIKAN YANG SEBENARNYA
Serangan yang meluas secara terpisah-pisah terhadap organisasi pendidikan
konvensional disebabkan oleh perubahan konsep persamaan pendidikan yang telah banyak
dikemukakan dalam tulisan-tulisan sekarang ini. Persamaan pada mulanya dipandang sebagai
usaha memperlengkapi fasilitas fisik yang sama untuk seluruh anak-anak sekolah tanpa
memandang status sosial ekonomi, ras dan faktor sejenisnya. Laporan akhir-akhir ini di
Amerika Serikat menyatakan bahwa persamaan dalam bidang ini hampir seluruhnya
mendekati kenyataan yang dulunya hanya sekedar pikiran. Meskipun demikian, masih
terdapat ketidaksamaan waktu yang digunakan di sekolah,penguasaan ketrampilan yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

4

diberikan oleh sekolah, angaka pemasukan ke dalam lapangan kerja dan sebagainya.
Konsekuensinya, semakin beralasan untuk melakukan perubahan pendidikan lebih jauh
daripada yang sudah dilakukan sekarang ini.
Persamaan pendidikan sebenarnya akan terwujud apabila seluruh warga masyarakat
mendapat keuntungan yang sama dari

fasilitas pendidikan yang ada. Meskipun

kenyataannya, karena kurangnya minat pada waktu kanak-kanak, sehingga mereka tidak
memanfaatkan kesempatan pendidikan yang tersedia, pendidikan selama usia sekolah
konvensional. Dengan demikian, semakin kuat dorongan untuk mengembangkan sistem
pendidikan yang dapat mewujudkan persamaan hasil akhir, bukan hanya sekedar persamaan
jalan secara teoritis untuk memperoleh fasilitas. Persamaan hasil akhir yang dicapai oleh
bermacam strata sosial dalam masyarakat tertentu dan diantara masyarakat yang berbeda
kekayaan dan perkembangan teknologinya.
PERANAN ILMU JIWA
Dengan danya komitmen UNESCO terhadap prinsip pendidikan seumur hidup berarti
badan pendidikan internasional telah mengadopsi pendidikan seumur hidup. Konsekuensinya,
tepat sekali konsep pendidikan seumur hidup di teliti dengan cara yang terorganisir dan
sistematik. Sebagai teori organisasi pendidikan, pendidikan seumur hidup mempunyai basis
kejiwaan dan juga memiliki basis disiplin ilmu lainya disamping ilmu jiwa, segingga
penerimaan atau penolakan akan tergantung dengan basis-basis itu. Analisis kejiwaan terdiri
dari 5 aspek pokok, sebagai berikut:
1.Penyajian unsur-unsur pokok kejiwaan yang menggambarkan pendidikan seumur hidup.
2. Statemen alas an-alasan pokok tentang pendidikan seumur hidup dikemukakan dengan
menggunakan istilah kejiwaan.
3. Review bukti validitas argumenttasi yang telah dikemukakan.
4. Analisis implikasi pengetahuan tentang kejiwaan terhadap kurikulum sekolah jika di
organisir dalam kerangka pendidikan seumur hidup.
5. Pengkajian terhadap kecaman yang dialamatkan pada pendidikan seumur hidup akhir-akhir
ini, dan spesifikasi beberapa implikasi terhadap pengkajian lanjut pendidikan seumur hidup.
(dalam pembuatan bahan-bahan kejiwan juga harus didasari untuk merubahkebutuhan dan
kepentingan pegawai karena sudah termasuk dan merupakan tujuan sosial serta mencari dan
mengembangkan cara serta langkah yang dapat mewujudkan maksud dan tujuan kejiwaan)
(alasan ditambahnya kalimat ini agar dalam pembuatan tulisan tidak meninggalkan unsurunsur dan tujuan –tujuan yang akan di capai )

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

5

Review bahan kejiwaan dikerjakan dengan sangat selektif. Untuk itu, itu tulisan ini
bertumpu pada pendapat aspek mana yang paling berkaitan dan dapat memberikan informasi,
dan hasilnya banyak bahan yang menurut orang lain seharusnya baik dimasukan, tetapi dalan
tulisan in ditinggalkan. Dan juga sebagai tambahan, basis istimewa dan efek karena kenal
atau kurang kenal dengan karya beragam penulis.dua prinsip dengan longgar diterapkan
dalam pemilihan bahan. Pertama, meskipun usaha dengan sengaja dibuat untuk melihat
kembali teori dan research masa silam dengan maksud untuk dipertentangkan dengan yang
terbaru( serta untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada karya ilmiah terdahulu)
(sumber:www.google.com) tetapi kenyataannya terkonsentrasi pada karya-karya penulis
sekrang. Kedua aturan informal bahwa titik berat penekanan atas dasar konklusi dan
generalisasi yang diambil dari penelitian empiris, paling tidak yang sesuai dengan metode
“scientific”. Pendekatan ini tidak secara ketat diikuti, dan semata-mata sebagai guideline
kasar untuk memilih bahan. Akibat nya, hanya beberapa penulis saja yang dikutip untuk
menunjang pembahasan ini, sperti Freud dan titik berat penekanan berdasarkan konklusi
selain Freud seperti Hunt.
Pembahasan juga terkosentrasi berdasarkan hasil yang ditulis dalam bahasa
Inggris,Perancis dan Jerman. Karena banyak hambatan bahasa, tidak diragukan lagi banyak
research yang sesuai dengan pembahasan ini ditulis dalam bahasa selain bahasa
Perancis,Inggris dan Jerman terpaksa diabaikan.Dengan keadaan seperti yang telah
dikemukakan, penting untuk dinyatakan bahwa isi penyajian terbatas hanya pada sebagian
saja dari ilmu pengetahuan dalam bidang ini.
Sesuatu yang diabaikan dalam pembahasan ini karena keterbatasan kemampuan
penulis, bukan oleh karena kurang nya minat untuk memasukan nya.

BAB II
PENGERTIAN DAN RASIONAL PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

6

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Teori pendidikan sekarang ,jika menekankan perubahan peranan pendidikan dari
mempersiapkan keterampilan kognitif kepada perkembangan onterpersonal dan intrapersonal.
Jika meningkatkan tuntutan agar pendidkan secara sungguh-sungguh berusaha memfacilitate
perkembangan pribadi dan self actualization. Pendidikan juga harus menembangkan individu
yang dalam proses perkembangannya menuju kedewasaan diperlengkapi secara psikologis
untuk dapat mengatasi masalah –masalahpersonal yang diakibatkan oleh adanya perubahan
yang cepat dibidang ekonomi,pekerjaan ,siosial dan kebudayaan.
Misalnya ,banyak anak-anak yang 20 tahun lagi memasuki pekerjaan dibidang
pertanian tetapi mereka harus bisa menjabarkan kehidupan yang memuiaskan sehubungan
dengan pekerjaan itu,meningkatnya urbanisasi telah menghanyautkan nilai-nilai pekerjaan
itu. Perubahan juga terjadi dalam hubungan antar orang tua dengan anak,laki-laki dengan
perempuan

,pekerja

dengan

majikan

disebabkan

oleh

adanya

otomatisasi

industri,meningkatnya jumlah btenaga murah dan berkurangnya kebutuhan tenaga yang tidak
terampil dan sebaginya . perubahan ini juga menyebabkan perubahan dalam bidang prduksi
dan distrinusi barang dan kesukaran memperoleh pekerjaan. Dengan perubahan-perubahan ini
diramalkan akan menyebabkan ketidakstabilan personal dan emosioanal. Apabila orang tidak
mengatasi

perubahan-perubahan

ini,maka

mereka

akan

menjadi

individu

yang

tenggelam,terselubugng dan asing dalam suasanan yang demikian , pendidikan mempunyai
peranan untuk membantu seorang individu tumbuh menjadi pribadi yang kuat yang mampu
mengatasi perubahan ini.
Pendeknya disamping mengmbangkan domain kognitif ,pendidikan harus membantu
siswa mengembangkan konsep baru tentang perkembangan diri dan kebebesan ,penerapan
pemahamandiri sendiri . kritik lain yang ditujukan kepada pendidikan dewasa ini ialah
,bahwa mereka kurang menanggapi kebutuhan sebagian besar masyarakat,yaitu orang
dewasa. Seharusnya pendidikan disamping memepersiapkan anak-anak dengan melengkapi
mereka untuk dapat mengatasi perubahan-perubahan dimasa datang,ia harus juga dapat
memnuhi kebutuhan orang dewasa dalam menghadapi perubahan yang terjadi sekarang.
Dugaan ,bahwa pendidikan formal yang diberikan pada 10 ,12 atau 15 tahun yang lalu telah
mampu untuk melengkapi orang dewsa guna mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Masalah lain yang mendapatkan perhatian ialah pentingnya pengalamn pada tahuntahun permulaan kehidupan manusia bagi pembentukan perkembangan di masa datang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

7

walaupun kadang-kadang lebih banyak berdasarkan ekonomi dan politik dibandingkan
analisa

psikologis

anak,namun

telah

banyak

anjuran

kepada

pemerintah

untuk

memperhatikan pendidikan kepada ank-anak kecil. Sistem pendidikan hendaknya memajukan
terjadinya persamaan hasil akhir bukan sekedar persamaan teoritis dalam memperoleh
fasilitas,bagi semua golongan didalam suatu masyarakat dan juga bagi semua masyarakat
yang berbeda tingkat kemakmuran dan teknologinya.
Jadi kebutuhan pendidikan dewasa ini menekankan kepada oraganisasi persekolahan yang
tidak hanya memperhitungkan fakta ,tapi juga memperhatikan kritik-kritik yang dilontarkan
kepadanya. Kesimpulannya bahwa konsep pendidikan seumur hidup diterima sebagai prinsip
utama sebagai dasar dari seluruh organisasi pendidikan,yaitu prinsip memerlukan dan
sisamping itu yang lebih penting lagi adalah bagaimana mereka menggunakannya. Mereka
harus dapat mengorganisir ,menyimpan dan mengingat kembali informasi yang mereka
peroleh. Paham dari pendidiakn seumur hidup ialah pendidikan harus diartikan secara formal
suatu proses yang berlangsung selama hidup individu sejak lahir sampai tua. Tentu saja
banyak pengetahuanatau informasi yang diperoleh individu selama hidupnya ,hendaknya
pengetahuan itu disistematiskan dan disatu ragakan didalam perencanaan persekolahan.
dalam hal ini pula agar pendidikan menjangkau anak di bawah umur 6 tahun, hendaknya
disusun pendidikan formal untuk mereka. Tujuan pokok dalam pendidikan pra-sekolah
yaitu menyediakan stimulasi, memperkuat kesadaran identitas, dan menyediakan pengalaman
sosialisasi. Fungsi utama pendidikan pra-sekolah bukan merupakan persiapan untuk latihan
akademik, melainkan merupakan fase pertama dari pendidikan seumur hidup.(kuning : ari tri
winarno.hijau amel)
Selamjutnya proses pendidikan seumur hidup ini menunjukkan adanya integrasi dan
interaksi yang tinggi dimana peristiwa pada fase tertentu ,ditentukan fase umur sebelumnya.
Untuk fase perkembangan berikutnya. Inilah yang disebut vertical integration. Kemudian
,hubungan anatara pendiudiakn dan hidup adalah demikian erat,menuntut integrasi antara
pendidiakn dengan sebagaian aspek kehidupan ,seperti rumah,pekerjaan,waktu senggang dan
sebagainya. Inilah prinsip horisontal intregration .
PENGERTIAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Pada sub bab ini menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan seumur
hidup. Pendidikan seumur hidup (life long education) adalah makna yang seharusnya benar-

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

8

benar terkonsepsi secara jelas dan dibuktikan dengan pengertian, dalam sikap, perilaku dan
dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus
sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar
yang terperangkap dalam sebuah ruang yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud.
Paradigma belajar sepert ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada
dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Dalam pendidikan atau belajar terdapat interaksi antara tantangan dari dalam diri
manusia dan balasan (respon) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi
interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta
belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup, dan menghindari pengrusakan hidup.
Belajar berarti menghargai hidup kita.
Menurut Corpley, bahwa berdasarkan berbagai sumber dari UEI (UNESCO Institute
for Education, Hamburg) menetapkan definisi pendidikn seumur hidup sebagai berikut:
1. Pendidikan harus meliputi seluruh hidup setiap individu
2. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, penyempurnaan secara
sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidup.
3. Mengembangkan ”self fulfillment” setiap individu.
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
5. Mengakui kontribusi dari semua kemungkinan pendidikan, termasuk pendidikan informal,
formal dan nonformal.
Pendidikan seumur hidup hendaknya dipandang sebagai pendidikan yang memberikan
layanan terhadap perkembangan pribadi sepanjang hayat, yang merupakan pengertian
perkembangan seluas-luasnya.
RASIONAL PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dimuka telah dikemukakan bahwa pernyataan tentang pentingnya pendidikan seumur
hidup telah ada sejak jaman dulu. Namun pada dasawarsa terakhir ini pendidikan seumur
hidup menjadi topik yang hangat dan banyak dijumpai tulisan tentang hal itu. Beberapa
alasan-alasan tentang pentingnya pendidikan seumur hidup yaitu:
1. Pertimbangan ekonomi
2. Faktor sosial menyangkut perubahan peranan keluarga dan peranan remaja
dalam masyarakat.
3. Perubahan teknologi yang cepat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

9

4. Faktor pekerjaan
5. Kebutuhan orang dewasa
6. Kebutuhan kanak-kanak (anak-anak di bawah usia 6 tahun yang berada di usia
pra sekolah).
Agar

pendidikan

menjangkau

anak

di

bawah

umur

6

tahun,

hendaknya

disusun pendidikan formal untuk mereka. Tujuan pokok dalam pendidikan pra-sekolah
yaitu menyediakan stimulasi, memperkuat kesadaran identitas, dan menyediakan pengalaman
sosialisasi. Fungsi utama pendidikan pra-sekolah bukan merupakan persiapan untuk latihan
akademik, melainkan merupakan fase pertama dari pendidikan seumur hidup.
Tetapi banyak dijumpai ketidaksepakatan diantar penulis,baik mengenai definisinya
maupun alasan mengapa perlu pendidikan seumur hidup. Ada yang memberikan
alasan,bahwa pendidikan seumur hidup akan meningkatkan pemerataan dalam layanan
pendidikan atau memberikan implikasi ekonomi yang lebih menguntungkan atau penting
untuk menghadapi struktur sosial yang mengalami perubahan,atau penting bagi kemantapan
dan lain sebagainya.
Misalnya seperti di katakan oleh lengrand bahwa di dalam dewasa ini terdapat
kekuatan sosial yang besar yang terdapat pada semua masyarakat dan semua lapisan yang ada
pada dalam masyarakat memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk merealisaasikan
potensinya dan mereka harus memperoleh hak yang sama dalam bidang sosial,ekonomi dan
politik.Alasan mengapa pendidikan seumur hidup adalah pertimbangan ekonomi. Biaya
pendidikan hampir mendekati suatu titik yang tidak bisa lebih lama lagi yang di tahan oleh
masyarakat. Bagi negara – negara yang berkembang problem ini merupakan masalah yang
berat. Sebagai contoh,negara voltahulu mengeluarakan 18% dari anggaran biaya,suatu
pengeluaran yang besar,namun hanya menjangkau lebih kurang 10% dari anak – anak umur
sekolah. Jika negara ini hendak menyediakan pendidikan bagi seluruh anak usia sekolah.
Mengamati hasil pendidikan yang terjadi di Indonesia, masyarakat yang telahmemiliki
legalitas atas pendidikan dasarnya, sedikit namun banyak belum mampumempraktikkan apa
yang telah diberikan institusi pendidikan. Sangat banyak anak yangmemiliki pendidikan
dasar tapi belum mampu mengubah sikap dan tata perilakunya. Halini menyimpulkan bahwa
pendidikan di Indonesia tidak segaris lurus dengan definisipendidikan.Institusi pendidikan
atau sekolah memiliki keterbatasan dalam mendidik pesertadidiknya. Sekolah tidak
sepenuhnya menyiapkan peserta didik untuk memanfaatkanpeluang mendirikan lapangan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

10

pekerjaan untuk ikut berkompetisi dengan perusahaanasing. Selain hal tersebut, pendidikan
sekolah atau institusi tidak efisien, yaitu kurikulumserta kebijakan yang dibuat tidak memiliki
korelasi dengan kebutuhan mendasar yangharus dipenuhi oleh peserta sehingga terjadi
penghamburan pendidikan dan menyebabkanterjadinya putus sekolah.
Masalah lain yang berhubungan dengan masalah ini adalah tentang perubahan sosial
yang berbeda dengan perubahan peranan remaja di dalam masyarakat,perubahan hubungan
sebuah pekerjaan,meningkatnya partisipasi pada warga negara dan kehidupan politik di dalam
masyarakat,makin meningkatnya waktu senggang dan sebagainya. Faktor pekerjaan juga
mempengaruhi tentang sistem pendidikan,pada akhir abad 20 ini kita jumpai dalam literatur
pendidikan ,bahwa lapangan pekerjaan pada masa datang rupanya jelas drastis berbeda
dengan apa yang ada sekarang dalam hal ini di perlukannya ketrampilan khusus untuk
menghadapi masalah akan pekerjaan. Pada masa datang keterampilan sangatlah diperlukan.
Di beberapa negara salah satu jawaban tehadap problem ini adlah menyediakan kelas – kelas
khusus untuk orang dewasa yang di ajarkan akan ketrampilan,pelatihan jika ada pekerja yang
tersingkirkan karena ketrampilan mereka tidak dapat terpakaia lagi karena tuntutan jaman.
Menurut penulis,bukan saja hubungan pekerja dengan orang lain akan berubah,tetapi
mungkin juga akan jadi perubahan hubungan mereka dengan perkerjaan. Misalnya mungkin
akan menjadi kegiatan teknologi yang tinggi,yang menuntut keterampilan baru,suatu konsep
baru mengenai kerja,dan siapa yang harus kerja dan mungkin kerja akan berubah. Mengingatingat penetrasi dunia kerja dan sistem otomatisasi menyebabkan adanya kebutuhan akan jenis
keterampilan jenis baru,tetapi juga menimbulkan perubahan yang drastis mengenai ide
tentang aktifitas kerja maju misalnya berkurang pentingnya arti kerja sebagai alat untuk
survival fisik. Dan hal ini disertai dengan meningkatnya toleransi tehadap pengangguaran
yang tinggi di beberapa negara

demi keperluan efisiensi kerja ekonomi dan untuk

mengurangi laju inflasi.
Jadi di masa datang mungkin pekerjaan mempunyai fungsi yang berbeda dengan
mendapatkan nafkah,dan oleh karena itu merupakan kewajiban dari kemewahan. Alasan
mengenai kebutuhan orang dewasa adalah berhubungan dengan hubungan perkerjaan mereka
misalnya orang keterampilan dalam bekerja. Pendayagunaan sumber-sumber yang belum
optimal dan perkembangan luarsekolah yang sangat pesat menuntut manusia untuk mengikuti
perubahan yang terjadi yaitu beradaptasi dengan dinamika tersebut. Jika tidak beradaptasi
dengan perubahantersebut manusia sulit memperluas keinginannya yang membutuhkan
hukum kewajaran.Sehingga akan terjadi perbenturan, kekacauan atau anarki menyeramkan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

11

Permasalahan - permasalahan yang telah dideskripsikan ini memberikan landasan dalam
pendidikan seumurhidup yang berlaku secara keseluruhan pada setiap individu.Proses
kegiatan kehidupan sesuai dengan ketetapan UNESCO yang menetapkan
pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu
b. Mengarah pada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaansecara
sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang meningkatkankondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusidan semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjaditermasuk
yang formal, informal, dan nonformal. (Depdikbud 1994)
Mengenai pendidikan seumur hidup yang paling dasar adalah pengembangan
keterampilan untuk bekerja dengan informasi dan simbol-simbol,meningkatkan apresiasi
cara-cara

berekspresi,mengasuh

berfikir,memilihara

kenyakinan

keinginan
terhadap

tahunan

kemampuan

dan

kemampuan

untuk

belajar,dan

untuk
terakhir

meningkatkan kemampuan untuk hidup bersama orang lain. Pendidikan prasekolah tercakup
pengembangan politik yang komplek,pengembangan motivasi dan sosioafaktif,yang apabila
berkembang dengan baik akan merupakan dasar bagi kehidupan dan aktualisasi diri. Dengan
demikian kita liat perlunya pendidikan prasekolah bagi bagian pendidikan seumur hidup.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

12

BAB III
KONSEP DASAR PSH
APA YANG DIMAKSUD PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Laporan tahun 1972 komisi internasional melakukan pengembangan pendidikan dan
dipublikasikan oleh UNESCO dan sekarang dikenal dengan istilah “Laporan Faure” (Faure
1972) dan memuat rekomendasi pertama untuk merancang pendidikan, proposal yang dibuat
berjudul “ Pendidikan seumur hidup”, proposal dibuat untuk inovasi pendidikan di masa
mendatang. Rekomendasi ditunjukan pada negara maju dan negara berkembang, sekarang
gagasan diterima dan menjadi sangat terkenal di mana-mana.
Di Eropa pendidikan seumur hidup belum di mengerti sepenuhnya lebih jahu
pendidikan seumur hidup kurang begitu terkenal dalam lingkungan pendidikan Eropa. Dalam
sub bab ini, di maksudkan adalah untuk menyajikan gagsan pemikiran dasar, dan untuk
menetapakan pengertian istilah pendidikan seumur hidup.
Eksitensi perbaikan tidak hanya untuk meningkatkan fasilitas pendidikan orang
dewasa, tidak berarti bahwa pendidikan seumur hidup sudah tercapai. Contohnya terdapat
problem bahwa pendidikan orang dewasa sangat selektif. Mereka sudah mendapatkan
pendidikan sebelumnya dan bermaksud untuk memperoleh pendidikan orang dewasa, dan
bukan orang yang diduga betul-betul membutuhkannya. Sekarang pendidikan orang dewasa
masih dikonsepsikan sebagai rekereasi.
Pendidikan orang dewasa dinodai dengan menjadikannya sebagai sesuatu yang luks
atau usaha perbaikan, bukan dijadikan bagian proses pendidikan yang berlangsung sepanjang
hayat.

Pendidikan

seumur

hidup

diperlengkapai

tenaga

yang

bagus

dan

berkulitas.Bagaimanapun, tujuan pendidikan seumur hidup dapat dipandang lebih luas dari
meningkatkan produktivitas pekerja seperti yang ditekankan pada pendidikan orang dewasa.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

13

PERANAN TRADISIONAL SEKOLAH
Sekolah secara tradisional berkenaan dengan kelompok usia tertentu, biasanya antara
sekitar 6 tahun sampai 18 tahun, meskipun sekarang diakui tidak ada bukti bahwa belajar
lebih efisien atau lebih diinginkan pada usia ini (Coste, 1973, hal. 47: Rohwer, 1971). Lebih
jauh lagi sekolah secara tradisional lebih memperhatikan pemberian informasi daripada
pendidikan moral, etika, atau efektif sosial (misalnya, Coleman, 1972). Bahkan bagian
informasi yang lebih diperhatikan penekanannya pada penguasaan berupa fakta, bukan untuk
menguasai ketrampilan belajar,Seperti yang dinyatakan oleh (1973, hal 41), pelajar
dikonsepsikan sebagai wadah semata-mata atau stockpot pengetahuan. Tranmisi informasi
dipandang sebagai ringkasan hal-hal dasar yang diketahui oleh pelajar dalam kehidupannya
nanti. Pengetahuan biasanya tidak dengan sengaja direncanakan agar sesuai dengan
kebutuhan. Sekarang kehidupan hari demi hari pelajar, meskipun aplikasi praktek langsung
terjadi namun hanya sebagai peristiwa keberuntungan saja. Kegunaan sesuatu yang dipelajari
sekarang tidak jelas dalam kehidupan masa dewasa mendatang. Misalnya, sekolah diterima
sebagai alat mempersiapkan pelajar untuk melakukan peranan tertentu dalam struktur sosial
yang ada, (Bowel, 1971) dan menanamkan seperangkat ketrampilam kejurua yang
berhubungan dengan peranan sosial, dan berguna untuk kesuksesan ekerjaan selama hidup
(Kyostie, 1972). Salah satu efek konsepsi tradisional peranan tidak hanya memisahkan
sekolah dengan kehidupan nyata pelajar sehari-hari, tetapi juga belajar di sekolah terpisah
dari sumber-sumber belajar lainnya seperti, perpustakaan, museum, rumah, pekerjaan,
organisasi sosial dan sebagainya.
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dasar filisofi pendidikan seumur hidup mempertanyakan konsepsi tradisional sekolah
yang telah dideskripsikan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dave (1973, hal 11-12),
pertumbuhan kejiwaan, perkembangan kepribadian, pertumbuhan sosial ekonomi dan
kebudayaan, seluruhnya berlangsung terus-menerus seumur hidup. Pendidikan seumur hidup
bertumpu pada kepercayaan bahwa belajar juga terjadi seumur hidup,walaupun dengan cara
yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Masalah yang terakhir telah di diskusikan
secara ekstensif oleh ahli-ahli Ilmu jiwa perkembangan seperti Bruner.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

14

Menurut Stephens (1967) belajar mengajar adalah peristiwa wajar yang terjadi pada manusia
secara terus-menerus yang berlangsung dengan cara spontan, bahkan tanpa disadari pada saat
melakukannya. Oleh karena itu, disarankan bahwa belajar harus didukung dan dibantu dari
anak-anak sampai dewasa. Pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu
memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk instruction, studi dan learning di
setiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu bertujuan untuk memperbaiki
kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh ketrampilan baru, meningkatkan
keahlian mereka dan meningkatkan pengetahuan tentang dunia yang ditempatinya.
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk
membantu pengembangan personal sepanjang

hidup dalam istilah yang lebih luas

“development”. (Lengland, 1970, hal 46). Pendidikan seumur hidup berkenaan dengan prinsip
pengorganisasian yang akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukanfungsinya.
Fungsinya adalah “proses perubahan yang menuntun perkembangan individu”. (Silva, 1973,
hal 41).
Pendidikan seumur hidup sebagai model pendidikan memang tidak seluruhnya baru.
Konseptualisasi pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan
belajar seumur hidup agar menjadi lebih bernilai bagi masyarakat, ditemukan dalam tulisan
Matthew Arneldsama (Johnson 1972) dan Comenius (Lihat Kyrasek dan Palisenky, 1968)
sama baiknya dengan penulis pendidikan pada zaman purbakala. Dewey (1916, hal 91)
mengemukakan pandangan lebih 60 tahun yang lalu bahwa pendidikan dan belajar adalah
proses seumur hidup. Laporan terhadap pemerintah Inggris pada akhirnya perang dunia pertama (Kementerian Komite Rekonstruksi Pendidikan Orang Dewasa, 1919) secara khusus
memberikan rekomendasi bahwa pendidikan harus"seumur hidup" sebagai persoalan penting
nasional. Bagaimanapun juga, gagasan ini sudah muncul 60 tahun yang lalu atau lebih sejak
Dewey merekomendasikan kepada pemerintah Amerika Serikat dan rekomendasi
Kementerian Rekonstruksi terhadap pemerintah Inggris, namun kenyataannya sistem
pendidikan yang berorientasi seumur hidup belum dikembangkan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

15

MENGAPA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Para penganjur pendidikan seumur hidup mengembangkan sejumlah argumentasi
yang berbeda – beda. Mereka mengemukakan bahwa pendidikan seumur hidup akan
meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan,memiliki implikasi ekonomi yang
menyenangkan serta esensial dalam menghadapi struktur – struktur social yang berubah dan
terdapat alas an – alas an kejuruan untuk menetapkan akan menghantarkan peningkatan
kualitas hidupnya,dll.
Keadilan
Lengrand ( 1970,hal 26 – 27 ) misalnya,telah menunjukkan adanya desakan social
yang kuat dalam kerja sekarang yang mendorong seluruh masyarakat dan strata setiap
masyarakat agar memiliki kesempatan sepenuhnya untuk merealisasikan potensi mereka dan
persamaan jalab untuk memperoleh keuntungan social, ekonomi, dan politik. Tekanan
terhadap persamaan kesempatan kerja bukanlah hal baru,tetapi diterapkan dengan kekuatan
yang diperbarui dalam masyarakat yang sangat maju contohnya Amerika Serikat
( Coleman,1966; Jencks,1972). Lebih jauhnya lagi,tekanan juga dirasakan di Negara yang
sedang berkembang yang dinyatakan bahwa system pendidikan tradisional yang diwarisi oleh
pemerintah colonial dulu akan membatasi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat
persamaan internasional,1977;Parkyn,1973).
Banyak observer yang berpendapat bahwa sekolah yang ada sekarang pada
pokoknya .berjalan untuk mempertahankan status qua (Ward,1972.179-181),pelajar dididik
untuk menyesuaikan diri dengan posisi social tertentu dan melestarikan tatanan yang sudah
ada. Menurut argumentasi ini,pengetahuan diberikan di sekolah tradisional yang tidak
berubah seperti menyampaikan komodite kepada consumer (Weaver,1972,hal 171) dan
keetidaksamaan yang dipertahankn oleh pengaruh control “establishment” pendidikan yang
ingin menyampaikan pengetahuan dengan cara yang cepat. Argumentasi ini dirangkum dalam
statemen Bowle (1971,hal 178)yang menyatakan bahwa sekolah melaksankan “reproduksi
relasi social produksi”. Tetapi berbeda dengan pendidikan seumur hidup yang pada
prinsipnya adalah untuk meleminir peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan
ketidakadilan.
Pertimbangan ekonomi
Biaya pendidikan tampaknya mendekati titik puncak dimana masyarakat tidak mampu
lagi membiayainya lebih jauh lagi. Dimana untuk Negara – Negara sedang berkembang
problem ini telah mencapai tarf akut,sebagai contoh Negara Upper Volta. Negara tersebut

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

16

telah menggunakn 18% dari pendapatannya untuk membiayai pendidikan dan anggaran
belanja ini sangat besar dibandingkan pemasukan keseluruhan,karena hanya untuk
membiayai 10% dari penduduk usia sekolah. Sedangkan pembiayaan untuk 100% usia
sekolah diperlukan dana 1,8 kali dari budget keseluruhan nasional. Bahkan di Negara –
Negara yang berteknologi maju,beberapa system sekolah telah diancam kebangrutan
(Coste,1973 hal 46). Dala waktu yang sama pila,terdapat kebutuhan yang semakin meningkat
untuk memperbesar pelayanan pendidikan,memperluas daya serap sekolah dan lebih
meragamkan jenis – jenis pendidikan. Kebijakan yang telah dilakukan untuk mengatasi krisis
financial seperti mempersingkat penyelenggaraan,memperkenalkan system hutang serta
meningkatkan pendayagunaan teknologi pendidikan,dll (Cropley dan Gross,1973).
Bagaimanapun juga,seluruh usaha yang dilakukan termasuk memperbesar anggaran
belanja telah gagal melaksanakan program melek huruf semesta di Negara – negar
berkembang,gagal menghapus buta huruf di Negara maju serta gagl untuk memenuhi
kebutuhan di seluruh masyarakat. Contohnya,meskipun jumlah anak – anak yang bersekolsh
di seluruh dunia meningkat dari 325 juta menjadi 460 juta sejak tahun 1960 – 1968 dan
jumlah anak – anak usia sekolah yang tidak tertampung di sekolah meningkat 17 juta dalam
periode sekarang ini (Faure 1972). Dalam situasi yang sama pula dialami para orang dewasa.
Menurut Biyin(1975),akhir – akhir ini jumlah orang dewasa yang mengalami buta huruf
meningkat melebihi 80 juta(jumlah peningkatan yang pasti tergantung pada penggunaan
definisi buta huruf). Ini sesuatu peristiwa yang menyedihkan bahkan mengecewakan jika
dilihat dalam konteks ekonomi tersebut.Selama periode berlangsung,anak – anak yang tidak
mampu bersekolah meningkat,proporsi GNP yang digunakan untuk membiayai pendidikan
meningkat dari 3,02 menjadi 4,24% (Faure,1972),serta peningkatan ini mencerminkan usaha
yang sangat besar khususnya di bagian Negara yang sedang berkembang.
Seringakali muncul pertanyaa,apakah kebikajakan yang telah diusulkan memilki
potensi untuk menanggulangi issu – issu ekonomi yang sekarang ini terjadi pada system
pendidikan. Beberapa alternative yang telah dikemukakan seakan – akan tidak berdaya untuk
menanggulangi issu – issu ekonomi,tetapi hanya sekedar modifiksi cara – cara penyampaian
atau pembiayaan dengan produk yang sama dengan pendidikan tradisional. Tidak seperti pada
kebijakan yang telah disebutkan,tetapi pendidikan seumur hidup secara radikal mengandung
model baru proses pendidikan. Kebijakan seperti itu jelas memiliki implikasi ekonomi yang
sangat besar. Meskipun,Costa (1973,hal 48) telah mengemukakan kesimpulan yang
memperingatkan bahwa modifikasi usia yang telah terjadi dalam system pendidikan formal

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

17

tidak memungkinkan untuk menghemat biaya pendidikan. Sebenarnya sukar untuk
mengatakan bahwa penataan kembali pendidikan tidak akan meningkatkan pembiayaan.
Contoh satu kasus ekonomi untuk mengadopsi system pendidikan seumur hidup telah
dikemukakan oleh Zhamin dan Konstanian (1972). Meskipun dapat,tetapi sangat sulit
memperhitungkan uang kembali ke suatu Negara yang berasal dari peningkatan kebijakan
pendidikan ,mereka berdua mengemukakan contoh nyata dengan perhitungan statistic yaitu
pekerja – pekerja yang memiliki pendidikan sangat tinggi akan menampilkan kerja yang lebih
baik dan estimasi antara tahun 1960 – 1968 “ekonomi yang kembali” ke Uni Soviet dengan
mengeluarkan satu roubel untuk membiayai pendidikan yang menghasilkan 4 roubel GNP.
Mereka melihat pembentukan system pendidikan yang berfungsi sebagai basis untuk
memperoleh ketrampilan tipe baru yang secara ekonomi berharga untuk masyarakat. Disini
juga perlu ditekankan bahwa para pendukung system pendidikan seumur hidup tidak
membela pendapatnya dengan mengemukakan bahwa pendidikan dengan menerima
pendidikan

seumur

hidup

akan

dapat

meningkatkan

produktivitas

pekerja

serta

meningkaatkan keuntungan. Pendekatan peningakatan produktivitas dan keuntungan telah
ditolak banyak penuis seperti Vinokur (1976). Persoalan yang lebih penting adalah
meningkatkan kualitas hidup,memperbesar pemenuhan diri,melepaskan dari kebodohan serta
kemiskina

dan

eksploitasi.

Meskipun

jelas

terdapat

pengakuan

yang

semakin

meningkat,khususnya di Negara berkembang menyatakan bahwa pendidikan berperan
sebagai basis untuk ekonomi modern. Lebih jauh lagi,kemakmuran ekonomi akan
meningkatkan standar kehidupan dengan segenap keuntungan yang diperoleh karena
meningkatnya harapan untuk berumur panjang,memiliki kesehatan fisik yang lebih baik serta
kebahagiaan yang lebih baik. Pangkuan adanya hubungan antara hubungan antara dan
pertumbuhan ekonomi,kemajuan personal dan kehidupan social yang berurutan ,serta akan
memperlengkapi argumentasi ekonomi lebih jauh lagi untuk mengadakan perubahan radikal
organisasi pendidikan. Oleh karena itu pendidikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kualitas hidup berhubungan sangat intim sekali.
Faktor – factor social (peranan keluarga yang sedang berubah)
Menurut Colemsn (1972,hal 431),keluarga mempunyai fungsi sebagai entral sumber
pendidikan pada waktu silam. Dia mengemukakan bahwa situasi ini telah berubah sehingga
keluarga sedikit demi sedikit berkurang peranannya dalam mendidik anak – anak. Ini dapat
dilihat dalam bidang moral,aafektif dan pendidikan social. Serta,pengikisan peranan keluarga
bias diramalkan sebagai hasil meningkatnya pertumbuhan teknologi,urbanisasi dan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

18

kekomplekan hidup.Aujaleu meramalkan “lumpuhnya nilai – nilai” adalah konsekuensi dari
pengurangan peranan keluarga sebagai salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan
anak. Khususnya,perubahan ini memerlukan suatu jalan yang dapat menutupi gap yang
ditinggalkan oleh keluarganya. Pendidikan seumur hidup dapat memperlengkapi kerangka
organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya ditangani
oleh keluarga. Dalam masalah tersebut harus diperhatikan bahwa penekanan peranan
pendidikan seumur hidup sebagai pembantu keluarga dan berarti akan memperluas system
pendidikan agar dapat menjangkau anak – anak awal dan orang dewasa. Dengan
harapan,pengakuan pentingnya pendidikan moral dan social serta desakan terhadap sekolah
untuk melakukan peranan pendidikan yang dilakukan keluarga,agar memperkuat dan
menghidupkan kembali pengaruh rumah dalam proses interaksi antar beberapa factor yang
mempengaruhi anak,
Faktor – factor social (peranan social yang sedang berubah)
Perangkat kedua perubahan social berbeda dengan perubahan peranan keluarga yang
telah dibicarakan di atas,meskipun diantara keduanya terdapat hubungan yang sangat
erat,contohnya perubahan peranan adolescent dalam masyarakat modern,perubahan
hubungan pekerja dengan pekerjaan dan bosnya,meningkatnya waktu luang ,dan
meningkatnya partisipasi warga terhadap kehidupan politik. Garis antara orang dewasa
dengan anak secara tradisional sangat jelas dalam kehidupan masyarakat yang tidak maju..
Tiket maju kedunia dewasa sering ditandai dengan umur tertentu dan beberapa upacara
resmi.Serta perkembangan yang kompleks dalam penggunaan teknologi di masyarakat
maju,bagaimanapun juga ini akan menyebabkan pentingnya perluasan konsep anak – anak.
Pada mulanya,sekolah telah menciptakan perbedaan umum antara orang dewasa dengan anak
– anak. Perbedaan sekarang ini semakin kabur. Pemuda yang kawin pada umumnya
meningkat,hak – hak istimewa yang dulunya dimiliki orang dewasa sedikit demi sedikit
pindak ke anak – anak,ketika orang dewasa semakin meningkat yang kembali kebangku
sekolah. Pemuda umur 18 tahun yang sudah menikah dan bekerja sedangkan yang berumur
30

tahun

sedang

menjadi

pelajar.

Anak



anak

secara

tradisional

harus

disekolahkan,sedangkan orang dewasa tidak dan sekarang sangat sulit memisahkan itu,oleh
karena itu diperlukan konsep pendidikan an perluasaan rentangan usia yang ditampung dalam
pendidikan.
Dalam situasi yang agak mirip dengan kenyataan yang diatas adalah hubungan social
yang tepat diatara pekerja yang menjadi tidak jelas. Contohnya pekerja bawahan di masa

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

19

yang akan datang barangkali harus mengadopsi peranan social sekarang ini yang dianggap
sangat tepat untuk boss. Peranan social lainnya juga berubah,seperti dalam bidang stereotype
seks. Seperti contoh berubahnya konsepsi peranan laki – laki sebagai pencari nafkah juga bias
dilakukan oleh kaum wanita karena adanya emansipasi wanita . dengan demikian,pendidikan
harus berisi elemen training yang kuat dan memainkan peranan social yang sangat beragam
agar mempermudah individu melakukan penyesuaian terrhadap perubahan hubungan antara
mereka dengan orang lain.
Peranan teknologi
Dekat sekali hubungannya dengan perubahan yang telah dibicarakan di atas,dan
seringakali dikemukakan oleh pendukung pendidikan seumur hidup sebagai argumentasi
umum dalam rangka menopang konsep pendidikan seumur hidup yaitu gejala perubahan
teknologi yang berlangsung dengan cepat. Pertumbuhan teknologi juga menyebabkan
meningkatnya persediaan informasi,merubah sifat – sifat pekerjaan,meningkatkan urbanisasi
dan waktu luang,keberhasilan pengobatan seperti bertambah panjangnya usia,menurunnya
kematian dan meningkatnya waktu luang serta banyaknya tersedia kekayaan materi yang
berakibat

keduniawian

dan

materialisme

menjiwai

nilai



nilai

budaya

dan

spiritual(Suchodolskil,1976) dan berakibat pula kerenggangan dan keasingan manusia dari
manusia lainnya. Semua ini menimbulkan ketidakpastian ketrampilan yang diperlukan dunia
mendatang serta melunturkan kekeluargaan,ketidakpastian peranan social dan hubungan
internasionaldi masa depan. Akibatnya,basis keorganisasian baru pendidikan menjadi penting
dan diperlukan dimana – mana.
Faktor – factor vocational
Masalah ini dikemukakan kembali dalam literature pendidikan pada akhir abad
sekarang ini yang menyatakan bahwa kejuruan yang diperlukan dunia di masa mendatang
secara drastis berbeda dengan apa yang ada sekarang . Dalam konteks ini, kemampuan
system pendidikan seperti yang diorganisir sekarang digunakan untuk membekali anak – anak
dengan ketrampilan khusus yang diperlukan untuk kesuksesan pekerjaan di masa mendatang
yang secara ektrim diragukan. Ada alasan untuk menuduh bahwa salah satu kejuruan dimasa
yang akan mendatang mengalami perubahan yaitu ketrampilan kejuruan yang cepat payu dan
terjadi perubahan yang tidak hanya pada generasi mendatang tetapi juga terjadi dalam
generasi ini. Dengan demikian para pekerja di masa mendatang perlu meninggalkan
ketrampilan yang sudah lama dimiliki dan menggantinya dengan yang baru,barangkali tidak
hanya sekali pergantian,tetapi berulang kali. Seperti yang telah dikemukakan,perubahan ini

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

20

juga meliputi hubungan antar teman sekerja,employe,dll sehingga efeknya menjadi lebih
kompleks dan meresap.
Menurut beberapa penulis tidak hanya hubungan pekerja dengan orang yang berubah
tetapi hubungan antar pekerjaan mereka. Ilmu kedokteran umpamanya menjadi suatu
aktivitas teknologi yang sangat tinggi dan memerlukan beberapa jenis ketrampilan yang baru.
Dan mungkin saja akan muncul konsepsi baru tentang apa yang disebut kerja dan siapa yang
harus melakukannya. Meningkatnya penetrasi dunia kerja dengan system otomat menyatakan
bahwa sifat – sifat kerja itu sendiri mungkin mengalami perubahan. Serta perubahan ini tidak
hanya memerlukan ketrampilan baru tetapi mengalami perubahan drastic dalam pemikiran
mengenai jenis aktivitas apa yang disebut kerja. Di beberapa negara maju misalnya,nilai yang
diberikan terhadap pekerjaan yang sebagai alat untuk melestarikan fisik sudah semakin
menurun sekarang ini.Dan disertai meningkatnya toleransi terhadap pengangguran yang
banyak terjadi di beberapa Negara sebagai akibat peningkatan efisiensi kerja dan usaha
pengurangan tingkat inflasi. Beberapa masyarakat telah menurunkan martabat kerja bahkan
pada tingkat memberikan jaminan pendapatan tahunan seperti yang terlihat pada beberapa
daerah di Canada tanpa memandang apakah buruh itu bekerja atau tidak.
Jadi,pada masa mendatang,mungkin fungsi pekerjaan bukan untuk memperoleh
penghasilan,keperluan

dan

kemewahan.

Pekerjaan

misalnya

sebagai

jalan

untuk

mengekspresikan diri,cara untuk mengekspresikan jenis kewajiban social yang sejajar dengan
adanya partisipasi kelompok orang tua dan guru,sedangkan cara untuk meyakinkan public
tentang kejujuran/keadilan,bahkan sebagai hokum/tanda kekurangan masyarakat. Hak untuk
bekerja mungkin sebagai jalan untuk memperoleh hak – hak istimewa.Meskipun
kemungkinan diatas tersebut tamapaknya fantastis.,namun masyarakat melihat perubahan
besar dalam kepentingankerja mereka saja,peranan kerja dalam kehidupan individu,serta nilai
– nilai yang diberikan pada pekerjaan baik dimasyarakat maupun individu bahkan perlunya
bekerja. Seluruh kemungkinan ini menyatakan bahwa anak – anak sekarang mungkin
memerlukan untuk masa depan mereka suatu ketrampilan yang berbeda sekali dengan
ketrampilan

kejuruan

yang

dipaketkan

sekarang.

Dengan

demikian

hendaknya

memperlengkapi pelajar kemampuan untuk mereaksi secara positif terhadap perubahan baik
segi meneruskan kemampuan yang secara kejuruan yang berguna untuk masyarakat dan
kemampuan untuk mempertahankan identitas mereka dalam menghadapi jenis pekerjaan
yang sangat berbeda dengan apa yang ada sekarang ini.
Kebutuhan – kebutuhan orang dewasa

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

21

Orang dewasa sekarang ini akan mengalami efek cepatnya perubahan dalam dalam
bidamg kejuruan yang mereka miliki. Misalnya,ancaman keusangan yang membayangi
banyak pekerja. Serta,keusangan ketrampilan yang sekarang mereka miliki dan kebutuhan
untuk memperoleh ketrampilan – ketrampilan yang baru,sama sekali tidak terbatas pada
pekerja buruh kasar. Dubin (1974) telah menunjukkan bahwa insiyur professional sedang
menghadapi masalah keusangan ketrampilan. Menurut dia separuh kehidupan rata – rata mata
pelajaran engineering yang diajarkan di Universitas Amerika yang terus menerus menjadi
menurun dan sekarang ini sisanya hanya tinggal sedikit. Akibatnya,para insiyur yang sedang
praktek di Amerika sekarang ini telah menghadapi prospek keusangan pengetahuan jauh
sebelum habis kehidupan professional aktif mereka. Di masa mendatang,ketrampilan mereka
mungkin dalam waktu lima tahun yang akan menjadi usang,dan pada waktu mereka yang
sedang menyelesaikan suatu program. Jadi untuk orang dewasa sekarang,cepatnya perubahan
ketrampilan kejuruan bukan problem abstrak di masa mendatang tetapi suatu yang harus
dihadapi sekarang ini.
Renspons terhadap problem ini adalah banyak Negara mengembangkan kelas – kelas
untuk orang dewasa. Walaupun di Amerika misalnya,program – program untuk melatih
kembali para pekerja yang telah menjadi usang sebagai akibat perubahan dalam industri dan
mereka dipekerjakan dengan hasil yang tidak memuaskan. Oleh karena itu,fakor keengganan
melanda sebagian besar orang – orang yang seharusnya membutuhkan belajar yang
baru,sedangkan minat terhadap belajar lanjutan ini hanya sebagian besar terdiri dari orang –
orang yang telah memperoleh pendidikan terbaik sebelumnya. Para pekerja terlantar telah
meenunjukkan bahwa perasaan kebodohan mereka dengan keharusan kembali ke bangku
sekolah dan mereka juga menolak retrainini karena dipandang merendahkan martabat orang
tua. Kenyataannya,nilai dan sikap mereka telah menghambat kesediaan untuk ikut serta
dalam belajar baru dipandang penting untuk dunia sekarang. Problem ini juga muncul Karena
dukungan oleh konsepsi tradisional sekolah seperti yang telah digambarkan pada pembahasan
ini. Sistem penidikan hendaknya diorganisir untuk membantu belajar pada masa dewasa di
masyarakat,karena itu harus dihancurkan pandangan yang menyatakan bahwa seseorang
hanya belajar pada masa persekolahan formal antara 6 sampai 18 tahun. Jadi,secara radikal
berarti perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa.
Menurut Gelpi harus memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
Kehidupan anak – anak awal
Pada kelompok umur kedua di luar masa persekolahan yang normalnya hanya tersedia

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

22

kelompok usia anak – anak awal. Sebagaimana orang dewasa nanti,tahun – tahun sekarang
juga ditandai dengan meningkatkan minat terhadap pendidikan untuk umr dibawah 6 tahun.,
Khususnya sudah tumbuh pengakuan bahwa anak –anak awal merupakan fase perkembangan
yang mempunyai karakteristik tersendiri dan bukan semata – mata masa penantian untuk
memasuki periode anak –anak,remaja, dan dewasa. Sekarang lebih sebelumnya . Misalnya
Anak – anak awal sesungguhnya sudah memiliki kemampuan untuk berpikir dan
mengerti,meskipun belum mencukupi perhatian yang diberikan terhadap kenyataan ini dalam
perencanaan pelayanan pendidikan.Serta terhadap kemampuan anak – anak awal yang telah
disebutkan sebelumnya,dan perlu perhatian bahwa penelitian kejiwaan sekarang telah
menunjukkan pentingnya masa kanak-kanak awal yang digunakan sebagai fase kritis
pertumbuhan dalam bidang antara lain perkembangan intelektual,perhatian,konsentrasi,dll.
Bloom (1976) telah mereview beberapa studi penting dalam bidang tersebut dan
menyimpulkan bahwa antara umur 2 sampai 10 tahun,anak – anak juga mengembangkan
kemampuan kognitifnya seperti bahasa dan ketrampilan yang dipelajari dari orang dewasa
dan sosio-afektif seperti kebutuhan untuk berprestasi,perhatian,dan kebiasaan bekerja yang
baik.

Jadi,pada

masa

kanak-kanak

awal

menjadi

basis

untuk

perkembangan

selanjutnya,meskipun dalam tingkatan tertentu pengalaman yang dating belakangan dapat
memodifikasi terhadap perkembangan yang fundasinya sudah diletakkan pada pengalaman
sebelumnya. Jika perkembangan berikutnya adalah untuk mengikuti bagian yang optimal
maka anak – anak awal tidak siap untuk memperoleh keuntungan dari ligkungan yang
mendidik tetapi mereka juga membutuhkan stimulasi jenis – jenis pengalaman yang tepat.
Diskusi tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan yang dapat dijumpai dalam
Worth Repot,telah dipersiapkan atas bantuan pemerintah Propinsi Alberta Canada Worth yang
mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh menolak anak di bawah umur 6 tahun dan
menganjurkan prinsip system formal untuk pendidikan anak – anak awal ( ia disebut “Early
Ed” ). Dia mengemukakan 3 tujuan pokok “Early Ed” yang meliputi perlengkapan stimulasi
yang bias membantu pemahaman identitas dan menciptakan pengalaman sosialisasi yang
tepat. Aspek yang terpenting dalam anjuran Worth untuk kepentingan masa kini,secar khusus
ia menolak pendapat tersebut yang menyatakan bahwa pendidikan anak – anak awal berarti
harus memperpanjang ke bawah system yang ada pada sekarang ini. Fungsi utamanya bukan
menyediakan persiapan pendidikan akademis. Sebaliknya,ia menganjurkan pendidikan anak
–anak awal yang digunakan sebagai fase pertama system pendidikan seumur hidup. Ia
menyarankan bahwa tujuannya harus memuat pengembangan ketrampilan yang digunakan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

23

untuk mendayagunakan informasi dan symbol – symbol,meningkatkan apresiasi bermacam –
macam mode ekspresi diri,memelihara keinginan dan kemampuan berpikir,menanamkan
keyakinan setiap anak tentang kemampuan untuk belajar,serta membantu perasaan harga diri .
Akhirnya,akan meningkatkan kemampuan untuk hidup dengan orang lain. Sehingga,ia akan
melihat pendidikan anak – anak awl meliputi variable yang kompleks dalam bidang
kognitif,motivasi dan sosio afektif yang jika berkembang dengan cepat akan menjadi basis
pemenuhan diri dalam kehidupan. Dengan demikian,ia akan mengakui betapa pentingnya
pendidikan yang menuju ke usia sekolah konvensional yang digunakan sebagai salah satu
fase pendidikan seumur hidup.

PERUBAHAN KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN
Peranan Sekolah
Meluasnya pengembangan sistem sekolah yang ditopang oleh Negara di Eropa dan
Amerika Utara, khususnya pada fase permulaan praktis. Pekerjaan utama pendidikan
berkenaan dengan belajar ketrampilan dasar tertentu yang terus menerus mengandung nilai
praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan individu dan masyarakat (Lynch dan Plunkett,
1973). Lebih mutakhir lagi, nilai-nilai pendidikan telah berubah kearah penekanan yang lebih
besar pada penguasaan ketrampilan dibidang social nilai-nilai estetika, kesehatan, pribadi dan
sebagainya (Silva, 1973; Coles, 1972).
Seperti yang telah dikemukakan terdahulu, latihan-latihan di sekolah dilihat oleh
beragam penulis sekarang ini sebagai proses perpindahan kedalam suatu bidang secara
tradisional merupakan tugas dari keluarga (Aujaleu, 1973; Coleman, 1972).
Walaupun terdapat hubungan nyata antara persekolahan dengan belajar (yang akan
dibicarakan lebih banyak pada bab berikutnya), jelas bahwa belajar tidak terbatas pada
periode yang dipergunakan di sekolah atau tidak pada usia-usia sekolah. Umpamanya, amat
banyak orang-orang membicarakan masalah-masalah sosial dalam usia dewasa jauh setelah
usia sekolah tradisional selesai. Serupa dengan itu, bayi yang belum mencapai usia sekolah
dengan sukses melakukan sejumlah tugas belajar yang meliputi, umpamanya kecakapan
bahasa ibu, mengontrol sistem motorik, dan sebagainya. Sebagian besar belajar ini hanya
terjadi dalam kehidupan yang sangat awal (liha t Stone, Murphy dan Smith, 1972). Meskipun
orang-orang Eropa dan Amerika Utara masyarakatnya sangat maju sekali, penerapan dalam

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

24

mempersiapkan fasilitas belajar sekarang ini bertumpu pada kepercayaan bahwa usia terbaik
untuk belajar antara umur 6-18 tahun, dan persekolahan pada periode ini dapat memenuhi
kebutuhan belajar formal yang diperlukannseluruh orang-orang untuk kehidupan mereka.
Lebih jauh lagi, pandangan ini seringkali diwarisi dari penguasa colonial dulu yang
digunakan untuk Negara yang sedang berkembang.
Juga tampak bahwa ketrampilan yang secara tradisional dikembangkan di sekolah
sebagian besar dalam bidang kognitif, sedikit sekali ditekankan pada ketrampilan dalam
bidang sosio afektif, etika, moral, emosi, dan perasan, seperti yang telah dikemukakan.
Bahkan dalam bidang kognitif pun hanya ditekankan satu segi saja. Belajar, mengenali,
mengingat dan memproduksi kembali informasi lebih ditekankan daripada menguasai metode
mendapatkan

informasi,

ketrampilan

dalam

menetapkan

tujuan,

teknik

untuk

mengkomunikasikan pengetahuan dan menghubung-hubungkan ketrampilan. Dalam waktu
yang sama terlalu sedikit perhatian yang diberikan terhadap spectrum yang luas berkenaan
dengan cara-cara individu berbeda dengan yang lainnya. Konsekuensinya, termasuk dalam
standar persekolahan asumsi bahwa rentangan sempit pengalaman-pengalaman persekolahan
cukup memadai untuk menjawab perbedaan belajar dalam segi kemampuan, kebutuhan
terhadap pendidikan, sikap emosional terhadap persekolahan, perkembangan sosial dan
kognitif, dan sebagainya. Analisi terakhir, peranan faktor-faktor yang telah disebutkan diatas
dalam belajar disekolah telah dibuat oleh Bloom (1976). Khususnya, ia menekankan
pentingnya perbedaan individu dalam variabel sosio afektif, dan kebutuhan akan pengajaran
yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan individu.
Keunggulan persekolahan
Sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah didiskusikan pada paragraf terdahulu, tiga
asumsi utama persekolahan yang secara tradisional menempati posisi tertinggi. Pertama,
persekolahan harus menjadi proses yang intensif, dilangsungkan dalam waktu yang relatif
singkat. Beginilah periode persekolahan konvensional. Kedua, selama periode pengelolaan
belajar dilakukan secara intensif, anak-anak harus diajarkan paling tidak, dasar sesuatu yang
perlu mereka ketahui ketika dewasa nanti. Kedua assumsi ini sebagian muncul dari faktor
ekonomi, karena ketidakmampuan masyarakat industri membiayai persekolahan dalam
periode yang terlalu lama, dan kebutuhan akan pekerjaan yang terampil masuk ke dalam
dunia industri yang secara relatif berusia muda dan diperlengkapi dengan ketrampilan yang
baik dan cocok dengan job yang tersedia, serta menggunakan sisa hidupnya untuk

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

25

menerapkan ketrampilan yang dimiliki. Kedua assumsi ini juga ditopang observasi psikologis
dan sosiologis yang menujukkan bahwaanak-anak tampaknya belajar lebih bergairah dan
cepat daripada orang dewasa dalam situasi normal, dan anak-anak lebih bersedia diawasi
daripada orangtua. Seperti yang akan ditunjukkan kemudian, basis “ilmiah” untuk
kepercayaan ini barangkali relatif terbatas, tetapi berakar kuat sekali secara informal dan
dalam tradisi kejiwaan masyarakat. Belajar tampaknya cepat sekali dan tanpa kesukaran
dilakukan oleh anak-anak awal, seperti mereka menguasai kebiasaan dan pola tingkah laku
masyarakatnya, menunjukkan bukti informal bahwa anak-anak belajar dengan mudah.
Berhubungan dengan dua assumsi diatas, dan barangkali muncul dari assumsi ketiga,
bahwa sekolah adalah arena terpenting terjadinya proses belajar pada masa anak-anak awal
dan adolescent. Dengan perkembangan korp guru-guru professional, secara tradisional
diterima bahwa sekolah adalah tempat paling tepat untuk berlangsungnya belajar. Ini
berakibat menurun atau mengabaikan metode-metode belajar dan lokasi-lokasi belajar yang
terdapat diluar kelas. Dengan munculnya pandangan bahwa sekolah dan guru-guru
sekolahlah yang paling penting, jika tidak hanya satu-satunya agen pendidikan dalam
masyarakat modern posisi pendidikan dari sumber-sumber lainnya, seperti museum,
perpustakaan, rumah tempat kerja, dan sebagainya telah diabaikan. Begitu juga dengan
metode-metode belajar diluar sekolah diabaikan, seperti “self-directed learning”, “inte
learning” (pelajar belajar dari sumber yang bersifat otoriter), dan yang mirip dengan pusat
belajar luar sekolah. Sebagai akibat, belajar bukan bagian dari kehidupan sesungguhnya,
tetapi sesuatu yang di lakukan di tempat istimewa dan terlepas dari jalur kehidupan. Hal
serupa, tujuan utama persekolahan menyiapkan orang-orang untuk masa depan, belajar harus
dipandang sebagai sesuatu yang relevansinya tipis sekali dengan kehidupan nyata pelajar.
Ganjaran belajar sekarang secara tradisional dipandang terletak pada kehidupan yang
semakin baik dimasa depan. Ini memisahkan belajar di sekolah dangan kehidupan nyata yang
dengan rapi diringkas dalam statemen (Livingstone, 1943, hal 43) bahwa “pemuda belajar
tetapi tidak dapat berbuat; orang dewasa harus berbuat tetapi tidak ada kesempatan untuk
belajar”.
Pandangan yang bertentangan antara integrasi vertical dan horizontal
Konsepsi pendidikan tradisional jauh terlepas dari fakta-fakta kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh lagi, pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang hanya berlangsung di sekolah di
bawah para spesialis. Dalam tahun-tahun ini dua pandangan atau gagasan telah mendapat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

26

penekanan; :integrasi horisontal” dan “integrasi vertikal”.
Argumentasi yang dikemukakan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan latar
belakang penulis, tetapi seperangkat gagasan umum dapat dilihat. Kunci gagasan integrasi
horisontal ialah bahwa pendidikan dalam pengertian belajar disekolah harus dikoordinasikan
dengan komponen-komponen lain masyarakat yang memungkinkan terjadinya belajar.
Contoh komponen-komponen masyarakat : rumah, klub dan masyarakat, tempat kerja,
interaksi dalam kelompok sebaya, dan sebagainya. Lebih jauh lagi, dikemukakan bahwa
rentangan anggota masyarakat yang amat luas, bukan suatu rentetan yang tidak berhubungan,
dan disiplin yang terpisah-pisah. Di antara beberapa pembahasan, masalah terakhir ini
mengemukakan mata pelajaran di sekolah harus saling berhubungan erat. Jadi, integrasi
horisontal pendidikan berarti jenis-jenis pengetahuan yang diperoleh diluar sekolah tidak
terpisah dari pengetahuan yang diperoleh diluar sekolah tidak terpisah dari pengetahuan yang
didapat di sekolah, proses berlangsungnya belajar tidak dapat dibagi menjadi proses di
sekolah, seluruh pengetahuan harus dirajut terus-menerus.
Tulisan-tulisan masa kini tentang pendidikan yang memuat kepercayaan bagaimana
pendidikan harus diorganisir secara longitudinal melampaui batas waktu yang ada di sekolah
sekarang. Dasar argumentasi ini adalah pandangan yang menyatakan bahwa belajar sepanjang
hidup, dan orang-orang dapat belajar dalam seluruh tingkatan usia. Pandangan ini memang
sangat bertentangan dengan stereotype yang ada seperti “kamu tidak dapat mengajarkan tupu
muslihatbaru untuk anjing yang sudah tua” dan banyak ungkapan dalam bidang ini, semakon
meningkat pula penekanan dalam tulisan modern bahwa belajar di setiap tingkatan sebagian
dari hasil belajar di masa dating. Karena itu dikemukakan bahwa interelasi belajar membujur
melalui seluruh tingkatan usia secara khusus harus diakui dan dimanfaatkan dalam
organisasi-organisasi pendidikan. Pandangan ini merupakan pengesahan prinsip intregasi
vertikal.
Argumentasi prinsip ini telah direview dan diringkas oleh Blakely (1972, hal 105109). Ia menopang pandangan bahwa tidak benar proses persekolahan dan pendidikan itu
sama, ia mengemukakan bahwa proporsi belajar terbanyak dalam pendidikan berlangsung
sebelum permulaan persekolahan atau berkelanjutan sesudah akhir masa persekolahan, bahwa
persekolahan hanya salah satu pendidikan yang berpengaruh dalam kehidupan, dan dengan
sendirinya persekolahan tidak mampu menyediakan seluruh pendidikan yang diperlikan
dalam kehidupan. Untuk alasan-alasan ini ia mencela isolasi sekolah dan kepercayaan yang
kuat terhadap sekolah formal sebagai sumber utama pengalaman pendidikan. Perubahan yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

27

paling cepat dan abadi proses perkembangan personal terjadi sebelum persekolahan formal.
Periode kehidupan yang terlama terletak jauh sesudah akhir masa persekolahan formal.
Akhirnya

pengaruh yang terkuat terhadap p[ertumbuhan bahkan selama persekolahan

formal, datang dari luar sekolah (seperti media, teman sebaya, keluarga, masyarakat dan
sebagainya). Justru itu, diperlukanperubahan konsep hubungan antara persekolahan, belajar
dan pendidikan.
Tampak kemudian bahwa muncul konsep baru pendidikan. Khususnya konsep ini
menentang kepercayaan tradisional terhadap keunggulan sekolah yang relatif terlepas dari
kehidupan. Lebih jauh lagi, ia mengemukakan integrasi jenis-jenis pengelolaan belajar
“persekolahan” dengan jenis-jenis pengelolaan belajar informal yang terjadi seumur hidup,
dengan atau tanpa sengaja dikelola dengan atau tanpa disertai kesadaran bahwa belajar
sedang terjadi. Akhirnya, konsepsi yang sedang berubah menekankan sifat interaksi belajar
dalam seluruh kehidupan, dan pentingnya belajar terus-menerus dengan baik di luar waktu
persekolahan konvensional, jika ingin mencapai penyesuaian yang sukses terhadap perubahan
yang cepat dalam kehidupan modern. Pandangan yang telah dibicarakan ini terletak dalam
jiwa konsep pendidikan seumur hidup.

BAB IV
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN ILMU JIWA
PENDIDIKAN , PERSEKOLAHANDAN BELAJAR
PENDIDIKAN DAN BELAJAR

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

28

Proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas dapat didefinisikan sebagai
perubahan dalam memahami dunia luar,dirinya sendiri, dan hubungan dirinya dengan orang
lain dan obyek-obyek yang ada di lingkungannya . perubahan-perubahan itu membantu
seseorang untuk menginterprestasi pengalaman dan memungkinkan peningkatan teknikteknik bertingkah laku yang efektif untuk menghadapi kehidupan, serta memungkinkan
mengontrol

elemen-elemen

(Blakely,1972.Dewey(1916)

lingkungan

mendefinisikan

,

yang
pendidikan

berhubungan
adalah

dengannya

“rekontruksi

atau

reorganisasi pengalaman , sehingga menambah arti pengalaman dan meningkatkan
kemampuan mengarahkan jalan pengalaman berikutnya.” jadi, pendidikan erat sekali
hubungannya dengan belajar : belajar adalah suatu proses dimana pribadi seseorang bisa
menjadi lebih baik dari sebelumnya , melalui proses ini terjadi pendidikan . seperti
Blakely(1972.hal.105)telah menempatkan pendidikan dalam pengertian yang sangat luas,
sebagai suatu proses “selfinitiated,” “self-directd learning” proses ini dilakukan secara
spontan , alamiah, bahkan tanpa disadari (Stephen,1967). Karena itu, pendidikan tidak sama
dengan belajar, khususnya jenis belajar formal.
Persekolahan dan belajar
Persekolahan dan belajar juga berkaitan sangat erat sekali . sekolah diasosiasikan
dengan belajar, meskipun para penulis dalam bidang ini barangkali tidak sependapat
mengenai beberapa jenis fakta belajar yang akakn menjadi masalah utama . bagaimanapun
juga, sekolah dan belajar bukanlah hal yang sama. Umpamanya, belajar tidak harus secara
khusus menyadari bahwa mereka sedang belajar. Para ahli ilmu jiwa mengakui eksistensi,
seperti “incidental learning’” apa yang dipelajari barangkali diperoleh tanpa kesadaran pada
diri pelajar . jenis belajar ini tidak dapat dianggap persekolahan, meskipun barangkali terjadi
di sekolah serta menyenangkan atau mencemaskan para pendidik. Jenis belajar di sekolah
memilki unsur-unsur tertentu yang membedakannya dengan belajar sehari-hari yang sematamata terjadi dalam kehidupan dan perkembangannya. Apa yang menyebabkan kekhasan
persekolahan dan keunikan hubungannya dengan belajar , adalah fakta bahwa proses
persekolahan merupakan usaha sengaja dan sistematik dibuat untuk mengubah tingkah laku
melalui belajar (Duke,1976; Rohwer,1970). Untuk membuat lebih sederhana , persekolahan
mempunyai

seperangkat prosedur yang secara sengaja direncanaakan dengan maksud

mempengaruhi proses belajar , dengan cara khusus dipilih oleh orang-orang yang mengarah
persekolahan . proses belajar diciptakan melalui pengolaan lingkungan , sehingga orang-

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

29

orang yang disekolahkan menemukan diri mereka sendiri dalam lingkungan itu.
Dalam persekolahan, usaha formal dan terstandar dilaksanakan untuk memodifikasi
belajar. Juga agen-agen yang secara khusus dirancang untuk tugas mengontrol belajar (guruguru),para pelajar paling tidak sebagian menyadari fakta bahwa mereka diikat dalam proses
belajar (murid-murid), dan seperangkat tujuan dan gagasan yang sengaja untuk
direalisasikan , dan tujuan dan gagasan itu dianggap akan dapat dicapai dengan pola
pengolaan khusus proses belajar yang dipilih. Semua hal yang telah disebutkan memerlukan
persyaratan adanya orang-orang yang mengerti bagaimana mempengaruhi belajar, apa yang
akan dipelajari , kapan akan dipelajari,dan tujuan untuk apa dipelajari . mereka itu adalah
para pendidik profesional, seperti guru dan administrator. Dalam persekolahan , pendidik
profesional dengan sengaja menyediakan kondisi lingkungan yang mereka percaya akan
mengubah , belajar untuk mencapai lingkungan yang mereka inginkan. Jadi, hubungan antara
persekolahan dengan belajar berpusat pada fakta , bahwa meskipun belajar adalah seumur
hidup dan ada di mana-mana, hanya selama periode persekolahan belajar dilakukan secara
besar-besaran, dibiayai negara, biasanya wajib diikuti dan terdapat usah sistematis yang
dibuat untuk memodifikasi dan mengaturnya.
Pendidikan dan persekolahan
Istilah “pendidikan “ seringkali dipergunakan dalam jajaran statemen tentang sekolah
dan mengajar di sekolah. Dapat dibenarkan pengertian pendidikan lebih diperluas meliputi
seluruh pengalaman yang mendidik yang dialami oleh orang-orang dalam seluruh bagian
kehidupan normal mereka . tentu saja, kemungkinan menerima pendidikan melalui
pengalaman kehidupan (pendidikan “dalam sekolah kehidupan “ ), atau sebaliknya
menggunakan banyak waktu di sekolah tetapi miskin pendidikan dalam bidang kehidupan
(“pendidikan orang-orang idiot”), diakui secara luas dalam ekspresi bahasa sehari-hari.
Pendidikan dan persekolahan dikaitkan dengan perhatian umum terhadap belajar,tetapi
keduanya bukan hal yang sama (Duke.1976). pendidikan adalah proses yang lebih umum ,
dan tidak melulu dari hasil kontak dengan sekolah. Persekolahan adalah hanya salah satu
instansi khusus pendidikan. Hal ini penting bagi siapa saja yang ingin memahami prinsipprinsip pendidikan seumur hidup. Perbedaan yang dibuat antara pendidikan dan persekolahan
disini barangkali karena didorong seringkali kedua istilah tersebut disamakan . karena itu,
penting untuk diperhatiakan bahwa belajar yang belangsung di sekolah hanya salah satu
contoh belajar normal , wajar dan sehari-hari yang berlangsung dalam proses pendidikan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

30

yang lebih luas . lebih jauh lagi, persekolahan hanya salah satu dari banyak proses pendidikan
yang beroperasi dalam kehidupan , dan sekolah hanya salah satu prinsip-utama pendidikan
seumur hidup.
Konsep belajar
Sebagai “reorganisme kejiwaan” jelas sekali meliputi banyak faktor yang tidak hanya
sekedar pola reinforcement khusus yang beroperasi pada waktu terjadinya. Diantaranya
faktor kognitif seperti

interprestasi informasi , kecocokan input dengan tingkat

perkembangan yang ada , dan sebagainya, juga termasuk ada tidaknya pola motivasi yang
cocok, dan seluruh unsur variabel affektif seperti sikap terhadap orang dan benda , dan faktor
lain yang serupa.
Lebih jauh lagi, konsep belajar yang di pergunakan disini juga diperluas kebidang
yang kedua. Belajar meliputi penguasan ketrampilan-ketrampilan sosial baru, perkembangan
perubahan sikap ke arah dirinya sendiri dan orang lain , perubahan kemampaun untuk
mengalami dan menahan emosi, pengembangan tujuan dan aspirasi , dan sebagainya.
Konseptualisasi belajar ini telah diungkapkaan lebih banyak oleh Blakely(1972). Meskipun
benar bahwa belajar adalah proses adaptasi terhadap lingkungan , lebih jelas lagi
pengertiannya, khususnya dalam konteks belajar adalah proses yang “dinamis.” Manusia
belajar aspek-aspek pengalaman apa yang aka diperoleh dan taktik dan teknik apa yang akan
dipergunakan untuk menafsirkan pengalaman. Mereka belajar bagaimana belajar, kapan
belajar dan apa yang akan dipelajari. Belajar buakn hal yang pasif , tetapi terdiri dari proses
‘kreatif’ seleksi dan reorganisasi. Pemikiran dapat juga dianggap sebagai “instrumen untuk
belajar”(Blakely,1972.hal.167)
Dalam segi ini pendidikan seumur hidup pada pokoknya berkenaan dengan belajar
sebagai suatu sistem pendidikan. Kesimpulan, organisasi argumen
senttral belajar sebagai suatu proses

buku ini sekitar inti

tidak ada jalan untuk mengartikan pendiddikan

terkosentrasi pada suatu proses yang sempit yang terbatas hanya pada penguasaan
pengetahuan kesarjanaan , profesi, atau jenis kejuruan. Pendidikan memang meliputi
beberapa elemen seperti itu , disamping juga berkenaan dengan motivasi , kognitif, etika,
estetika, dan pertumbuhan personal.
Pendidikan seumur hidup dan belajar seumur hidup
Perpanjangan perbedaan antara pendidikan dan belajar berguna dalam hal ini, yaitu

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

31

perbedaan antara pendidikan seumur hidup dan belajar seumur hidup. Seperti yang telah
dikemukakan, belajar dan pendidikan tidak sama,begitu juga pendidikan dan persekolahan.
Juga dikemukakan bahwa belajar adalah proses seumur hidup yang berlangsung denagn atau
tanpa persekolahan apa yang diterimanya. Seperti yang telah diketengahkan, karakteristik
khusus persekolahan menyediakan dengan sengaja kondisi yang akan membantu jenis belajar
tertentu. Jika, pendidikan seumur hidup adalah suatu tujuan atau ide yang memuat prinsipprinsip mengorganisir persekolahan untuk membantu proses belajar seumur hidup, dan untuk
mempengaruhinya sesuai dengan tujuan dan ide khusus. Salah satu tujuan pendidikan seumur
hidup memodifikasi persekolahan untuk membentuk dan mengaruhi jenis belajar yang terjadi
seumur hidup. Sistem sekolah diorganisir menurut prinsip pendidikan seumur hidup. Sistem
sekolah diorganisir menurut prinsip pendidikan seumur hidup tidak akan menciptakan belajar
seumur hidup karena belajar seumur hidup sudah berlangsung ), tetapi akan memuat usaha
sengaja untuk mempengaruhi bentuk, tingkat dan kualitas belajar.
Pendidikan seumur hidup dan pengetahuan kejiwaan
Inovasi pendidikan dapat dievaluasi secara sah dengan cara menganalisis tempat
bertumpunya prinsip-prinsip teoritis, dan menunjukkan bahwa inovasi pendidikan dapat
dimengerti dalam istilah pengetahuan yang sudah ada, mengarah ke satu tujuan bahwa
pendidikan seumur hidup dapat dievaluasi dengan menanyakan apa basis teoritisnya.
Melakukan analisis menjadi tujuan utama dan jika dapat dilihat pendidikan seumur hidup
konsisten dengan pengetahuan kejiwaan perkembangan manusia. Dengan studi prediktif
ditetapkan tujuan operasional dan secara berurutan ditetapkan adanya korelasi atau
ketidakadaan korelasi diantara keduanya seperti yang telah dikemukakan, problem keuangan
dan keorganisasian sangat sulit dalam segi pembagian waktu, dan biasanya tidak dianggap
penting.
Pendidikan seumur hidup esensinya lebih banyak merupakan suatu statemen gagasan
daripada suatu proses yang dibuktikan secara ilmiah. Pendidikan seumur hidup mempunyai
tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan, prinsip-prinsip yang akan ditekankan, dan jenisjenis orang yang akan ditolong perkembangannya. Sebagai tujuan pendidikan, paling tidak
dirumuskan dalam bentuk abstrak, tujuan kejiwaan ideal pendidikan seumur hidup seperti
terbinanya orang yang yakin,kreatif,mempunyai kemampuan intelektual,kepribadian yang
baik,etis dan sebagainya. Pendidikan seumur hidup adalah menterjemahkan tujuan abstrak ke
dalam rangkaian operasi kelas yang konkrit dan dapat di percaya untuk mencapai tujuan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

32

Proses deduksi hipotesis klasikal memerlukan formulasi hipotesis tentang sifat-sifat
terpenting kurikulum, menghubungkan antara unsur-unsur kurikulum dengan tingkah laku
dalam kehidupan nyata dan memodifikasi unsur-unsur sistem yang dilihat tidak efektif.
Pengembangan sistematik kurikulum memerlukan studi longitudinal yang meliputi satu
generasi.
Perlu disadari secara jelas pendidikan seumur hidup adalah konsep abstrak yang
meliputi tujuan-tujuan abstrak dan idealis, dan seberapa jauh kemampuan untuk
direalisasikan belum diketahui. Adopsi prinsip pendidikan seumur hidup lebih lanjut,
sebagian merupakan tindakan yang berdasarkan kepercayaan, beserta elemen politik
masyarakat yang kuat. Bahwa untuk veliditas pendidikan seumur hidup perlu memasukkan
prinsip-prinsip dasar yang valid untuk dijadikan titik tumpu, yang diambil dari pengetahuan
empiris di bidang lain seperti ilmu jiwa.
Empat konsep kunci harus dijelaskan dalam hal ini. Pertama konsep pendidikan
seumur hidup itu sendiri interrelasi dasar antara persekolahan dengan belajar, kehidupan dan
pendidikan telah didiskusikan terperinci dalam pembicaraan terdahulu. Pendidikan seumur
hidup didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk organisasi dan struktur pengalaman
pendidikan. Organisasi dan struktur ini akan diperluas meliputi seluruh rentang usia, dari
yang muda hingga tua, hal ini memerlukan basis institusi yang amat berbeda dengan basis
yang mendasari persekolahan konvensional. Istilah “pendidikan seumur hidup” digunakan
sehingga dapat dimengerti. (tujuan yang mengarahkan organisasi pendidikan).
Kedua, konsep utama yang dipergunakan adalah tentang “belajar seumur hidup”
bahwa belajar terjadi seumur hidup dan tidak terikat dengan ada dan tidaknya konsep
pendidikan seumur hidup, “belajar seumur hidup” akan dikelola dengan belajar konvensional
seperti yang kita ketahui. Jadi kapan saja istilah pendidikan seumur hidup dipergunakan dan
sangat penting untuk diperhatikan bahwa ia tidak mengacu pada proses belajar seumur hidup
yang alamiah dan pasti terjadi tanpa organisasi sekolah. Ketiga, konsep yang berhubugan erat
adalah tentang “pelajar seumur hidup” tampak bahwa seluruh orang adalah pelajar seumur
hidup,terlepas dari cara-cara persekolahan yang dorganisir dalam masyarakat mereka. Pelajar
seumur hidup akan digunakan untuk menyatakan orang-orang yang sadar tentang diri mereka
sendiri sebagai pelajar, belajar merupakan cara yang logis untuk mengatasi problema dan
mendorong untuk belajar diseluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan
seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Konsep terakhir yaitu “kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup” kunci,

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

33

pendidikan seumur hidup mempunyai implikasi terhadap cara mengajar. Yaitu cara mengajar
yang seharusnya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan seumur hidup. Pendidikan
seumur hidup adalah filsafat atau ide, pelajar seumur hidup dan belajar seumur hidup adalah
hasil yang diharapkan, dan kuikulum yang membantu belajar seumur hidup adalah cara
praktis yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.
Struktur analisis
Belajar di sekolah pada esensinya merupakan kompleks variabel, kognitif, motivasi
dan sosio efektif seperti yang telah dibicarakan. Analisis kejiwaan pendidikan seumur hidup
akan diorganisir dalam tiga kerangka, tujuannya untuk menunjukkan bahwa asumsi kejiwaan
secara implisit yang mendasari pendidikan seumur hidup dalam bidang fungsi kognitif,
motivasi dan fungsi sosio efektif itu benar menurut pengetahuankejiwaan sekarang.
Inkonsestansi serius kosep dasar pendidikan seumur hidup dengan pengetahuan kejiwaan
sekarang

akan

mempengaruhi

keyakinan

para

administrator

pendidikan

untuk

mengimplementasikannya.
Sejak pendidikan seumur hidup memuat seperangkat tujuan yang jelas berbeda
dengan tujuan pendidikan yang diorganisir sudah menunjukkan bahwa pendidikan seumur
hidup menurut pengetahuan kejiwaan akan menyajikan basis yang memadai untuk mengkaji
lebih jauh prinsip-prinsipnya. Penerimaan atau penolakan sangat mungkin akan bertumpu
terhadap rumusan pendidikan seumur hidup itu sendiri. Seluruh analisis pengesahan
pendidikan seumur hidup sebagai suatu prinsip yang terorganisir dan keputusan apa sistem
sekolah yang ada dapat dimodifikasi menurut konsep pendidikan seumur hidup, tidak hanya
bertumpu pada analisis kejiwaan. Inkonsistensi antara pendidikan seumur hidup dan
pengetahuan kejiwaan mungkin menyebabkan tidak valid sub – sub prinsip pendidikan
seumur hidup yang ditemukan atas dasar pertimbangan lebih lanjut. Pendidikan seumur hidup
memerlukan pendidikan yang lebih kompleks di tinjau dari segi disiplin ilmu seperti
ekonomi, sosiologi, administrasi dsb. Arah tersebut sudah dimulai oleh Dave (1974).
Analisis pendidikan seumur hidup dari sudut pandang kejiwaan merupakan aspek
penting, meskipun elemen ini kurang di berikan penekanan. Aspek kedua ini berkenaan
dengan implikasi pengetahuan, perencanaan kurikulum yang berorientasi pada pendidikan
seumur hidup. Bab 4, 5, dan 6 meninjau kembali pengetahuan kejiwaan yang berkenaan
dengan interaksi antara kehidupan dengan pengalaman dan belajar, dan meninjau kembali
unsur mana dari prinsip – prinsip pendidikan seumur hidup. Meskipun telah dikemukakan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

34

bahwa syarat keberhasilan yang membantu pendidikan seumur hidup yang tidak terlalu di
pentingkan untuk menganalisis konsep pendidikan seumur hidup, dan bukti seperti itu tidak
pada umumnya disajikan waktu mengevaluasi kurikulum. Bab 7 mendiskusikan implikasi
analisis kejiwaan pendidikan seumur hidup terhadap rancangan kurikulum. Dan bab 8 akan
mengevaluasi secar kritis seluruh prinsip, terutama dari sudut pandang kejiwaan.

BASIS KEJIWAAN PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan umumnya berstandarisasi dan menyeragamkan semua proses
pendidikan khususnya disekolah.Standarisasi ini bertujuan untuk memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap proses pembelajaran seperti,bagaimana proses belajar berlangsung,apa
yangharus dipelajari,kapan mempelajarinya dan lain sebagainya.Kenyataannya,penetapan
tujuan-tujuan

pendidikan

yang

kejiwan,ekonomi,sosiopolitik,dan

disengaja

unsur-unsur

selalu

terpaut

dengan

sosiologis.kepercayaan

tersebut

bidang
secara

eksplisit di nyatakan dalam pembukaan kurikulum atau sukar dikenali pelaksanaannya dalam
sistem.
Ini bearti pendidikan seumur hidup juga berhubungan dengan seperangkat
kepercayaan dalam bidang kejiwaan, sedangkan kepercayaan itu juga berhubungan dengan
persekolahan konvensional,meskipun sifat-sifat kepercayaan secara tepat barangkali berbeda.
Prinsip pendidikan seumur hidup mensyaratkan bahwa orang-orang

harus belajar dengan

cara tertentu, dibawah kondisi tertentu, dan akan berlangsung terus seumur hidup mereka.
Juga mensyaratkan eksistansi orang-orang untuk tahu cara apa yang dipergunakan, dan apa
tujuan belajarnya. Salah satu maksud teks ini adalah untuk membuat beberapa saran
berdasarkan pada pengetahuan kejiwaan seekarang, sekitar bagaiman apendidikan seumur
hidup itu akan disruktur agar mempengaruhi belajar seumur hidup. Bagaimanapun juga,
rekomendasi ini memuat seperangkat kepercayaayn tentang seperti apa sebenarnya orang itu,
dan apa tujuan belajar yang harus mereka cari , dan seperti apa manusia yang ideal itu,dan
sebagainya. Fakta ini baik untuk diingat dan diolah dalam pikiran.
Pendidikan dan ilmu jiwa mempunyai interrelasi yang dalam. Kejelasan pengakuan
terhadap fakta ini dapat dilihat peranan utama yang diberikan pada studi faktor-faktor
kejiwaan dalam program pendidikan guru. Hubungannya kompleks, seperti yang telah

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

35

dikemukakan oleh Rohwer(1970), dan bukan hasil keuntungan kolaborasi seperti yang
diharapkan. Pendidikan juga diikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan dalam kelas yang
membantu belajar. Hal ini juga meliputi penetapan.” Kondisi-kondisi yang secara eksplisit
memimpin

anak

kearah

aktivitas

intelektual

dengan

cara

relatif

biasa

dan

berurutan”(Rohwer,1970hal1379-1380). Kondisi-kondisi initidak hanya sekedar seperangkat
sekedul”reinforcement” untuk meningkatkan kemungkinan bahwa respon tertentu akan
muncul lebih banyak dimasa depan, dan yang lainnya kurang, tetapi juga kondisi-kondisi
yang membantu belajardalam kelas meliputi faktor seperti tingkat kesulitan dan organisasi
bahan. Jadi, pengelolaan belajar kelas menggunakan dasar pengetahuan dalan ilmu jiwa
kognitif.
Sebagai tambahan belajar dalam kelas sangat tergantung dengan penerapan”iklim
yang memotivasi” dengan tepat. Meskipun tidak bisa dilaporkan dalam literatur seperti ini,
tingkah laku tikus dalam laboratorium menunjukan elemen-elemen perhatian dan
maksud(purpose). Dalam kasus anak manusia yang balajar dalam kelas, faktor utama
efisiensi belajar adalah keinginan untuk belajar itu sendirisecar psikologis merupakan
fenomena yang kompleks. Fenomena tersebut meliputi apa yang disebut unsurunsur”sturtural,” seperti penerimaan oleh anak bahwa bahan yang sedang dia pelajari dalam
banyak hal berharga. Teriakan bahwa bahan-bahan belajar dalam kelas tidak “relevan” atau
bahan-bahan itu tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata anak-anak, suatu contoh yang
menjadi fokus dalam isu ini. Dari segi lain, motivasi positif juga meliputi apa yang disebut
dengan variabel”proses” seperti keinginan untuk menyenangi guru yang baik.
Faktor- faktor sosio affektif belajar dalam kelas meliputi pertanyaan apakah anakanak merasa atau tidak, bahwa mereka dalam kelas berada ditengah-tenagh temannya, bahwa
belajar adalah sesuatu yang wajar dan mudah dikerjakan, bahwa sekolah adalah alat yang
bernilai dalam kehidupan, dan ssebagainya. Ini dapat disimpulkan dengan apakah anak
merasa atau tidak bahwa mereka milik kelas dan kelas adalah milik mereka.
Faktor-faktor kejiwaan dalam tujuan pendidikan.
Pengelolaan belajar kelas yang sukses adalah suatu fenomena yang memuat elemen
kejiwaan sebagai bagian yang amat penting. Basis kejiwaan pendidikan sama sekali tidak
terbatas pada pengelolaan belajar dalam kelas. Seperti yang telah dikemukakan dalam bab
dua,eleman utama persekolahan formal adalah pengelolaan pengalaman anak-anak yang
disengaja selama proses persekolahan formal untuk mencapai perubahan tingkah laku yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

36

diinginkan.
Amat sangat penting untuk diperhatikan bahwa tujuan-tujuan seperti ini, meskipun
dikatakan muncul dari bukti-bukti yang dapat di pertanggungjawabkan secara”ilmiah” namun
kenyataannya sangat tergantung dengan faktor-faktor sosio politik seperti kepercayaan umum
tentang heredity dan environment dalam perkembangan manusia. Sebagai contoh, amat
mengejutkan sekali bahwa pada abad ke 19, training transfer dalam sistem pendidikan Inggri
secara luas diterima sebagai kunci konsep kejiwaan, sedangakan pandangan sosio politik
bahwa perbedaan individu hampir seluruhnya sebagai hasil heredity, dan dengan heredity
ditransmisikan superioritydan inferiority. Untuk memberiakn suatu contoh, Galton(1883)
menafsirkan statistiknya yang berkenaan dengan disstribusi prestasi kejuruan ssuperior di
Inggris sebagai bukti bahwa ‘genius “ diwariskan dalam keluarga dan genius itu merupakan
sifat yang paling utama
.
Tujuan pendidikan sekarang
Walaupun dalam pernyataan terdahulu tentang tujuan pendidikan jelas memilki basis
kejiwaan dan bertumpu pada bodi pengetahuan kejiwaan(tertanam dalam pikiran bahwa
interperensi pengetahuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor –faktor sosio politik), hanya
dalam tulisan tulisan yang lebih mutakhir, kejiwaan secara eksplisit dijadikan statemen untuk
tujuan pendidikan . khususnya dalam menghadapi ketidakpastian sifat-sifat dunia di masa
mendatang ditekankan dalam bab 1dan 2, para penulisn sekarang lebih banyak menitik
beratkan pada peranan pendidikan dalam membantu pola tertentu pertumbuhan kejiwaan
anak. Jadi ,titik berat dalam statement tujuan pendidikan beralih dari penguasaan ketrampilan
dan pengetahuan ke bidang produksi jenis tertentu funsi individu yang secara psikologis
memiliki cara tertentu . leih mutakhir lagi, penekanan berubah lebih jauh ke arah penguasaan
ketrampilan sosial, pengembangan etika dan perhatian terhadap orang lain, pengembangan
kesehatan

diri,

prestasi

pemenuhan

diri,dan

sebagainya

(silva,1973;Coles,1972).

Kenyataanya, semakin eksplisit dalam tulisan tentang tujuan pendidikan sekarang ini, bahwa
tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah masalah kejiwaan hubungan anatara ilmu jiwa
dengan pendidikan menjadi lebih pesifik. Proses dan isi persekolahan didasarkan atas
kepercayaan kejiwaan tentang bagaimana terjadinya belajar dan apa yang harus dipelajari.
Sebagai tambahan, tujuan pendididkan didasarkan pada kepercayaan kejiwaan tentang apa
yang dibutuhkan orang-orang jika mereka ingin hidup memuaskan, apa yang menyebabkan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

37

kepuasan hidup , dan sebagaainya.
MENILAI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam argumentasi yang telah dikembangkan jelas dimungkinkan dan malah
diinginkan untuk menganalisis pendidikan dari sudut pandang assumsi kejiwaan yang
mendasari struktur, proses dan tujuan pendidikan. Banyak analisis pendidikan modern
disajikan dlaam bab-bab dan bertentanagann dengan assumsi-assumsi pendidikan seumur
hidup yang mempunyai basis kejiwaan. Ini tidak di maksudkan untuk menolak bahwa ia juga
mempunyai aspek ekonomi,elemen-elemen administrasi , dan sebagainya. Umpamanya
pertanyaan bagaimana kelas diorganisasi jawabanya meliputi issu ekonomi,administratif,dan
juga kejiwaan. Dengan demikian, seperti yang telah dikemukakan. Terdapat eleman-eleman
kejiwaan dalam inti proses pendidikan, dan masalah ini menjadi pusat pembicaraan dalm teks
ini.
Pendidikan dan ideologi
Dengan diterimanya pandangan yang telah dikemukakan bahwa pendidikan amat luas
kaitannya dengan faktor-faktor kejiwaan, karena itu evaluasi sistem pendidikan jelas sekali
harus berdasarkan kriteria kejiwaan. Hal i ni tepat sekali menjadi tujuan penyajian buku ini.
Bagaimanapun juga, evaluasi pendidikan(kejiwaan atau yang lainnya0 langsung berhadapan
dengan problem praktis, yaitu bagaimana melaksanakanya. Tujuan-tujuan pendidikan mau
tidak mau dinyatakan sebagai suatu ranguman gagasan. Bahkan di mana ada usah dibuat
untuk mendiskripsikan hasil-hasil yang diharapkan secara lebih mendetil, deskripsi itu akan
tetapdi tulis dalam istilah abstrak . jadi, khusus kurikulum harus dinyatakan dengan istilah
seperti “produksi pelajaar yang disiapkan dengan baik untuk berfungsi sebagai warga
negara,” atau “pengembangan berpikir logis daan kritis dalam diri pelajar.” Tidak satupun
deskripsi tersebut yang operasianal dibandingkan dengan statemen seperti’pengembangn
pelajar yang meminjam anatara 3 sampai 5 buku dari perpustakaan dalam minggu tertentu .”
Bahkan tujuan kejiwaan pendidikan umumnya dinyataka dalam bentuk ide abstrak.
Lebih jauh lagi , ide-ide ini dengan jelas cenderung untuk memuat aspek-aspek politik,
seperti yang telah dikemukakan. Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai
penyesuaian dengan norma-noram masyarakat agar menjadi warga negara yang baik, ide-ide
pendidikan yang berkaitan dengan peranan sekolah dalam membantu”warga negara yang baik
“ akan menjadi statement abstrak. Seperti statemen yang membanjir dalam kurikulum dan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

38

teks book pendidikan di amerika serikat pada tahun1950.an. sebaliknya masyarakat pada
waktu tertentu dalam perkembangannya memuja ilmu pengetahuan abstrak, mereka
mengembangkan tujuan pendidikan yang menitikberatkan isi ilmu pangetahuan yang
mencerminkan keilmuan yang tinggi (seperti bahasa latin, bahasa yunani, dan matematika
pada abad ke19 di Inggris)masyarakat yang menekankan pentingnya kerjasama , tidak ada
kompetisi , dan pengehormatan terhadap negara akan menitikberatkan tujuan pendidikan
dalam segi ini, sedangakan masyarakat yang umumnya menyenangi individulisme,
kompetisii, dan aktivitas kewiraswastaan akan memasukkan keyakinan ini dalam tujuan
pendidikan mereka.
Kenyataan yang berkembang kemudian, tujuan pendidikan sangat bersifat ideologis. Jauh
dari kenyataan konkrit,operasional dan universal. Dan dapat diduga semua tujuan bersifat
idealistis, dan sangat terpengaruh dengan ideologi yang populer pada waktu itu. Hal ini
denagn mudah dapat dilihat dari kajian pernyataan yang menyangkut tujuan pendidikan masa
sekarang tujuan yang di tetapkan mencerminkan ideologi yang berlaku pada waktu para
pengembang kurikulum menerima pendidikan mereka. Dan para pembangakang dalam
bidang pendidikan mengusulkan kurikulum yang dikembangkan dalam istilah ideologis yang
menurut

masyarakat

mereka

“maju”

“radikal”

dan

‘progresif”

dan

sebagainya.

Konsekuensinya amat penting untuk dimengerti bahwa gagasanpendidikan seumur hidup
adalah( a) tujuan atau gagasan yang abstrak, (b) dimodifikasi oleh ideologi sekarang atau
paling tidak,kepercayaan-kepercayaan sosio politik masyarakat tempat para pengajur berada,
(c)dinyatakan dengan cara abstrak dan idealistis,tidak dengan cara spesifik dan operasional.

BAB V
BELAJAR TERUS-MENERUS
ASUMSI-ASUMSI KEJIWAAN ORGANISASI PENDIDIKAN SEKARANG
Pelembagaan pendidikan dalam bentuk persekolahan terbatas hanya untuk usia anakanak dan adolesces untuk periode antara 6 sampai 18 tahun bisanya berasal dari

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

39

pertimbangan ekonomi dan sosial. Dalam waktu yang sama, kebutuhan masyarakat akan
tenaga kerja tidak dapat dipenuhi oleh system persekolahan fulltime yang harus diikuti oleh
orang-orang sampai pada pertengahan usia dewasa. Oleh karenanya perlu di dukung
organisasi pendidikan sekarang guna untuk menunjang perkembangan peradaban menuju usia
dewasa. Salah satu tujuan utama dari organisasi pendidikan sekarang adalah, menurut Simms
(1994) “untuk merevitalisasi teori organisasi dan mengembangkan konsep yang lebih baik
dari kehidupan organisasi”,bersangkutan untuk membantu manager dan administrator.
(http://www.asumsi organisasi pendidikan.com)
Observasi terhadap fakta ini menyatakan bahwa belajar yang terbaik dilakukan adalah
selama usia sekolah seperti yang ada sekarang ini. Keberhasilan itu barang kali bukan karena
waktu yang terbaik dalam belajar, tetapi pada waktu itulah kesempatan belajar terbaik ada
tersedia. Douglas McGregor mengusulkan dua teori / asumsi kebalikan menyangkut
keberhasilan belajar. Teori pertama adalah “Teori X”, yang pesimis dan negatif,kemudian
untuk menggantikannya,dia memberikan “Teori Y” yang mengambil pendekatan yang lebih
modern

dan

positif,yakni

mulai

memahami

diri

mereka

sebagai

diri-

energi,berkomitmen,bertanggung jawab dan makhluk kreatif. (http://www.asumsi organisasi
pendidikan.com)
Dikemukakan Lehman, 1953 ) bahwa kreativitas umurnya menurun pada sekitar
umur 40 tahun ke atas. Lain dikemukakan Fredick Winslow Taylor (1856-1915) adalah
berkaitan meningkatnya tingkat kreativitas tidak dipengaruhi oleh umur,bergantung pada
sistem insentif moneter, dia percaya bahwa kreativitas manusia terutama dimotivasi oleh
uang.(http://www.asumsi organisasi pendidikan.com)

INTELIGENSI DAN USIA
INTELIGENSI

Konsepsi konvensional kurve perkembangan kemampuan Intelektual menyatakan
terdapat pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan anak-anak, puncak pertumbuhan
relatif berada pada usia muda, setelah itu mengalami periode pertumbuhan mendatar yang
stabil, dan akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat pada usia dewasa lanjut. Penurunan
kemampuan intelektual mulai kelompok umur dibawah 20 sampai kelompok umur yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
paling tua, semakin berumur

40

semakin meningkat penurunannya. Puncak kemampuan

intelektual berada pada pada usia akhir adolescen dan kemudian mengalamipenurunan yang
hebat terjadi pada akhir masa dewasa dan usia tua. Terdapat bukti yang cukup banyak dan
bagus (direview dalam bagian terakhir) yang menunjukan bahwa orang dewasa mampu
belajar seperti di sekolah dengan kondisi instruksional yang tepat. Fungsi intelegensi secara
kualitatif berbeda karena perbedaan usia sekolah, tetapi kesempatan belajar harus di polakan
sesuai dengan sifat-sifat perubahan kemampuan intelektual. Ini berarti membatasi
persekolahan untuk usia tertentu tidak tepat.
Beberapa alasan yang memungkinkan kenapa terjadi perubahan garis dasar.Karena
puncak yang akan terjadi pada manusia tertentu tidak disampel dalam studi itu. mirip dengan
itu, relatif perubahan cepat di antara bermacam kelompok yang tidak disampel tidak akan
diketemukan.
Alasan-alasan perubahan dalam generasi.
Suatu studi klasikal yang diteliti oleh tuddenham (1948) menunjukan bahwa tingkat
rata-rata skor meningkat di antara 2 generasi.
Kelompok pertama mengalami rata-rata pendidikan sampai kelas 8, sedangkan
kelompok kedua mengalami rata-rata pendidikan sampai kelas 10. Skor rata-rata mereka
lebih tinggi tidak hanya karena faktor pendidikan, tetapi juga karena pengaruh film, radio dan
lebih muktahir, TV.
Faktor yang turut menentukan adalah faktor inteligensi dari individu yang
bersangkutan. Bicara mengenai inteligensi biasanya memang dikaitkan dengan kemampuan
untuk pemecahan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berfikir
abstrak. Perkataan inteligensi dari kata latin intelligere yang berati mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together). Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang
salah, yang memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan
tunggal, padahal menurut ahli inteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan.
Namun demikian pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi
para ahli.
Dari bermacam-macam pendapat para ahli tersebut di atas, memberikan gambaran
tentang bagaimana ragamnya pengertian atau definisi mengenai inteligensi itu. Menurut
morgan, dkk. (1984) ada dua pendekatan yang pokok dalam memberikan definisi mengenai
inteligensi itu, yaitu (1) pendekatan yang melihat faktor-faktor yang membentuk inteligensi

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

41

itu, yang sering disebut sebagai pendekatan faktor atau teori faktor, dan (2) pendekatan yang
melihat sifat proses intelektual itu sendiri, yang sering dipandang sebagai teori orientasiproses (process-oriented theories).
USIA

Meskipun stereotypete dahulu menyatakan kemampuan untuk melaksanakan tugastugas intelektual menurun karena usia, tidak satupun pernyatakan umum yang memadai untuk
mendeskripsikan hubungan antara usia dengan prestasi tugas yang melibatkan ketrampilan
verbal, akan mengalami kemajuan terus menerus seumur hidup.
Kesimpulan ini mengemukakan teknik dan ketrampilan pemuda barangkali tidak
cocok untuk kehidupan usia pertengahan dan akhir nanti. Dan dengan bertambahnya usia
terdapat kebutuhan untuk memobilisir intelektualnya dan mengorganisasikan kemampuannya
untuk hal-hal baru. Dengan demikian terdapat kebutuhan untuk mendekati tugas-tugas
dengan cara baru yang lebih sesuai dengan pola kemampuan yang ada.
Meskipun kesimpulan berbunyi demikian, beberapapenemuan masih memerlukan
banyak penjelasan. Maksud bagian pembahasan itu adalah untuk memberikan penjelasan
tentang itu.
Yang telah digambarkan oleh bromley jalan perbedaan konklusi yang digambarkan
oleh studi longitudinal dan crossectional mengenai pertumbuhan fungsi intelektual dan usia.

BELAJAR DI LUAR USIA SEKOLAH KONVENSIONAL
Menurut saya belajar diluar usia konvensional dilihat dari sudut kelembagaan kita
mengenal adanya penyelenggaraan Pendidikan melalui Sekolah dan Pendidikan Luar
Sekolah.Apapun namanya dan dimana pun kegiatan belajar mengajar dilakukan,kegiatan itu
harus dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang terdapat di mana-mana baik
langsung maupun tidak langsung dalam bentuk sarana ataupun prasarana.Kegiatan proses
belajar mengajar memerlukan interaksi dengan sumber belajar yang dapat digunakan untuk
menyediakan fasilitas belajar.Agar diperoleh hasil yang maksimal,maka kadar itu harus
tinggi.Untuk memperoleh interaksi yang tinggi,maka proses interaksi perlu dikembangkan
secara sistematik.Begitu pula sumber belajar perlu dikembangkan dan dikelola secara baik
dan fungsional.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

42

Di mana-mana orang dapat belajar,dapat memperoleh pengetahuan,keterampilan dan
sikap.Sebab sumber belajar ada di mana-mana,baik manusia maupun bukan manusia,yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar
mengajar.Bagaimanapun juga,jenis belajar yang terbanyak pada prasekolah meliputi
penguasaan ketrampilan yang sangat diperlukan oleh anak-anak usia sekolah dan usia
dewasa,dan kebanyakan belajar terjadi tanpa perhatian.
Dalam tahun pertama kehidupan,tidak hanya ketrampilan sensory yang diperoleh
tetapi prestasi personal dan kognitif dikuasai.Tidak hanya ketrampilan dasar dalam bidang
persepsi dan ketrampilan dasar agar dapat hidup yang dikuasai,tetapi elemen ketrampilan
kognitif yang menjadi amat penting dalam kehidupan nantinya sudah dimantapkan pada
masa anak-anak awal.Di segi lain,motif dan sikap dipelajari sebelum memasuki permulaan
persekolahan telah menetapkan seluruh pola bagaimana nantinya anak-anak mempergunakan
ketrampilan kognitif dan intelektual mereka dalam kehidupan mendatang.
Orang dewasa dengan jelas mengalami sejumlah peristiwa belajar masalah sosial dan
hal ini dapat menjelaskan bahwa mereka dapat dan mempunyai kebiasaan untuk beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Tetapi mereka juga menunjukan bahwa orang
dewasa masih memiliki kemampuan tingkat tinggi dalam melaksanakan tugas seperti yang
ada pada sekolah-sekolah tertentu. Jadi,belajar terus menerus di atas usia sekolah tidak hanya
sesuatu yang terletak dalam kapasitas orang dewasa tetapi menjadi sesuatu yang menjadi
penting untuk diri mereka sendiri.
BEBERAPA IMPLIKASI TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Maksud utama sub bab ini adalah untuk menanyakan apakah asumsi-asumsi kejiwaan
dasar yang dibuat oleh para pendukung pendidikan seumur hidup,yaitu tentang kemampuan
belajar orang-orang pada usia di luar usia persekolahan konvensional ,layak menurut
pandangan pengetahuan kejiwaan sekarang.Konsepsi konvensional perkembangan
kemampuan intelektual menyatakan terdapat pertumbuhan yang cepat pada usia awal
kehidupan anak-anak, puncak pertumbuhan relatif berada pada usia muda, setelah itu
mengalami periode pertumbuhan mendatar yang stabil, dan akhirnya pertumbuhan merosot
dengan cepat pada usia dewasa lanjut.Penurunan kemampuan intelektual mulai kelompok
umur di bawah 20 sampai kelompok umur yang paling tua, semakin berumur semakin
meningkat penurunannya.Tetapi orang dewasa mampu belajar seperti disekolah dengan
kondisi instruksional yang tepat, fungsi intelegensi secara kualitatif berbeda karena
perbedaan usia,tidak berarti bahwa belajar harus menurun diatas usia sekolah,tetapi
kesempatan belajar harus dipolakan sesuai dengan sifat-sifat perubahan kemampuan
intelektual.Ini berarti membatasi persekolahan untuk usia tertentu tidak tepat. Intelektual
memiliki fungsi yang sangat penting pada awal dewasa, pertengahan umur dan bahkan pada
usia tua. Sedangkan anak-anak usia prasekolah mampu belajar, dan belajar yang terjadi pada

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

43

usia prasekolah amat penting bagi seluruh jalannya kehidupan. Meskipun tidak layak untuk
dikatakan bahwa pentingnya belajar sedini mungkin menyarankan agar masyarakat yang
bijaksana sebaik mungkin membuat perlengkapan formal untuk kebutuhan anak- anak
prasekolah. Membantu belajar tidak hanya meliputi penyediaan materi kognitif, tetapi juga
pengokohan lingkungan yang membantu belajar. Elemen kunci adalah sikap dan motivasi
potensial belajar. Sistem formal pendidikan seumur hidup perlu untuk distruktur, tidak hanya
kebutuhan kognitif orang- orang yang dimasukkan dalam sistem, tapi juga kebutuhan dalam
bidang motivasi dan sosio afektif mereka.

PENGGALAN 2
BAB VI
PENYESUAIAN KURIKULUM SEKOLAH DENGAN
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
PENYESUAIAN KURIKULUM SEKOLAH DENGAN PENDIDIKAN SEUMUR
HIDUP

Secara tradisional ada tiga asumsi dasar mengenai prasekolah. Pertama, sekolah
merupakan tempat pendidikan yang intensif, yang dilakukan dalam waktu yang relatif
singkat. Asumsi kedua, bahwa pengelolaan kegiatan- mengajar yang intensif ini anak harus di
ajar paling tidak dasar tentang segala sesuatu yang diperlukan untuk diketahui pada masa
dewasa kelak. Berkaitan dengan asumsi pertama dan kedua maka muncul asumsi yang ketiga,
yaitu bahwa sekolah merupakan tempat utama bagi anak dan remaja untuk belajar.
Selanjutnya dengan perkembangan corp profesi guru, maka,sekolah dianggap sebagai satusatunya tempat untuk belajar. Dan ini menyebabkan bahwa metode belajar dan tempattempat untuk memperoleh pengalaman belajar di luar sekolah kurang dikenal dan di anggap
kurang penting.Dengan menganggap bahwa sekolah dan guru dalam masyarakat modern
sebagai satu- satunya lembaga pendidikan yang penting, maka potensi pendidikan dari
sumber-sumber belajar yang lain seperti; musuem dan perpustakaan, keluarga, tempat
kerja,menjadi di abaikan. Hal yang sama juga terjadi penerapan metode- metode belajar
seperti, “ self- tirected learning” , “ inter- learning” (belajar dari teman belajar) , dan caracara lain yang tidak berpusat pada sekolah. Akibatnya belajar tidak di anggap sebagai bagian
dari kehidupan yang sebenarnya, tetapi sesuatu yang dikerjakan di tempat khusus di luar
kehidupan. Pemisahan belajar di sekolah dengan kehidupan yang sebenarnya ini di
simpulkan dalam suatu pernyataan: “ para pemuda belajar, tetapi tidak dapat berbuat;
sedangkan orang cdewasa harus berbuat, tetapi tidak punya kesempatan untuk belajar” .
(Livingstone, R.M, 1943, education for a world adrif, Cambridge University Press) .
Dari uraian di atas jelas, bahwa konsepsi pendidikan tradisional menyebabkan
terpisahnya belajar dari kehidupan sehari- hari dan belajar di anggap sebagai sesuatu yang
terjadi di sekolah di bawah asuha para guru. Dewasa ini telah diterima pendapat yang
menekankan pada dua hal, yaitu “ horisontal integration” dan “ vertical integration” . Yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

44

pertama di maksudkan, bahwa belajar di sekolah hendaknya di koordinasikan dengan
komponen lain di dalam masyarakat tempat anak memperoleh kesempatan belajar, misalnya:
keluarga, perkumpulan pemuda, masyarakat, tempat kerja, pergaulan dengan teman sebaya,
dll. Selanjutnya dikemukakan bahwa sebagian besar anggota masyarakat hendaknya
dilibatkan dalam pendidikan, dan pengetahuan hendaknya di pandang sebagai suatu integrasi
yang luas, dan bukan sesuatu yang kurang berhubungan antara disiplin imiah yang satu
denga yang lain. Jadi integrasi horisontal pendidikan di artikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh di luar sekolah hendaknya jangan dipandang terpisahdari pengetahuan yang di
peroleh di dalam sekolah, dan proses belajar untuk memperoleh pengetahuan juga jangan
dipisahkan antara prosese belajar di sekolah dan di luar sekolah, dan seluruh pengetahuan itu
hendaknya di pandang sebagai suatu bagian yang berkelanjutan.
Sedangkan yang dimaksud dengan integrasi vertical pendidikan ialah bahwa belajar
itu berlangsung seumur hidup, dan bahwa manusia itu mempunyai kemmampuan untuk
belajar pada segala umur. Selanjutnya belajar pada tingkat umur tertentu meruppakan bagian
dari hasil belajar pada masa sebelumnya, dan akan menentukan pada masa yang akan datang.
Karenanya interelasi longitudinal antara berbagai tingkat belajar pada berbagai tingkat umur
hendaknya dikenal dan di gunakan ddalam organisasi pendidikan.
Lalu apakah usaha- usaha sekolah untuk menunjang terjadinya horisontal integration
dan vertical integration atau terlaksananya pendidikan seumur hidup?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk tujuan tersebut, antara lain: 1)
Mengadakan penyesuaian
kurikulum sekolah, penyusunan kurikulum untuk
mengembangkan “ pelajar seumur hidup” . Dan penyusunan kurukulum “ luar sekolah” . 2)
Menyesuaikan kegiatan belajar- mengajar di sekolah; yang mencangkup perubahan peranan
guru. Perubahan peranan murid, dan pemanfaatan sumber- sumber belajar di luar sekolah.
Sekolah Sebagai Pengembang Pelajar Seumur Hidup
Sekolah sebagai pengembang pelajar seumur hidup dapat mengembangkan potensi
peserta didik untuk memantapkan kesadaran diri tentang kemampuan yang dimilikinya.
Selain itu sekolah sebagai pengembang pelajar seumur hidup guru juga memiliki tanggung
jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya dan bermoral
sehingga pelajar seumur hidup juga bisa dan dapat berkembang di sekolah.
Sekolah sebagai pengembang pelajar seumur hidup, salah satu nilai mendasar dalam
menumbuhkan perkembangan diri anak adalah rasa kepercayaan diri.
Sekolah dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka
mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik, baik melalui proses
pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan diri (ekstrakurikuler).
Disamping itu sekolah juga mempunyai peran yang penting dalam pengembangan
pelajar seumur hidup karena sekolh bentuk formal untuk mendapatkan pengetahuan. Sekolah
dapat menjadi satu alternatif untuk pengembang pelajar seumur hidup. Sekolah dapat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

45

membentuk karakter peserta didik.
Sekolah juga bentuk formal hanyalah merupakan awal dari belajar dalam kehidupan.
Sekolah juga hanya awal dari memperoleh pengetahuan.
Belajar merupakan alat utama untuk pertumbuhan pribadi dan kemasyarakatan sehingga
sekolah merupakan salah satu alternatif bagi pengembang pelajar seumur hidup.
Sebenarnya masih banyak lagi bentuk belajar untuk pengembang pelajar seumur hidup.
Sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar dan masih banyak lagi tempat-tempat
untuk belajar dan pengembang seumur hidup.
Menurut Skager dan Dave (Skager, R., dan Dave, R.H. Developing Eriteria and
Procedures for the evalution of school curriculum in the perspective of liflong education.
Oxfor : Pergamon, 1977) kriteria kurikulum sekolah dalam latar pendidikan seumur hidup
adalah sebagai berikut :
1. Kurikulm sekolah harus memandang proses belajar sebagai peristiwa yang berlangsung
terus menerus, yang terjadi sejak masa kanak-kanak sampai dengan dewasa.
2. Kurikulum sekolah harus dilihat dalam konteks proses belajar yang serempak yang
berlangsung di dalam keluarga, dalam masyarakat, di tempat kerja, dan sebagainya.
3. Kurikulum sekolah harus mengenal hakekat kesatuan pengetahuan dan hubungan antar
bidang studi.
4. Kurikulum sekolah harus mengetahui bahwa sekolah merupakan lembaga utama yang
menyajikan pendidikan dasar dalam kerangka pendidikan seumur hidup.
5. Kurikulum sekolah harus menekankan kepada terbentuknya orang-orang yang autodidact,
mengembangkan kesiapan untuk belajar lebih lanjut dan menanamkan sikap sehubungan
dengan kebutuhan akan perubahan masyarakat.
6. Kurikulum

sekolah

harus

memperhitungkan

kebutuhan

akan

pemapanan

dan

pembaharuan sistem nilai-nilai yang progresif oleh individu, sehingga mereka dapat
mempertanggungjawabkan perkembangan yang kontinyu dalam kehidupan.
Sehubungan dengan perkembangan pribadi kurikulum sekolah dalam kerangka
pendidikan seumur hidup, adalah mengembangkan siswa agar, mampu melaksanakan
fungsinya dengan seminimal mungkin adanya pengawasan, serta ingin dan mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan masyarakat. Jadi sebelum sekolah harus mampu untuk
memajukan perkembangan kebebasan pertanggung jawab diri sendiri, kemampuan
menganalisis yang kritis dan fleksibilitas, seperti misalnya mereka menaruh perhatian
terhadap nilai-nilai, sikap, motivasi dan sebagainya. Seperti kita ketahui, bahwa perubahan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

46

yang cepat menyebabkan perasaan tidak aman baik di bidang intelektual maupun emosional.
Agar orang mendapatkan kesenangan dan keuntungan dalam situasi yang demikian, maka
mereka membutuhkan kemampuan untuk mengatasi kesukaran-kesukaran baru, mampu
memainkan peranan sosial baru, mampu bekerja dalam tugas-tugas pekerjaan baru, dapat
bekerja dalam kerangka organisasi baru, dan sebagainya.Dengan penuh keyakinan dan
perhatian, tidak merasa takut akan kegagalan untuk mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi situasi yang demikian akan menyebabkan individu jatuh ke dalam sikap pasif dan
menyingkirkan diri, jadi kurikulum sekolah hendaknya dapat membuat anak peka terhadap
problem dan memiliki ketrampilan inovatif. Kurikulum harus pula mampu memajukan
ketrampilan membuat keputusan, ketrampilan mengatasi struktur organisasi (ketrampilan
birokrasi), serta ketrampilan dalam berkomunikasi dan menerima ide-ide. Kurikulum sekolah
hendaknya mampu membangunkan setiap orang untuk bergairah menghadapi masyarakat
baru tanpa sikap pasif dan melarikan diri, tanpa menarik diri dalam menghadapi sesuatu yang
baru.
Dalam rangka pengembangan ketrampilan kognitif kurikulum yang berorientasi
kepada pendidikan seumur hidup, akan menerapkan “innovatery knowledre”. Dalam
pengembangan ketrampilan kognitif akan ditekankan pada pengertian dan penggunaan
informasi. Misalkan belajar mengetahui melalui analisa cara-cara dan lambang-lambang
pengetahuan, dan bukan sekedar memperoleh melalui sejumput informasi khusus. Inti
kegiatan belajar di dalam kelas adalah mengembangkan kemampuan berfikir produktif /
kreatif; sedangkan ilmu pengetahuan hanyalah merupakan sarana untuk terjadinya berfikir
produktif. Hal ini tidak berarti bahwa mempelajari ilmu pengetahuan akan hapus, tetapi
dalam belajar tekanannya lebih pada proses berpikir produktif dari pada faktor-faktor ilmiah.
Kurikulum ang berilmu pengetahuan hanyalah sarana terjadinya berfikir produktif, orientasi
demikian disebut “kognitive curriculum”.
Kurikulum ini lebih menekankan pada penguasaan pola dan bentuk pengetahuan,
sehingga apa yang telah dipelajari merupakan dasar untuk memperoleh ketrampilanketrampilan baru. Unsur umum yang menghubungkan pengetahuan satu dengan yang lain
adalah strukturnya, metode dan gaya daripada pengetahuan, dan bukannya isi ilmu
pengetahuan, atau hakekat fenomena yang dipelajari. Fisika misalnya, akan dilihat sebagai
cara berpikir tentang suatu perangkat fenomena, dan penemuan-penemuan fisika sebagai
aplikasi berpikir inovatif terhadap problem-problem khusus, dan bukan penemuan dalam
faktual.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

47

Selanjutnya penyesuaian kurikulum sekolah dalam rangka menunjang pendidikan
seumur hidup hendaknya memusatkan perhatian pada pengembangan kemauan belajar para
siswa, membuat siswa menerima kegiatan belajar sebagai kegiatan yang wajar dan
diinginkan, pembatasan positif terhadap dirinya sebagai seorang pelajar. Sekolah hendaknya
lebih menekankan aspek kwalitatif daripada aspek kuantitatif.
Kurikulum, “Luar Sekolah”
Pandangan pokok dalam pendidikan seumur hidup ialah bahwa pendidikan
berlangsung di dalam dan di luar sekolah. Konsekuensinya kita bisa bicara tentang kurikulum
sekolah dan kurikulum luar sekolah. Dan sesungguhnya kehidupan sendiri dipandang sebagai
unsur penting dari pada pendidikan seumur hidup, sehingga seseorang bisa bicara tentang
kurikulum untuk hidup, kurikulum untuk kerja dan sebagianya.
Beberapa aspek kurikulum luar sekolah, yang seharusnya dipikirkan dan disediakan dalam
rangka menunjang pendidikan seumur hidup antara lain :
1. Kurikulum Untuk Anak-Anak Pra Sekolah
Jika pendidikan berlangsung sepanjang hayat dalam rangka pengembangan
kejiwaan pada segala umur, maka pendidikan hendaknya memperhatikan pendidikan anak pra
sekolah. Pendidikan seumur hidup menyadari dan memahami bahwa masa pra sekolah terjadi
perkembangan psikhologis menurut hukumnya sendiri dan perkembangan tidak menunggu
sampai masa anak dan masa remaja, masa persekolahan “riil” berlansung. Pendidikan pada
masa pra-sekolah (masa kanak-kanak) merupakan fondasi bagi perkembangan psikhologis
masa-masa yang akan datang.
Berbagai aliran psikhologi sependapat bahwa pengalaman terdahulu akan
merupakan dasar penting bagi belajar yang akan datang. Perkembangan berpikir dapat
ditelusuri jejaknya pada pengalaman anak sebelumnya. Selanjutnya dikatakan bahwa
interrelasi antara proses emosional, motivasional dan kognitif dalam belajar, sama pentingnya
dengan pengalaman sosial anak sebelumnya. Bahwa pada tiga tahun pertama dalam
kehidupan anak perlu pengalaman-pengalaman yang dapat memajukan perkembangan
kognitif dan psikhososial. Oleh karenanya pendidikan tidak boleh mengabaikan pendidikan
bagi anak-anak di bawah umur enam tahun dan perlu menyediakan sistem pendidikan formal
mereka yaitu apa yang disebut sebagai pendidikan pra-sekolah. Dan anak-anak di bawah usia
enam tahun tidak perlu di beri beban yang begitu berat agar tidak berpengaruh terhadap

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

48

perkembangan mentalnya bila dewasa nanti, karna usia anak-anak adalah usia bermain, anakanak bebas mengekspresikan keinginannya. Kita sebagai orang dewasa hanya mengawasi dan
mengingatkan apabila melakukan kesalahan. Ada tiga tujuan utama pendidikan pra-sekolah,
yaitu : menyediakan stimulasi, meningkatkan perasaan identitas, dan menyiapkan
pengalaman-pengalaman

sosialisasi.

Ketrampilan-ketrampilan

ini

tidak

memerlukan

persekolahan yang khusus, tetapi dapat dikembangkan oleh kehidupan sendiri. Pendidikan
pra-sekolah janganlah merupakan persiapan pengajaran akademik di Sekolah Dasar. Dalam
rangka menunjang pendidikan seumur hidup pendidikan pra-sekolah seharusnya bertujuan
untuk :
a. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan untuk bekerja dengan informasi dan
lambang-lambang.
b. Meningkatkan apresiasi terhadap berbagai cara ekspresi.
c. Mengembangkan keingintahuan dan kemampuan belajar.
d. Memperkuat harga diri dan yang terakhir
e. Mengembangkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain.
Di dalam pendidikan seumur hidup perkembangan psikhologis awal dikaitkan
dengan sistem pendidikan dipandang sebagai pengembangan faktor-faktor kognitif,
emosional dan sosioafektif, yang dapat dipakai sebagai dasar daripada perwujudan diri
pribadi.
2. Kurikulum untuk orang-orang “di luar umur sekolah”
Usaha formal untuk mengikat orang dewasa belajar lebih lanjut sering mengalami
kegagalan, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak memperoleh pendidikan
persekolahan formal yang memadai. Hal ini umumnya disebabkan, karena kesempatan
memperoleh pendidikan bagi orang dewasa itu tidak diorganisir dalam rangka memajukan
belajar sepanjang hayat. Menurut olford, kurikulum pendidikan seumur hidup bagi orang
dewasa itu hendaknya disusun sebagai berikut :
a. Harus memberi kesempatan kepada para siswa untuk melakukan penemuanpenemuan.
b. Harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kreativitas dan
bertanggung jawab terhadap kegiatan itu.
c. Harus memberikan kesempatan bagi para siswa untuk menetapkan kerja sesuai
dengan kecepatan masing-masing.
d. Harus memberikan kesempatan untuk mengadakan spesialisasi menurut minat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

49

masing-masing.
e. Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan dan mengenal perbedaan
bakat masing-masing.
(olford, J.E. Deschooling further education. The New Era. 1972).
Dalam menyusun kurikulum untuk orang dewasa ini harus diperhatikan pengalaman
mereka yang sudah “karatan”, yang mungkin tidak sesuai lagi dengan kemajuan-kemajuan
pengetahuan dan teknologi abad ini. Untuk ini disarankan agar diberikan kesempatan adanya
interaksi antara orang tua dengan orang muda dalam memperoleh pengalaman belajar.
Dan di saat era globalisasi seperti sekarang ini, setiap orang harus bisa menguasi
teknologi, seperti komputer dan bahasa internasional, seperti bahasa inggris.
3. Kurikulum Untuk Kerja
Pada suatu saat tempat kerja dapat menjadi tempat belajar yang penting.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat membuat pendidikan kejuruan
mungkin menjadi tidak efisien. Dewasa ini diperlukan persiapan yang matang dalam
memasuki tugas-tugas pekerjaan tingkat tinggi, dan kesempatan kerja bagi orang-orang yang
tidak trampil makin sangat berkurang. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kurikulum
untuk dunia kerja yang dapat mengembangkan inisiatif individu, untuk selalu tumbuh dan
berkembang. Inisiatif untuk tumbuh ini diperkuat dengan adanya kesempatan yang terbuka
untuk peningkatan dan perkembangan profesional, dan dengan adanya imbalan yang layak
bagi mereka yang selalu meningkatkan kemampuannya. Dalam penyusunan kurikulum kerja
diorientasikan pada pendidikan seumur hidup, perlu diperhatikan faktor-faktor, antara lain :
a. Penyedia alat-alat untuk penilaian diri sendiri;
b. Kesempatan untuk menilai diri sendiri;
c. Usaha untuk menciptakan suasana memajukan kreativitas;
d. Hubungan dengan proyek-proyek kerja yang menantang yang meningkatkan
pemecahan problem di lapangan.
d. Interaksi teman sekerja yang memungkinkan pertukaran ide dan informasi.
4. Kurikulum untuk Hidup
Pandangan bahwa pendidikan merupakan peristiwa yang hanya berlangsung di
sekolah formal , didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan menuntut suatu lingkungan
yang khusus yang berbeda dari kehidupan sehari-hari, dan yang berpusat di sekolah formal.
Sekolah merupakan tempat yang bagus, sukar dan memerlukan waktu yang cukup lama
dikunjungi. Akibat dari pandangan ini, mengenyampingkan pendapat bahwa orang dapat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

50

belajar dari kehidupan. Akibat selanjutnya, orang sekarang terpisah dari hidup sebenarnya,
dengan akibat yang serius adanya “kesakitan kejiwaan”. Untuk dapat hidup dengan senang
dalam hidup ini orang perlu suatu pendidikan untuk hidup itu sendiri, ia harus belajar hidup
pada masa kini, merenungkan kehidupan, menikmati seni dan kebudayaan, dan menikmati
perasaan dan emosinya baik spiritual maupun material.
Dalam kerangka pendidikan seumur hidup kita perlu mengembangkan kurikulum
untuk hidup, yang memungkinkan orang akan belajar melalui “partisipasinya dalam tugastugas sosial dan kegiatan-kegiatan sosial”, atau dengan saling memberikan urunan dalam
kehidupan sosial, kultural dan profesional. Kurikulum ini haruslah menekankan pada
pendidikan yang bukan sekedar pengetahuan intelektual, tetapi pada segala sesuatu yang
dapat memajukan minat dan kebutuhan untuk mengethui serta akan melibatkan ide bahwa
hidup itu sendiri merupakan sumber belajar yang utama, dan bahwa orang dapat belajar
tentang hidup terutama melalui proses kehidupan itu sendiri.
Kurikulum untuk hidup hendaknya :
a. Mengajar orang untuk berpikir tentang kehidupan.
b. Mengajar orang ingin menggunakan pengetahuannya dalam hidup.
c. Mengajar orang bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam hidup.
d. Membantu orang mengetahui bagaimana ia berpikir dalam berhubungan dengan orang
lain.
e. Membantu orang mengetahui bagaimana mengadakan pertukaran pengalaman sosial
dan kultural dengan orang lain.
f. Mengajar dan mendidik orang bagaimana berpikir, tidak hanya menurut cara-cara
ilmiah, tetapi juga apa yang dikehendaki oleh hidup itu sendiri.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

51

BAB VII
PENYESUAIAN KBM di SEKOLAH DENGAN PSH
Di dalam domain sikap, guru hendaknya membantu murid-murid untuk mengambil
sikap yang kreatif dalam mengahadapi situasi baru, agar dapat mengatasinya dengan efektif
dan memperoleh pengalaman yang memuaskan dalam menghadapi persoalan.Dalam domain
motifasi, tugas utama guru adalah hal-hal baru agar dapat menguasainya dan memperoleh
keuntungan daripadanya, dan bukan menghindarinya.Di dalam domain kognitif, tugas guru
adalah memperlengkapi murid-murid dengan keterampilan untuk memperoleh keterampilan
sewaktu-waktu mereka memerlukannya. Hal ini akan dicapai dengan cara mengembangkan
perasaan mengenai struktur dan metode ilmu pengetahuan, melalui pembinaan dan
pemahaman sumber-sumber informasi yang dapat digunakan.
Tugas fundamental guru adalah meningkatkan kemampuan murid untuk menemukan
pengetahuan, menghubungkan apa yang telah dipelajari dengan pengetahuan yang
dimilikinya dan dengan kebutuhan-kebutuhannya di masa yang akan datang, serta
menganalisa dan menilai kegiatan belajar yang dilakukannya.
Dalam rangka pendidikan seumur hidup seorang guru hendaknya menjadi pelajar
seumur hidup.Ia hendaknya tidak pernah berhenti belajar dan selalu ingin belajar, sehingga
tindakannya itu dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Selajutnya karena guru itu juga berada dalam masyarakat yang mengalami perubahan
seperti yang dihadapi oleh murid-muridnya, maka perlu bagi mnereka untuk selalu
mengadakan penyesuaian dan pengaturan. Pendeknya dalam rangka pendidikan seumur hidup
guru dan murid terikat pada progam belajar seumur hidup, sehingga dalam kenyataan mereka
merupakan “colearners” (Dave, R. N. Lifelong education and school curriculum UNESCO
Institut Monographs, 1973, Whole No. 1).
Peranan tradisional guru sebagai penyalur pengetahuan dan pembawa kebijaksanaan
tradisional akan berubah. Guru lebih berperan sebagai “Pembimbing” atau sebagai
“Pemimpin ” yang bertindak sebagai fasilitator dalam perkembangan setiap siswa. Untuk
mencapai tujuan ini, guru hendaknya berfungsi sebagai “Ahli Metode Belajar”, sebagai
“Koordinator Belajar”, Sebagai “Dirigen dalam belajar”, peranan pokok guru adalah

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

52

membimbing dan mengkoordinir belajar, bukannya sebagai “Pemberi Fakta-fakta”. Guru
bukanlah sekedar orang yang menyampaikan bakat seseorang yang telah diseleksi lebih
dahulu yang isinya disesuaikan dengan kebutuhan murid-murid. Tetapi guru hendaknya
membantu setiap murid mendiaknosis kebutuhan belajar masing-masing, menetapkan sumber
belajar yang memadai dan menentukan tujuan yang ingin dicapai, belajar menurut tempo dan
iramanya masing-masing.Guru-guru hendaknya menjadi penasihat dan menjadi sumber
belajar, bukan sebagai otoritas yang mengambil jarak dengan murid-muridnya serta
menganggap dirinya tidak dapat salah.
Mengartikan guru sebagai penasihat dan pembimbing, mengimplikasikan antara lain
suatu pendidikan perseorangan pada tingkat yang tinggi.
Individualisasi pendidikan merupakan hasil kombinasi antara bimbingan yang
menonjol dan teknologi pendidikan yang baik. Guru dikonsepsikan sebagai ahli diagnosis
pendidikan. Diasumsikan bahwa mereka mampu memberikan balikan yang tepat kepada
murid-muridnya mngenai kemampuan mereka,

sejauh mana aspirasi mereka telah

terwujudkan, dan sebagainya. Dalam memfungsikan guru dengan cara yang demikian ini,
hendaknya para guru dibebaskan dari tugas rutin yang menyita banyak waktu mereka. Dalam
rangka pendidikan seumur hidup, atau dasar prosedur penilaian yang teliti, perlu di desain
suatu program pendidikan individual bagi setiap siswa. Kemampuan sistem untuk
memberikan kesempatan kepada setiap siswa yang mengikuti program individualisasi ini
akan dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi pendidikan.
Salah satu implikasi pendidikan seumur hidup yang paling penting hanya peranan dan
keterampilan guru diharapkan berubah, tapi juga ide tentang siapa saja yang disebut “Guru”
itu akan diperluas. Misalnya terdapat kelompok orang yang disebut sebagai “Pendidik”,
Tetapi tidak dikenal sebagai guru dan tidak berfungsi di dalam sistem persekolahan
konvensional. Kelompok orang ini mencakup ahli perpustakan, ahli-ahli yang bekerja
dimusium, ahli-ahli yang bekerja di kebun binatang (ahli purbakala, ahli burung, dan
sebagainya), ahli pendidikan diasosiasi profesional training offiser si pabrik-pabrik atau di
angkatan bersenjata, pekerja sosial, petugas bimbingan dan penyuluhan, dan lain sebagainya.
Meningkatnya profesi seperti dokter, dokter gigi, ahli pharmasi, dan jabatan-jabatan yang
sejenis, juga bisa dimasukkan dalam kelompok “pendidikan”, karena profesi ini lebih banyak
berfungsi mencegah dan mendidik daripada berfungsi kuratif dan restoratif. Kelompok kedua
yang sering tidak dikenal sebagai guru yaitu orang-orang yang terdiri dari orang-orang yang
sama sekali tidak mempunyai fungsi dalam pendidikan didalam kehidupan. Mereka ini

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

53

adalah “practitioners”, orang-orang yang menyampaikan informasi yang berharga, karena
mereka tahu berbuat sesuatu yang penting di dalalm kehidupan. Orang-orang ini yang
mungkin dapat disebut sebagai “life educators”, termasuk kedalamnya orang tua, teman
sekerja, teman sebaya, kenalan, dan sebagainya.Fungsi mengajar mereka tidak boleh
diabaikan karena sangat penting.
Dengan berbagai alasan, dua kelompok pengajar ini (pendidik profesional dan life
educator) menjadi semakin penting kedudukannya.Sebagai contoh anak-anak memerlukan
pengalaman-pengalaman di dalam lingkungan sosial diluar atau didalam masyarakatnya, dan
juga didalam dunia pekerjaan, bukannya sesudah mereka menyelesaikan pendidikannya,
tetapi selama pendidikan formal sedang berlangsung.Dari pada itu, beberapa program
pendidikan, terutama di negara-negara sedang berkembang, meminta aktifitas dan layanan
pendidikan yang tidak hanya dapat dilakukan oleh guru.Sebagai contoh usaha pemberantasan
buta huruf, kampanye kesehatan, dan gizi.Selanjutnya “profesional educators”dan “life
educators” (dokter, dokter gigi, ahli pharmasi, orang tua, teman sekerja, dan sebagainya)
mempunyai potensi untuk menyampaikan kepada murid-murid “suasana” kehidupan diluar
sekolah, misalnya dengan memberikan urunan informasi mengenai dokter, seorang ahli
teknik, seorang pengusaha dan sebagainya.Faktor-faktor ini membuat mereka itu sebagai
potensi yang penting untuk dapat diminta menjadi pelatih khusus dibidang potensinya,
sebagai orang-orang yang bukan guru.
Sebagai akibatnya dirasakan perlunya, dalam hubungan dengan pendidikan seumur
hidup, suatu konsep baru tentang apa yang disebut “guru”, atau mungkin apa yang disebut
“pendidik”, karena guru selalu diasosiasikan dengan sekolahan formal. Dalam rangka
pendidikan seumur hidup yang dimaksud dengan “pendidik” adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan khusus dalam bidang teknik, kerja tangan atau....
1.Kemampuan untuk menempatkan informasi
2.Keterampilan kognitif yang tinggi
3.Kemampuan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah
4.Kemampuan untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai
5.Mengevaluasi hasil belajar sendiri
6.Adanya motifasi untuk belajar
7.Adanya pemahaman diri sendiri
Tiga yang pertama merupakan kondisi yang termasuk ktrampilan kognitif.Sedang keempat
terakhir berhubungan dengan sikap, motivasi, nilai-nilai, dan emosi. (Biggs, J.B. Content to

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

54

process. Australian Journal of Education, 1973).Bigge mengemukakan dengan jelas bahwa
kesiapan untuk menghadapi perubahan tidak hanya melihatkan aspek kognitif persekolahan,
tetapi juga perkembangan sosio afektif.
Agar dapat menjadi lebih jelas apa yang dimaksud dengan aktifitas kelas dalam rangka
pendidikan seumur hidup perlu adanya analisis kurikulum atas tiga dimensi.
Pertama, daerah aktivitas kelas, yang meliputi :
1.Metode dan alat belajar mengajar,
2.Aktivitas guru,
3.Aktivitas murid,
4.Evaluasi.
Dimensi kedua adalah domain psikhologis.
Dimensi kedua ini meliputi tiga fungsi psikhologis, yaitu : 1. Fungsi kognitif, 2. Sistem
motivasi, 3. Variabel sosialaktif. Dimensi ketiga adalah konsep tentang pendidikan seumur
hidup.Karena implikasi teoritis daripada pendidikan seumur hidup berpusat pada intregasi
vertical dan intregasi horizontal.
Suatu tujuan daripada pendidikan seumur hidup akan dikhususkan dengan menetapkan
daerah aktiifitas kelas (misalnya metode dan bahan belajar-mengajar, kegiatan guru, kegiatan
murid atau evaluasi), dengan mengkhususkan domain psikhologis (misalnya fungsi kognitif,
struktur motivasi, atau faktor sosiote-afaktif), dan terakhir dengan mengkhususkan aspek
khas pendidikan seumur hidup (misalnya intregrasi vertical dan intregasi horizontal).
Pengkhususan tujuan kurikuliner ini akan dilukiskan dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 1
Tujuan kelas dalam bidang Metode dan bahan Belajar Mengajar *)
Ciri-ciri Pendidikan Seumur Hidup
Domain
Psikologis
Integrasi Horisontal
Integrasi Vertikal
(1)
(2)
(3)
Kognisi
ï‚· Pengetahuan diajarkan
ï‚· Ditekankan pada
sebagai alat untuk
kesatuan belajar
memecahkan masalahselama hidup
masalah dalam
ï‚· Informasi diberikan
kehidupan
sesuai dengan umur
ï‚· Semua Pengetahuan
anak
berkaitan satu dengan
ï‚· Pengetahuan sekarang
yang lain
merupakan dasar
ï‚· Pengetahuan dapat
untuk pengetahuan
diperoleh di luar
dimasa datang
sekolah
ï‚· Pengetahuan sekarang
ï‚· Contoh-contoh
dipandang sebagai

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

ï‚·

Motivasi

ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·

ï‚·
ï‚·
Afek

ï‚·

ï‚·

ï‚·
ï‚·

ï‚·

hendaknya diambil dari
kehidupan
Proyek dan latihan
hendaknya didasarkan
pada kehidupan
sebenarnya
Belajar dipandang
sebagai tujuan yang
diinginkan
Diperkuat usaha belajar
sendiri
Aspirasi kehidupan
dihubungkan dengan
peranan sekolah
Diusahakan keinginan
untuk menggunakan
tehnik-tehnik yang
diperoleh di sekolah di
dalam kehidupan dan
sebaliknya
Harapan akan sukses
meningkatkan motivasi
Harapan akan kegunaan
materi pelajaran
memperkuat belajar
Pengetahuan
merupakan alat untuk
mengatasi persoalan
hidup
Pengetahuan
merupakan alat untuk
memecahkan problem
kehidupan
Diri sendiri hendaknya
dipandang sebagai
bagian dari belajar
Sekolah hendaknya
dipandang sebagai
salah satu sumber
informasi diantara
sumber yang lain
Ditentukan kesadaran
diri sebagai pelajar
seumur hidup

Tabel 2
Tujuan kelas dalam bidang Akitivitas Siswa *)

hasil dimasa lampau

ï‚·
ï‚·

ï‚·
ï‚·

ï‚·

ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·

ï‚·

Diperkuat keinginan
untuk belajar lebih
lanjut
Penghargaan akan
keberhasilan dimasa
datang mendorong
motivasi belajar
selanjutnya
Prospek perubahan
meningkatkan
motivasi
Alat yang dihasilkan
lampau digunakan
untuk memotivasi
belajar baru
Metode dan bahan
belajar memotivasi
belajar lebih lanjut
Murid memutuskan
sendiri kegiatan
belajar selanjutnya
Belajar merupakan
persiapan untuk masa
datang
Belajar merupakan
alat yang digunakan
terus menerus
Perubahan hendaknya
dipandang sebagai
suatu yang menarik
dan menantang
Diperkuat keyakinan
diri dapat menghadapi
masa depan dengan
baik

55

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
Domain psikhologis
(1)
Kognisi

Motivasi

Ciri-ciri pendidikan seumur hidup
Integrasi horisontal
Integrasi vertikal
(2)
(3)
ï‚· Siswa menerapkan
ï‚· Siswa
pengetahuan dari
menggunakan
disiplin ilmu yang
belajar
satu ke yang lain
sebelumnya
sebagai basis
ï‚· Siswa menerapkan
belajar yang
metode disiplin
sekarang
ilmu yang satu ke
ï‚· Siswa mengetahui
yang lain
belajar sekarang
ï‚· Siswa kenal akan
sebagai basis
taktik suatu disiplin
belajar di masa
ilmu dan
datang
mengetahui dasar
ï‚· Siswa
umumnya
menganalisisa
ï‚· Siswa menerapkan
hubungan belajar
ketrampilan yang
yang lalu dengan
diperoleh di
problem yang
sekolah untuk
dihadapi sekarang
masalah-masalah
ï‚· Siswa bertindak
luar sekolah
sebagai sumber
ï‚· Siswa
informasi bagi
memperkenalkan
anak lebih muda
contoh dan bahandan mencari
bahan dari luar
informasi dari
sekolah
yang lain
ï‚· Siswa kenal akan
ï‚· Siswa
berbagai sumber
merencanakan
belajar
belajar untuk masa
datang
ï‚· Siswa berusaha
ï‚· Siswa berusaha
untuk selalu belajar
belajar bila
hal-hal baru
dihadapan pada
problim baru yang
ï‚· Pengalaman siswa
tidak dapat
dalam memberikan
dipecahkan
kepuasan dan
dengan
kesenangan
pengetahuan yang
ï‚· Siswa
telah dimilikinya
memperlihatkan
ï‚·
Siswa merasa puas
keinginan untuk
bila masalah lama
menetapkan
dapat dipecahkan
pengetahuannya
dengan belajar
dalam kehidupan
yang sekarang
luar sekolah
ï‚· Siswa berusaha
ï‚· Siswa mencari
secara aktif

56

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

ï‚·

Afek

ï‚·

ï‚·

ï‚·
ï‚·

ï‚·

masalah secara
inovatif dan
menggunakan
berbagai disdiplin
ilmu
Siswa
memperlihatkan
kemauan untuk
berperan sebagai
pemimpin,sebagai
“tutor” bagi temantemannya dan
cologennya
Siswa
memperlakukan
belajar sebagai alat
untuk memecahkan
masalah
Siswa memandang
sekolah sebagai
bagian dari jaringan
belajar
Siswa memandangi
dirinya sebagian
dari jaringan belajar
Siswa memandang
pengetahuan
sebagai suatu
kesatuan
Siswa memandang
dirinya sebagai
pemimpin,sebagai
inovator dan juga
sebagai pengikut

mendapatkan
kesempatan
belajar terus

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

Siswa
menunjukkan
pengertian bahwa
belajar merupakan
alat untuk
perkembangan diri
dimasa datang
Siswa mengetahui
kurang
memadainya
pengetahuannya
sekarang untuk
memecahkan
problim-problim
yang dihadapinya
dimasa datang
Siswa mengetahui
bahwa ia mampu
untuk menghadapi
peranan sosial
yang berubah
Siswa
merencanakan
belajar untuk masa
datang

Tabel 3
Tujuan kelas dalam bidang Evaluasi *)
Domain psikologis
Ciri-ciri pendidikan seumur hidup
Integrasi horisontal
Integrasi vertikal
(1)
(2)
(3)
Kognisi
ï‚· Kridit positif
ï‚· Evaluasi
diberikan terhadap
mendiagnosis
pengenalan
ketidak efisiesian
hubungan antar
hasil kerja masa

57

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

ï‚·

ï‚·

ï‚·

Motivasi

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·
ï‚·

pengetahuan
Evaluasi terutama
ditekankan pada
aplikasi
pengetahuan untuk
memecahkan
problem
Fungsi evaluasi
memberikan
informasi atau
balikan mengenai
kekurangan
efisiensian
pengetahuan,dan
bukan untuk
menyaring siswa
Kridit diberikan
kepada kegiatankegiatan luar
sekolah

Evaluasi
menghargai
penerapan
ketrampilan
sekolah didalam
kehidupan
Evaluasi
mengahargai
penerapan
ketrampilan luar
sekolah di dalam
sekolah
Prosedur evaluasi
digunakan untuk
memperkuat
penilaian diri
sendiri
Evaluasi digunakan
untuk memotivasi
belajar yang baru
Evaluasi membantu
memperkuat
aspirasi yang

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

lalu dan
mencangkup
tindakan remidi
Evaluasi
menunjukkan
memadainya
belajar sekarang
sebagai basis
belajar dimasa
datang
Evaluasi
menyiapkan untuk
loncatan terhadap
belajar yang
baru,penilaian
kembali,dan
sebagainya,dan
bukan merupakan
tujuan evaluasi
mandiri
Evaluasi
merupakan basis
untuk perencanaan
belajar yang akan
datang
Evaluasi
mendorong
keinginan untuk
belajar dimasa
datang
Evaluasi
membentuk
pengharapan yang
masuk akal
terhadap masa
yang akan datang
Evaluasi
menciptakan
harapan sukses di
masa datang
Evaluasi
membawa kearah
pencapaian tujuan

58

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

Afek

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

ï‚·

realistis
Evaluasi menitik
beratkan pada
kejelasan
pengertian
mengenai diri
sendiri dan
kemampuan sendiri
Evaluasi akan
memperkuat citra
kemampuan diri di
dalam berbagai
bidang
Evaluasi
memberikan
bimbingan
mengenai
hubungan antara
siswa dengan
kehidupan
Evaluasi dapat
mengintegrasikan
informasi dari luar
sekolah
Evaluasi
mengintegrasikan
orang-orang di luar
sekolah(misalnya
orang tua murid)

ï‚·

ï‚·

ï‚·

59

Evaluasi
memberikan
gambaran yang
reasonable
bagaimana
perkembangan diri
sendiri di masa
datang
Evaluasi
memberikan
keyakinan pada
diri siswa
mengenai
kemampuannya
untuk mengatasi
persoalan dimasa
datang
Evaluasi
membentuk citra
diri sebagai pribadi
yang mampu
belajar terus

Pemanfaatan Sumber-sumber Belajar
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pandangan pokok dalam pendidikan
seumur hidup ialah karena pendidikan berlangsung di dalam dan di luar sekolah.Pendidikan
seumur hidup berarti perkembangan, perubahan dan belajar terjadi sepanjang hayat, tidak
hanya terjadi selama beberapa tahun persekolahan formal.Salah satu cirri pendidikan seumur
hidup adalah menekankan pada integrasi hoorisontal, yakni belajar disekolah hendaknya
dikoordinasikan dengan komponen di dalam masyarakat tempat anak memperoleh
pengalaman belajar, seperti misalnya keluarga, perkumpulan pemuda, tempat kerja, pergaulan
dengan teman sebaya, dan sebagainya.
Selanjutnya dalam pendidikan seumur hidup, sekolah perlu menanamkan motivasi

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

60

pada siswa agar selalu merasa butuh untuk belajar lebih lanjut.Bahwa keterbatasan
memperoleh pengetahuan di luar sekolah terletak pada kurangnya motivasi pada anak. Latar
belakang pendidikan seumur hidup anak-anak hendaknya mempunyai kemampuan yang
memadai, kenal akan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Mereka bukan saja tahu fakta-fakta, tetappi harus kenal dengan struktur
pengetahuan.Mereka harus terampil menyesuaikan alat-alat belajar dan struktur pengetahuan
kedalam tugas yang baru.Mereka harus sadar mengenai hubungan antara ketrampilan kognitif
dengan kehidupan nyata.
Disamping itu, sekolah hendaknya mendidik siswa dengan berbagai setting belajar,
misalnya belajar secara perorangan, belajar kelompok, dan sebagainya.Sekolah hendaknya
mengajarkan ketrampilan dasar belajar dengan baik seperti ketrampilan membaca, mengamati
dan mendengarkan, dan mampu memahami komunikasi non-verbal. Yang semuanya itu akan
sangat berguna bagi siswa untuk belajar lebih lanjut apabila ia telah keluar dari sekolah.
Sekolah juga harus mengajarkan ketrampilan dasar intelektual, seperti mengadakan
penalaran, berpikir kritis, dan menafsirkan data. Mengajar siswa agar terampil menggunakan
bermacam-macam alat belajar, seperti media cetak, media massa, dan berbagai instructional
materials yang lain.
Dalam rangka inilah sekolah seharusnya membiasakan anak menggunakan berbagai
sumber belajar, baik yang berada di dalam maupun di luar sekolah, sehingga mereka mampu
belajar sepanjang hayat dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang banyak dijumpai
dalam kehidupan. Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sumber yang dapat
digunakan oleh siswa baik secara sendiri maupun secara bersama-sama, biasanya di dalam
suatu cara yang informal akan membantu belajar.
Ada dua macam sumber belajar, yaitu :
a. Sumber belajar yang memang dikembangkan dan disiapkan untuk membantu belajar,
yang merupakan komponen system instruksional, yang disebut “rescurees by design”,
dan
b. Sumber belajar yang tidak direncanakan secara khusus untuk pengajaran, tetapi dapat
digunakan untuk belajar, yang disebut “rescurees by utilization”.
Sumber-sumber itu meliputi :
1. Massage (pesan), informasi yang disampaikan melalui komponen lain berupa ide, faktafakta,

pengertian, data, misalnya bahan pelajaran tentang sejarah Yunani, Sistem

Parlemen dalam suatu Negara, tata bahasa dan sebagainya.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

61

2. Manusia, yakni manusia yang bertindak sebagai pembawa/penyampai pesan misalnya
guru, siswa, aktor, dokter, dan sebagainya.
3. Material, Bahan, media atau “software” yang biasanya menyimpan pesan yang ditampilkan
dengan menggunakan alat (hardware) atau dapat menampilkan dirinya sendiri, misalnya
tranparansi OHP, slide, film, film strip, buku, jurnal, dan sebagainya.
4. Alat (device), yang sering disebut “hardware”, yang digunakan untuk menampilkan pesan
yang terdapat pada bahan (materials), misalnya proyektor film strip, proyektor film, OHP,
alat perlengkapan televisi, tape recorder (audio/video), dan sebagainya.
Teknik, cara-cara yang biasa dilakukan dalam belajar mengajar atau penggunaan alatalat, bahan, setting dan orang untuk menyampaikan pesan, misalnya pengajaran berprogram,
simulasi permainan, metode penemuan, karyawisata.

BAB VIII
BERFUNGSINYA KOGNITIF DAN USIA
gaya berfungsinya intelektual
“istilah kognitif atau proses kognitif seringkali sukar di lihat sampai di mana batas
akhir konsep intelegensi dan dimana mulainya batas kognitif “
Kapan adanya batas akhir intelegensi? Dan jika ada akhir berarti ada awal,dan kapan
adanya awal intelegensi?
Menurut kelompok kami, awal intelegensi manusia itu ketika kita masih di dalam
kandungan,karena saat kita berada di dalam kandungan pun kita sudah banyak belajar,dan
ALLAH swt pun telah memberikan kita akal fikiran ketika kita masih berada di dalam
kandungan, sedangkan batas akhir intelegensi manusia itu berarti ketika kita meninggal

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

62

dunia,karena di saat itulah kita di berhentikan untuk mengurusi segala hal keduniaan.
Model berfungsinya kejiwaan manusia yaitu ada proses aktif atau interaktif , dan
pengertian apa yang sedang berlangsung di sekitar orang sebagaian tergantung dengan
pengalaman dulu yang berkaitan dengan dunianya.
Proses aktif atau interaktif yang di maksud adalah ketika kita berinteraksi padahal saat
kita tidak berinteraksipun kejiwaan itu telah berfungsi,mengapa di buku di katakana
demikian?
Kejiwaan manusia tidak dapat di tentukan dan menurut kelompok kami tidak dapat di
analisis karena konsep kejiwaan manusia itu berbeda-beda dan tidak linier,jadi tidak semua
orang kejiwaannya berfungsi ketika di sekita orang atau melalui pengalaman dulu yang
berkaitan dengan dunianya,bisa saja kejiwaan manusia berfungsi melalui orang lain dengan
cara melihat atau mengerti posisi orang yang ada di sekitarnya,dan tidak di sekitar orang saja
tetapi di sekitar lingkungannya.
Perbedaaan kemampuan
“Vernon (1950) menyimpulkan bahwa perbedaan kemampuan tidak inheren dalam
proses, tetapi sangat tergantung pada jenis-jenis stimulasi lingkungan yang di terima
oleh seorang anak”
Menurut kelompok kami,stimulasi seorang anak itu dapat di rubah dengan adanya
pengarahan dari kedua orang tua atau pembimbing mereka,lingkungan memang sangat
berpengaruh tetapi lingkungan tidak dapat di cerna dengan utuh jika kedua orang tua mereka
mampu member pengarahan-pengarahan secara sehat agar anak bisa berfikir lebih realistis
dan tidak hanya mendunia.
Perbedaan kemampuan seseorang dapat dilihat dari lingkungannya memang
benar,tetapi perlu juga adanya arahan-arahan dari pendidikan informal ataupun non formal.
CORAK BERFUNGSINYA KOGNITIF
Corak – corak kognitif
Variasi corak yang bermacam-macam sangat mungkin sekali terjadi,walaupun di buku ini
fungsi kognitif dideskripsikan sepenuhnya dengan tiga dimensi; importing versus
skeletonizing, leveling versus sharpening, dan focusing versus scanning.
Kenyataannya, leteratur lain mengidentifikasikan dimensi lebih banyak daripada yang di
bahas dalam buku ini, karena yang di maksud dalam pembahasan ini hanya semata-mata
untuk memperkenalkan kepada pembaca adanya banyak konsep corak berfungsinya kognitif.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

63

Dalam pembahasan ini dikemukakan coding terhadap bahan seperti scanning, leveling dan
skeletonizing.
Corak kognitif dan guru
Corak kognitif sangat berpengaruh terhadap seorang guru,karena jika guru tersebut memiliki
corak kognitif yang salah, anak pun tidaka dapat menerima karena konsep manusia it
berbeda-beda,dapat kita lihat melalui intelektual, emosi , dan spiritual. Jadi cara guru untuk
menangani anak pun berbeda-beda.
JALUR PERTUMBUHAN KOGNITIF
Telah dibicarakan bahwa perkembangan kognitif berbeda dari orang ke orang, dan hal
itu, dimodifikasi oleh pengalaman.Lebih dari itu seluruh proses perkembangan kognitif
berinteraksi tinggi sekali. Dan sistem informasi sebagian besar sebagai hasil pengalaman.dan
sistem itu akan memodifikasi pertumbuhan kognitif itu sendiri.ini berarti bahwa pengalaman
pertumbuhan kognitif masa lalu,sekarang,dan yang akan datang seluruhnya berinteraksi erat
sekali,baik sebagai hasil maupun jugan sebagai penentu untuk bagian yang lainnya. Salah
satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan
bermain sambil belajar.Dengan bermain dan belajar, seorang anak dapat memperoleh
kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru.Bemain dan belajar bagi mereka juga
merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai ketrampilan sosialnya.Kegiatan bermain
dan belajar akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam
menyalurkan energi mereka yang berlebih. Dengan demikian seorang anak akan menemukan
bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada
akhirnya anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Meskipun para penulis membedakan sifat kemampuan yang menyebabkan lingkungan
dapat dimengerti,terdapat kesepakatan umum bahwa hal itu berkembang sebagai hasil dari
pengalaman.Seperti James(1980) mengatakan, dunia luar bagi bayi yang baru lahir pasti
“mekar berdungung dan membigungkan” tetapi sebagai hasil pertumbuhan kognitif ia
memperhatikan keteraturan yang berualng-ulang, semua merupakan koleksi peristiwa yang
tidak berhubungan dan akhirnya tercipta kerangka stabil untuk mengolah
pengalamannya.Seseorang berusaha umpamanya untuk mengenali bahwa peristiwa-peristiwa
itu berpola dan terorganisir bahwa beberapa peristiwa kurang lebih sama dengan yang
lain,dan kejadian beberapa peristiwa tertentu menjadi tanda untuk kemungkinan terjadinya
peristiwa yang lain.dengan demikian pertumbuhan kognitif meliputi perkembangan
kemampuan mengadakan beberapa macam aturan pengalaman,dan dengan melakukan itu ia
dapat memberikan arti terhadap pengalamannya.sejumlah penulis telah mendiskripsikan jalur
pertumbuhan ini dalam berbagai cara,tiga konsep utama akan dideskripsikan dalam
pembahasan berikut ini:
Jean Piaget dan perkembangan intelegensi
Jean Piaget (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16
September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf,ilmuwan, dan psikolog
perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

64

perkembangan kognitifnya.
Mungkin diantara para penulis yang paling terkenal dalam bidang perkembangan kognitif
adalah piaget. Meskipun pembahasan mendetail ilmu jiwa perkembangan di luar ruang
lingkup bab ini,tetapi sangat berguna untuk mensketsakan unsur-unsur pokok.menurut Pieget
pada dasarnya terdapat empat tahap umum pertumbuhan kognitif,rentangnya dari jenis fungsi
yang paling awal yang tampak pada bayi kecil sampai pada karakteristik orang dewasa
matang.
Dalam tahap pertama yang disebutnya dengan istilah periode sensor motorik
(philips,1969),Piaget menekankan fakta bahwa anak kecil terikat dengan peristiwa-peristiwa
langsung dan konkrit yang menyentuh alat sensor mereka, dan responnya terbatas pada reaksi
motorik terhadap input yang menyentuk sensor mereka.Bayi yang terbaik dalam tahap ini
dapat mengembangkan kemampuan untuk memancarkan respon yang lebih dahulu terhadap
peristiwa-peristiwa konkrit secara singkat sebelum melakukannya secara sungguh-sungguh.
Dalam tahap ke dua, tahap pra-operasional(philips,1969),obyek-obyek dilihat sebagai
peristiwan yang betul-betul ada ketika obyek-obyek itu menyentuh sistem sensor
mereka.antisipasi dan harapan melampaui sesuatu yang konkrit sekarang,dan konsep sebab
dan akibat muncul meskipun permulaan bentuknya sangat tidak sempurna, dan terakhir dalam
tahap ini,bahasa muncul sebagai prinsip baru untuk menetapkan urutan dan struktur
lingkungan. Dalam tahap ketiga, tahap operasi konkrit, individu mulai dapt melakukan
“operasi:terhadap lingkungannya. Anak-anak mengembangkan kemampuan untuk
menguraikan sebab dan akibat,untuk membuat hipotesa yang mungkin terjadi akibat
perbuatan-perbuatan tertentu,untuk memahami suatu organisasi peristiwa yang memberikan
sumbangan terhadap pertalian dunia luar san mengkoordinasikan tingkah laku sesuai dengan
pengertian mereka.bagamanapun juga wawsan terhadap fakta dunia disekitar mereka masih
diambil dari pengalaman konkrit dan personal yang dmiliki oleh mereka sendiri dan
dinyatakan pada pokoknya dalam istilah sebab dan akibat konkrit kehidupan nyata,karean itu
disebut operasi “konkrit”
Tahap terakhir perkembangan kognitif adalah operasi formal.Dalam tahap ini, prinsipprinsip abstrak yang berasal dari fakta muncul dan dipahami. Ini berarti bahwa peristiwa
dapat ditekankan tanpa memerlukan sesuatu yang sesungguhnya terjadi, dan tingkah laku
dpat dibiasakan dengan kemungkinan teroris yang barang kali tidak pernah terjadi. Seseorang
malakukan operasi formal kenyataannya dapat mendiskusikan dunia dengan istilah abstrak
dan generalisasi simbolis.Pada tahap ini orang-orang dapat belajar tanpa mengalami langsung
dan dapat merespon terhadap dalil-dalil abstrak. Hasil umum perkembangan ini individu
tidak lagi tergantung pada lingkungan sensor langsung terhadap isyarat-isyarat konkrit dan
individu dapat bertingkah laku stabil dan konsisten melampaui peristiwa-peristiwasensor
langsung dan relatif tidak stabil.
Menurut Piaget, urutan keempat tahap ini tidak bervariasi.Mekanisme dasar
memungkinkan pertumbuhan terjadi berganda, meliputi kapasitas untuk menghubungkan
pengalaman baru dengan struktur kognitif yang sudah ada pada segi lain (asimilasi),dan
kapasitas adaptasi struktur yang ada dengan input lingkungan yang tidak sama disegi lain
(akomodasi). Tahap-tahap ini tidak mempunyai ciri tersendiri secara ketat, tetapi saling

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

65

tumpang-tindih. Dan karakteristik berfungsinya kognitif yang bersal dari tahap yang
mendahuluinya. Kenyataannya kognitif pada orang tertentu mungkin sekali terdiri dari tahaptahap yang bercampur sesuai dengan seberapa banyak tahap tertinggi telah dikuasai.Pieget
melihat proses tersebut pada dasarnya sebagai sifat-sifat biologis,dan membuat proses itu
sedikit berbeda, mungkin dapat ditentukan tingkat usia kira-kira, didalamnya terdapat
beberapa tahap yanag bergabung yang menjadi satu. Disamping itu tidak semua orang sampai
ketahap operasi formal walaupun dari segi umur sudah melampaui,,dan banyak orang yang
befikir operasi formalnya sering kali rusak umpamanya dibawah tekanan atatu ketegangan
emosioanal.Jadi ilmu jiwa perkembangan pieget memungkinkan adanya variasi perbedaan
interpersonalfungsi kognitif sesuai dengan pola khusus interaksi antara individu-individu
yang berbeda dan lingkungan mereka. Disamping itu, meskipun tampaknya lebih banyak
orientasi biologis pada formulasi piaget, namun dia tidak melupakan peranan pendidikan.
Dengan pengertian bahwa tingakt perbedaan perkembangan kognitif dan tingkat perbedaan
kemampuan untuk mempertahankan berfungsinya kognitif pada tingkat tinggi umpamanya
dibawah kondisi-kondisi yang menekan,akan menampakan hasil yang diproleh dari pola
pengalaman yang berbeda.
Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga
taraf.
1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak
berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia
luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang
fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf
ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat
terbatas.
2.

Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam
menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan
perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada
taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung
dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak
dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami
sebelumnya.

3.

Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

66

kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung
dihadapinya sebelumnya.
Lev Vygotsky menekankan peranan bahasa
Lev Vygotsky (1896-1934) adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai
peran penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika
memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan bahwa
perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh perkembangan sosial. Istilah yang sering
digunakan adalah : dampak sosial, scaffolding, and zone of proximal development.Piaget
mendiskusikan bahasa sebagai elemen pokok dalam berfikir operasi formal,dan menunjukan
munculnya bahasa sebagai step penting dalam perkembangan kognitif. Sedangkan interelasi
pemikiran dan bahasa secara lebih eksplisit dinyatakan oleh Vygotsky pada tahun 1962.
Vygotsky mengikuti konsep yang telah dikembangkan lebih jauh oleh Luria pada tahun 1961,
dan dia mengemukakan bahwa perkembangan intelegensi dan bahas akesuanya mempunyai
kaitan mata rantai yang sangat erat sekali. Pengaruh percakapan terhadap intelegensi dalam
sekali,dan percakapan memungkinkan perkembangan intensif proses kognitif yang dapat
dilihat pada manusia. Meskipun menurut Vygotsky bahasa dan pikiran memiliki akar yang
terpisah dan akarnya independen.Dalam bentuknya yang paling awal, bahasa adalah umum
seperti menangis,seruan,mendengkur,dan yang sejenisnya.dan untuk melayani emosi dan
fungsi sosial yang belum sempurna.Dalam hal ini terdapat “membahasakan pemikiran”
disamping juga “memikirkan bahasa” seperti yang tampak dalam ,katakanlah penggnaan
yang belum sempurna alat-alat sederhana oleh binatang untuk memecahkan problem.(keranya
kohler sebagai contoh)
Ketika bahasa sudah diinternalisasi, ketika bahasa lebih banyak berfungsi sebagai alat
proses internal dari pada pelayanan emosional seperti teriakan kemarahan, atau tanda sosial
seperti nyanyian seorang bayi yang memberitahukan kesenangan, maka pada waktu itu
berfikir sebenarnya telah terjadi.proses itu sangat unik pada manusia, dan memungkinkan
basis baru untuk berhubungan dengan dunia luar yang tidak mungkin tanpa menggunakan
beberapa sistem signal abstrak kompleks. Vygotsky menunjukkan bahwa bahasa saja tidak
secara ketat untuk berfikir dengan sebenarnya, tetapi diperlukan beberapa sistem signal yang
simbolis yang sama konpleksnya dan fleksibelitasnya. Bahasa ada yang paling bagus dalam
sistem ini.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

67

Tahap pertama pertumbuhan kognitif dideskripsikan oleh Vygotsky adalah berfikir
penyatuan (syncreticthinking). Jenis berfikir ini adalah pra bahasa, pra logika, konkrit dan
labil. Kebenaran hubungan diantara beberapa peristiwa tidak diperhatikan dan peristiwaperitiwa yang terjadi serempak secara khusus dan temporamen dipikirkan secara bersamasama. Berfikirnya manusia dan infra manusia dalam tahap ini memiliki banyak kesamaan.
Tingkat kedua perkembangan kognitif meliputi apa yang disebut Vygotsky berfikir lewat
(complexivethinking). Berfikir jenis ini memerlukan penggunaan bahasa sebagai representasi
yang menyediakan nama-nama untuk peristiwa-peristiwa konkrit yang terjadi di lingkungan
luar dengan dirasakan adanya hubungan diantara beberapa pengalaman, berarti individu
mulai memasukan basis “benar”. Dan individu tidak terlalu lama dibatasi untuk menyatukan
peristiwa-peristiwa yang tterjadi berdekatan antara stu dengan yang lainnya, baik dalam
waktu atau lingkungan fisiknya.Bagaimanapun juga hubungan diantara beberapa peristiwa
masih didominir oleh sifat-sifat konkrit atau oleh hubungan, yang secara bahasa
memungkinkan untuk tidak diartikan dengan logika yang ketat dan terlibatnya kesalahan
prinsip yang esensial. Umpamanya, orang yang berfikir kolplek akan mengatakan bahwa
payung dan permen karet adalah serupa. Sebab jika hari hujan, orang dapat memilih pergi
keluar dengan payung atau tinggal di rumah dengan permen karet.
Ketika bahasa dan pikiran digabungkan menjadi satu,maka jenis baru pemikiran
muncul, yaitu pikiran verbal (verbal though). Pada waktu ini proses kognitif terbentuk,yaitu
sejak orang-orang dapat berfikir verbal,dan cara baru berinteraksi dengan dunia luar
terwujud. Orang yang berfikir verbal dapat bespekulasi akan menjadi apa dunia jika kondisikondisi muncul dalam kenyataan,meskipun kondisi-kondisi itu belum pernah dikenal
ssebelumnya, sehingga mereka dapat menemukan dan mengembangkan hal-hal baru. Merela
juga dapat belajar benda-benda yang tidak pernah dialami sendiri dengan belajar verbalisasi
yang dibuat oelh orang lain. Sedangkan anak-anak awal yang sangat muda, mereka hanya
mampu memikirkan benda konkrit yang ada dilingkungan mereka sekarang.
Alat yang memungkinkan orang dewasa dan agen-agen pendidikan dalam masyarakat
secara berurutan mentransmisi pengetahuan secara abstrak adalah bahasa. Orang-orang yang
mengajar anak mengatakan apa mengikutinapa, dan cara bertingkah laku kaya apakah yang
paling selamat dalam peristiwa seperti itu, dan sebagainya. Desebabkan keabstrakannya,
bahasa dapat menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terpisah jauh dalam segi waktu
maupun dalam ruang lingkup fisiknya,dan memungkinkannya berfikir generalisasi tentang
kelas-kelas peristiwa. Umpanya dal memberi nama satu botol sepucuk senjata, berarti

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

68

membentuk arti terhadap obyek dan menyetel seluruh kelas informasitentang itu. Melalui
bahasa, agen-agen pendidikan memperbaiki lingkungan anak-anak,menyediakan pengetahuan
yang lebih jauh dari mereka kemungkinan mereka dapat memperolehnya berdasarkan
kehidupan pengalaman aktual, dan meyediakan pola atau model yang siap pakai, dalam
peristilahan yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami dunia luar.
Studi para sarjana dan pengalaman umum menujukan bahwa, meskipun kerangka
interpretasi itu berada antara satu orang dengan yang lainnya dalam masyarakat tertentu,
kerangka itu secara memadai diseragamkan dalam masyarakat untuk memungkinkannya
mendeskripsikan stereotype nasional atau kepribadian nasional (MeDavid dan Harari,1968)
melalui proses sosialisasi, orang-orang diajari secara relatif seperangkat kepercayaan yang
berstandar tentang sifat-sifat dunia. Dalam pembahasan ini titik berat perhatian ditunjukan
pada fenomena pendidikan dalam rangka membentuk weltanschauung anak-anak. Fenomena
ini menekankan kapasitas massyarakat dan agen-agen pendidikannya(keluarga,kelompok
persahabatan,sekolah,dsb) untuk memodifikasi pemikiran orang-orang tentang bagaimana
dunia distruktur dan siapa dan apa mereka sendiri sebenarnya, tingkah laku apa yang tidak
cocok dan apa yang tidak tepat dan sebagainya,tanpa aturan dan tanpa dites, dengan tes
empiris tentang pengalaman sesungguhnya. Perkembangan kognitif pada tingkat manusia
memiliki pretasi yang besar untuk kecocokan dan stereotype.
Jerome S.Bruner dan pembentukan realitas seseorang
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915)
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang
memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan
berfikir.Konsep kunci perkembangan kognitif Bruner (1957,1964) adalah “coding” dan
“representasi”. Proses representasi melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam dunia luar
digambarkan dalam diri pengamat, proses melalui peristiwa-peristiwa kehidupan nyata
decerminkan atau digambarka “ dalam kulit” sebagaimana adanya. Jika fluktuasi sementara
dan sedikit ketidakkonsistenan peeristiwa terlalu komplek dan tidak stabil untuk direkam dan
direspon secara terpisah sebagai peristiwa yang berbeda-beda,maka kognitif harus melibatkan
proses seleksi keberaturan pengalaman yang berualng-ulang dan pengelompokan potongan
informasi yang merupakan untuk seluruh maksud praktis, peristiwa yang sama atau kelas
peristiwa yang sama, yang berbeda hanya detail-detail insidental,waktu dan tempat.Apa yang
terjadi menurut Brunner adalah bahwa kelas-kelas kejadian yang sama ssecara fungsional

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

69

diidentifikasi dan peristiwa-peristiwa baru diberi arti, serta diklarifikasikan sebagai anggota
kelompok suatu kelas peristiwa. Suatu kelas dinyatakan sebagai “kategori” dan proses
mengidentifikasi kategori kedalam instansi yang cocok disebut “coding”. Kemudian,
Representasi adalah bahan coding stimuli lingkungan kedalam beberapa kategori. Jika coding
seperti diatas tidak sesuai dan seperti yang diistilahakan oleh Brunner ,:non veridikal”,maka
akibatnya representasi apa yang sedang terjadi akan berubah, dan representasi beberapa
pperistiwa akan berada dari realitasnya.
Kenyataannya, memang pertanyaan apa itu realitas merupakan suatu hal yang sukar,
karena setiap orang dapat dikatakan membangun realitasnya sendiri melalui proses coding.
Kunci Kode Ilmu Jiwa Brunner : individu-individu mengkonstruksi dunia dimana mereka
tinggal, karna itu “arti”merupakan hasil dari coding, dan coding berdasarkan sistem
kategori,sedangkan

sistem

kategori

sebagai

hasil

belajar

yang

dimiliki

setiap

individu.Padahal kategori juga mungkin saja menjadi sasaran fluktuasi jangka pendek,
umpamanya melalui pengalaman sekarang bersama dengan kategori istimewa yang tidak
biasa diperoleh. Contoh,orang yang sedang makan siap untuk mengkode sesuatu yang
terletak diatas meja sebagai makanan dan barangkali berusaha memakan seiris buah-buahan
yang terbuat dari lilin. Fenomena itu berhubungan dengan apa yang disebut “separangkat”
teoritis

lainnya.

Serupa

dengan

itu

kekacauan

emosianal

yang

tidak

biyasanya,akan mengakibatkan masuknya sesuatu pada kategori tertentu, sehingga orang
yangs sedang marah mungkin akan salah coding terhadpa tepukan fisik dari seseorang yang
datang dari belakang.Kekeliruan coding akan menggiring tingkah laku yang konsisten dengan
realitas yang dibuat oelh orang yang menerima tepukan. Seseorang barang kali berbalik dan
langsung menghantam orang yang menepuknya,tetapi ini sangat tidak sesuai dengan realitas
orang yang menepuknya. Orang yang menepuknya membayangkan sebagai salaman
persahabatan.Proses koordinasi informasi ekternal, gambaran internal tentang informasi dan
akhirnya bertingkah laku, semua ini disebut “integrasi” oleh Bruner.
Menurut Ilmu Jiwa Perkembangan Bruner terdapat 3 mode untuk menginternalisasi
pengalaman yang teraturberulang-ulang. Melalui satu dari salah satu tiga mode inilah
pengalaman dikode dan digambarkan. Mode-mode ini membentuk urutan sementara
sepanjang jalur perkembangan kognitif. Pertama,ia mengkarakteristikan anak-anak awal
mengcoding melalui gerakan motorik aktual,Bruner(1964, hal 2)menamakannya”enactive
representation”.Dalam tahap enactive representation dunia luar derekam menurut gerakan
motorik yang sesuai. Umpamanya, anak-anak awal ketika ditang apa itu sisir, barangkali akan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

70

merespon dengan membuat gerakan tangan dan lengannya yang sesuai dengan gerakan yang
diperlukan untuk menyisir rambut. Mereka menyimpan informasi tentang sisir dengan
gerakan motorik yang diartikan sama dengan sisir.Tempat penyimpanannya berada dalam
otot. Coding seperti itu memerlukan pengalaman aktual dalam memanipulasi motorik stimuli
dan secara ekstrim tidak fleksibel dan sukar untuk berkomunikasi.
Kedua,apa yang disebut Bruner (1964) “the growth of mind” and “a series of
teknological advance in the use of mind”yang melibatkan penggambaran melalui bayangan
internal. Bruner mengistilahkan dengan “iconic representation”. Bayangan-bayangan internal
yang melahirkan hubungkan pasti dengan apa yang sedang digambarkan, serupa dengan
fotograf melahirkan hubungan satu demi satu dengan apa yang difoto. Jadi iconic encoding
sudah mencerminkan kemajuan yang sangat besar enative encoding dalam segi
menghilangkan ketergantungan yang ketat terhadap tindakan-tindakan fisik, konkrit dan
aktual. Da juga ia sudah memiliki tingkatan tertentu keabstrakan. Walaupun demikian ia
masih tergantung pada kontrak aktual dengan apa yang digambarkan,dan dicocokan dengan
obyek tertentu, seperti fotograf berhubungan dengan benda yang menjadi obyek fotograf.
Ketiga,tingkat representasi yang melengkapi dua tingkat representasi yang lebih
rendah seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu kemampuan bahasa dan konsekuensi
munculnya kemampuan untuk mengkode pengalaman secara simbolis. Bahasa menjadi alat
pengalaman konkrit yang memiliki kunci sifat umum, dan inter-relasi pengalaman baru yang
berurutan dengan pengalaman terdahulu yang logis. Pada tahap ini perkembangan kognitif
individu dilepaskan dari tirani lingkungan sensor langsung (Bruner dan Olver,1963).
Pengalaman dapat didiskusikan dalam istilah abstrak dan umum, gagasan-gagasan dengan
mudah dapat ditransmisikan melalui transmisi verbal dan sebagainya.
Jelasnya, konsep sentral dalam formulasi ini adalah peranan yang diberikan oleh
bahasa. Unsur-unsur kunci yang Bruner lihat dalam bahasa adalah “albitrary” dan “remote”
Bruner menyatakan suatu fakta bahwa, nama-nama verbal terlepas dari obyek dan hubungan
yang dinyatakannya. Ini berarti bahwa konsep secara seerentak dapat memiliki stabilitas
tanpa menghiraukan fluktuasi sementara yang terjadi dalam lingkungan konkrit. Dan juga
dapat memiliki stabilitas yang sangat besar karena modifikasi konsep yang dikode dalam
bahasa hanya semata-mata bahan manipulasi abstrak yang dimuat ke dalam kata, dan tidak
memerlukan tranformasi aktual realitas nyata. Salah satu akibat dari keadaan ini adanya
kemungkinan untuk membuat spekulasi dan hipotesis.
Harus dicatat bahwa prestasi menyandikan simbol berarti bahwa presentasi terdahulu

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

71

tidak muncul. Sebaliknya, individu yang kognitifnya lebih matang mampu terus-menerus
menyandikan menurut prinsip-prinsip terdahulu. Hal itu tampaknya mungkin dilakukan oleh
meraka dibawah kondisi tertentu, umpamanya ketika mereka takut atau senang. Lebih jauh
lagi, Ilmu Jiwa P erkembangan Bruner, tampaknya berarti bahwa seseorang dapat menjadi
trampil dan menyandikan informasi ilmiah dengan menggunakan simbol, tetapi lebih
cenderung menyandikan orang-orang diharapkan dapat membedakan cara menyandikan
yanag mudah, biasa dan lancar, serta seseorang dilatih untuk menggambarkan pengalaman
secara abstrak dan fleksibel, sedangkan yang lainnya lebih senang mengembangkan iconic
atau bahkan enactive enconding.

IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan
tentang

pelaksanaan

pendidikan

seumur

hidup.

Menurut W.P Guruge dalam buku Toward Better Educational Management, implikasi
pendidikan

seumur

hidup

1. Pendidikan

pada

program

baca

pendidikan

tulis

adalah

:

fungsional

Pendidikan baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara
berkembang.

Realisasi

baca

tulis

fungsional

memuat

:

a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut
kecakapan
2.

yang

telah
Pendidikan

dimilikinya

tersebut.
vokasional

Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas
usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka
‘apprentice ship training merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup.
Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap
dilaksanakan
3.

secara
Pendidikan

kontinu.
profesional

Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta built in
mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
dan

perubahan

menyangkut

metodologi,

perlengkapan,

terminologi,

72
dan

sikap

profesionalnya.
4.

Pendidikan

ke

arah

perubahan

dan

pembangunan

Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu
mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas
pendidikan
5.

Pendidikan

seumur
kewarganegaraan

hidup.
dan

kedewasaan

politik

Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan
seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi rakyat maupun
pimpinan.
6.

Pendidikan

kultural

dan

pengisian

waktu

senggang

Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai
bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan
berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.
Integrasi vertikal perkembangan
Review sekarang terhadap literature kejiwaan menunjukan bahwa pertumbuhan
kognitif adalah proses yang sangat bersambungan satu sama lainnya.setiap tahap
dihubungkan dengan tahap terdahulu , dan unsure yang ada pada tahap sekarang banyak
berasal dari yang sbelumnya.dari segi lain , hal ini juga dihunbungkan dengan tahap yang
akan dating , sedangkan tahap sekarang menyediakan basis untuk yang akan
datang.pertumbuhan individu , kenyataannya diintegrasi melampaui waktu yang ada , atau
disebut integrasi secara vertikal . proses pertumbuhan yang berhubungan satu denga yang
lainnya mulai pada bayi termuda sampai seterusnya , dan berlangsung sumur hidup .
ringksannya , belajar di pandang secara tepat sebagai tenunan terus – menerus menjangkau
seluruh waktu kehidupan . lebih jauh lagi , hal itu tergantung kepada pengalaman . arti adalah
sesuatu yang , untuk perluasan tertentu , dikontruksi oleh setiap orang untuk dirinya sendiri .
pengertian adalah sifat dunia yang diperoleh dari pengalaman dengannya , tetapi dimodifiaksi
oleh konvensi social , dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman tidak langsung
ditranmisi melalui verbalisasi orang lain , dan sebagainya . dnegan kata lain , petumbuhan
kognitif adalah kompleks , proses belajar yang berhubungan di dalamnya berlangsung seumur
hidup dan dimodifikasi oleh jenis lingkungan yang dialami mulai dari kecil . analisis

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

73

kejiwaan menawarkan dukungan yang sangat besar terhadap konsep dasar pendidikan seumur
hidup .
Implikasi terhadap oraganisasi kelas sekolah
Unsur kedua analisis petumbuhan kognitif adalah implikasinya terhadap cara yang
paling mungkin untuk mengorganisir pendidika seumur hidup . jelasnya , orang – orang pada
usia yang berbeda berinteraksi denga realitas malalui cara yang tidak sama . anak kecil
seumpamanya belajar pada dasarnya melalui pengalaman konkrit , berfikir logis secara
formal dan abstrak berkembang kemudian konsekuensinya , jelas bahwa bahan – bahan
belajar dalam kelas , aktifitas pelajar , prosedur evaluasi dan sebagainya , seluruhnya harus
mencerminkan fenomena pertumbuhan kognitif . fakta itu sudah dekenal dengan baik dan
system pendidikan yang sudah ada sekarang ini .
Bagaimanapun juga , analisis sifat pertumbuhan kognitif menunjukan bahwa telepas
dari fenomena yang berehubungan dengan umur orang berbeda menunjukan pola
petumbuhan kognitif dan kerjasama. Beberapa orang lebih senang mentranmisikan informasi
kedalam generalisasi yang luas : sedangkan orang lain mengoperasikannya lebih baik ketika
ditanamkan kedalam konteks yang menopang . beberapa orang memahami detail dengan
mudah , tetapi tidak dapat memperhatikan struktur umum yang mendasarinya , sedangkan
orang lain memiliki kesulitan dengan detail tetapi dapat memahami garis besarnya dengan
mudah . beberapa orang lebih suka informasi disajikan dalam bentuk abstrak sedangkan yang
lainnya belajr lebih baik dalam situasi konkret orang yang lainnya lebih menyukai kata-kata ,
sedangkan dilain pihak lebih menyukai perbuatan dan sebagainya . kosekuensinya penting
untuk memeberikan perhatian lebih banyak pada sifat-sifat kognitif pelajar daripada kasus
yang ada sekarang ini . khususnya , suatu system yang di perlukan adlah system yang banyak
menggunakan modalitas untuk mentranmisi informasi . hal itu meliputi belajar melalui
pendengaran , melalui melakukan , melalui memperhatikan , melalui kehidupan nyata ,
melalui mengajar orang lain , dan sebagainya .
Vygotsky percaya bahwa kognitif tertinggi yang berkembang saat anak berada di
sekolah yaitu saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Pengetahuan yang diberikan
secara terpaksa akan memberikan dampak yang berharga bagi anak.Menurut Vygotsky,
bantuan eksternal yang diberikan guru dapat dihilangkan apabila anak tampak telah
berkembang secara konsisten.Bntuan dapat diberikan saat anak beraktivitas atau mengerjakan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

74

tugas,seperti:
1. Memotivasi atau mendapatkan minat anak yang berhubungan dengan tugas.
2. Mempermudah tugas agar anak-anak mudah mengatur dan menyelesaikannya.
3. Mmberikan beberapa arahan dengan tujuan membantu agar anak fokus dalam mencapai
tujuannya.
4. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak –anak dengan standar atau
penyelesaian

yang

diinginkan

guru.

5. Memberi contoh dengan jelas serta menetapkan harapan dari aktivitas yang ditampilkan

BAB IX
KETERPADUAN PERKEMBANGAN MOTIVASI
DAN SIKAP SOSIAL

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

75

Tulisan ini mencoba mengkritisi maupun menganalisis konsep-konsep tentang psikologi
perkembangan individu yang dikemukakan oleh para ahli yang nantinya diimplikasikan
dalam konteks kehidupan individu.
Kerangka yang dikembangkan dalam tulisan ini adalah melakukan telaah buku-buku
yang berkaitan dengan psikologi perkembangan individu kemudian diimplikasi dalam
konteks kehidupan individu.
Permasalahan manusia adalah permasalahan yang sangat aktual untuk dibahas, begitu
juga permasalahan psikologi manusia, mulai dari perkembangan manusia, pertumbuhan
manusia serta hal-hal lain yang bersifat psikologis sejak dulu tak henti-hentinya para pemikir
dan ahli psikologi mencoba untuk membahas hal-hal tersebut, kondisi itu pula yang
mendorong manusia untuk merumuskan konsep-konsep psikologi yang berkembang
menjadi ilmu psikologi.
A. Konsep-Konsep Perkembangan Sosioaffektif
 Menurut Buhler bahwa karakteristik usia tua dipandang lebih banyak
positifnya, kalau menurut saya itu belum tentu tergantung dari karakter
masing-masing

terhadap

kuat

tidaknya

perkembangan

sosioaffektif

mempengaruhi pribadi tersebut. Sebagai bukti kita jumpai penyimpangan
social yang dilakukan oleh orang yang berusia tua.
 Dalam tahap perkembangan menurut Havinghurst usia 6-12 tahun itu sudah
tidak kanak-kanak lagi karena banyak kita jumpai dalam usia tersebut sudah
ada yang pacaran bahkan sampai sudah hamil dan sebagainya.
 Menurut Houle dan Houle masa dewasa berisi enam tahap yaitu dengan
hormat, permulaan masa dewasa, masa dewasamuda, setengah baya muda,
setengah baya tua, usia tua dan pikun. Kalau menurut saya tidak usah meakai
tahap cukup tua dan muda.
 Dalam sub bab ini konsep-konsep perkembangan sosioaffektif dipengaruhi
motivasi dan affektif memodifikasi dan juga dimodifikasi bukan yang lainnya
saja tapi juga pribadi orang itu sendiri tergantung mau atau tidak, karena kalau
orang itu tidak mau menerima pendapat dari orang lain bagaimana bisa orang
itu menjadi berkembang.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

76

B. Perkembangan Sepanjang Tahap-Tahap Kehidupan
 Peranan sosial menurut saya masa pertengahan asdolescen peranan orang tua
sosio affektif sangat besar dampaknya: kita jumpai masyarakat primitif, daerah
kumuh siswa SD sudah mencari nafkah.
 Menurut Kuhlen pengabadian diri umpamanya reproduksi seks dan cara
lainnya agar dirinya tidak mati, kalau menurut saya hal itu tidak benar karena
manusia mati itu sudah di rencanakan Allah.
 Orang-orang yang berumur 50 tahun atau lebih harus bertahan sebagai
penganggur, menurut saya hal ini harus dipertimbangkan lagi karena
diindonesia ini banyak sekali orang yang berumur 50 tahun harus bekerja
seharian agar mendapat upah untuk keperluan hidupnya sendiri.
C. Faktor-Faktor Perkembangan Sosioaffektif
 Seorang anak belum tentu menyerupai orang tuanya, dikalangan ini banyak
kita jumpai seorang anak yang sukses tapi orang tuanya seorang nelayan,
ayahnya loper koran anaknya menjadi wartawan, sedangkan orang tuanya
sukses tapi anaknya menjadi rusak karena orangtuanya terpisah.
 Peranan keluarga dalam memfungsikan sosioaffektif, sikap terhadap sekolah,
belajar dan masyarakat. untuk itu, terdapat serangkaian studi tentang prestasi
sekolah yang berbeda-beda.
 Pekerjaan adalah aspek utama kehidupan ekonomi yang berinteraksi dengan
sekolah saja tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
 Pekerjaan pendidikan cenderung menghambat belajar seumur hidup, kalau
menurut saya itu kurang setuju karena banyak sekali orang yang
membutuhkan pekerjaan mereka sadar bahwa tanpa bekerja mereka tidak bisa
meneruskan sekolahnya.
 Dari permulaan, anak-anak dilatih cara bermasyarakat saja tetapi juga dilatih
cara menjadi anak yang berbakti kepada orangtuanya dan menjadi anak yang
bisa membanggakan kedua orang tuanya.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

77

D. Persekolahan dan Perkembangan Sosio Affektif
 Keluarga tidak sama pentingnya sebagai faktor yang berhubungan dengan
sekolah dalam menentukan hasil sekolah karena dalam sistim keluarga
perkembangan sosioaffektifnya melatih kepribadian seorang anak menjadi
baik sedangkan sekolah yaitu mengatasi atau mencari jalan keluar untuk
mengatasi masalah.
 Belajar terus menerus akan terhambat menerima stereotype yang menyatakan
belajar formal terbatas hanya pada tahun-tahun sekolah.

Psikologi perkembangan sebagai salah satu kajian psikologi menjadi salah satu bahan
kajian yang banyak dibahas oleh para ahli pendidikan, karena perkembangan manusia
ditinjau dari sudut pandang psikologi dijadikan dasar serta cara untuk menciptakan
keberhasilan serta keunggulan dalam proses pendidikan.
Secara teoritis psikologi perkembangan ditelaah oleh banyak ahli psikologi, sehingga
melahirkan berbagai kerangka rumusan tentang psikologi perkembangan, para ahli seperti
Sigmund Fred, Peaget, Ernold Gesell, Robert Havighurst,Kohlberg dan lain-lain juga
mencoba membangun pijakan tentang perkembangan psikologi anak yang nantinya
berimplikasi pada masalah-masalah pendidikan.
Kemungkinan untuk melihat daerah motivasi yang kurang optimal dan daerah-daerah
motivasi diatas optimal. Dalam situasi dimana tingkat adan ya motivasi dan atau afeksi
dibawah optimal, peningkatan motivasi akan memajukan belajar, sebaliknya dimana tingkat
adanya motivasi dan atau afeksi diatas optimal, peningkatan motivasi menghambat belajar.
Bagaimanapun juga, interaksi sebenarnya lebih kompleks dari yang dikemukakan diatas.
Tingkat afeksi memodifikasi proses penyesuaian dan penbgamatan, serta perubahan persepsi
dalam factor-faktor motivasi. Dengan demikian untuk mengkonsepsikan seorang individu
sebagai jaringan timbale balik yang terorganisasi fungsi-fungsi kejiwaan yang beroperasi satu
sama lainnya dalam suatu cara yang sangat komplek.
Apa saja dimensi pembelajaran afektif? Jawaban atas pertanyaan ini penting karena
beberapa alasan. Pertama, mengetahui apa jenis pembelajaran terdiri dari domain afektif
membantu kita untuk memahami apa yang domain afektif ini dan apa yang bukan. Kedua, ia
menyediakan menu yang membantu pendidik untuk memutuskan apa yang penting untuk

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

78

mengajar. Dan ketiga, berbagai jenis belajar afektif mungkin memerlukan berbagai metode
instruksi untuk mendorong pembangunan, dan ini adalah fokus utama dari teori
pembelajaran.
Yang paling banyak dikenal dan paling sering digunakan taksonomi dari domain afektif yang
dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia pada tahun 1964. Disebut taksonomi
"afektif," itu didasarkan pada prinsip internalisasi, proses dimana suatu sikap atau nilai
semakin menjadi bagian dari individu. Internalisasi adalah konsep fundamental dalam
memahami taksonomi karena, dari perspektif teoritis, semakin nilai atau sikap
diinternalisasikan, semakin besar kemungkinan bahwa nilai atau sikap yang mempengaruhi
perilaku. taksonomi ini terdiri dari lima kategori utama (masing-masing dengan sub kategori)
yang mencerminkan konsep internalisasi. Dari paling tidak untuk sebagian besar
diinternalisasi, mereka adalah: Menerima, Merespon, Menilai, Organisasi, dan Karakterisasi
oleh nilai atau kompleks nilai (lihat Martin & Briggs, 1986, untuk penjelasan lengkap tentang
kategori dan subkategori). taksonomi ini dikembangkan, sebagian, untuk membantu guru
menulis tujuan afektif untuk masing-masing dari lima kategori utama serta subkategori, dan
untuk membantu mereka merancang langkah-langkah afektif. Tujuan-tujuan ini bisa ditulis
untuk mencerminkan berbagai tingkat internalisasi, dan mereka bisa dibedakan dari objektif
kognitif karena mereka menekankan nada perasaan, emosi, atau tingkat penerimaan atau
penolakan terhadap fenomena tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut Muhibbin (2001: 11) mengemukakan sebagian ahli
menganggap perkembangan sebagai proses yang ” berbeda dari pertumbuhan. Menurut
mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun sebaliknya. Perkembangan
ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah,
bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan
itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan
fisik. Artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya
telah mencapai tingkat kematangan. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang patut
dipertanyakan sehubungan dengan pemisahan takrif/ definisi secara hitam putih antara dua
istilah di atas. Bagaimana halnya dengan pertumbuhan kuku dan rambut yang secara periodic.
Robert J. Havighurst, seorang pakar perkembangan dan pendidikan dari Amerika,
mengatakan bahwa perjalanan kehidupan memang merupakan rangkaian usaha manusia

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

79

untuk melalui satu tahap perkembangan menuju tahap perkembangan selanjutnya dengan
baik.
Teori Perkembangan Robert Havighurst seorang psikologi Amerika terkenal dengan
teori perkembangan sosio budaya dan antropologi., pendapatnya perkembangan kanak-kanak
amat dipengaruhi oleh lingkungannya. Institusi keluarga amat mempengaruhi pribadi anakanak. Havighurst membagi perkembangan menjadi tiga fase yaitu :
-

Fase Bayi dan Awal anak-anak ( 0-6 tahun), anak-anak mula bercakap, mula berintraksi
dengan orang lain, belajar bertolak ansur dan bertimbang rasa, sedia mendengar
pandangan orang lain dan boleh membedakan betul dan salah;

-

Fase Pertengahan anak-anak ( 6-12 tahun ) menguasai beberapa kemahiran dalam
permainan, kemahiran 3M, mula berkawan dengan orang lain dan mampu memahami
konsep hidup serta moral;

-

Fase Awal Remaja dan Remaja ( 12-18 tahun ), bentuk badan mulai berubah, minat
bergaul dengan lawan jenis, ingin kebebasan dan konsep baik dan buruk semankin
mantap.
Charlotte Buhler (1930) membagi fase perkembangan sebagai berikut :

a.

Fase Pertama (0-1 Tahun), fase ini merupakan masa menghayati berbagai objek di luar
diri sendiri serta melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang
berhubungan dengan gerak anggota badan.

b.

Fase Kedua (2-4 Tahun), fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif di luar diri
sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat subjektif.

c.

Fase Ketiga (5-8 Tahun), pada fase ini anak mulai bersosialisasi, pada masa ini anak
mulai memasuki masyarakat luas, misalnya Taman Kanak-kanak, pergaulan dengan
teman sepermainan, dan Sekolah Dasar), yang penting dari fase ini adalah
berlangsungnya sosialisasi.

d.

Fase Keempat (9-11 Tahun), pada fase ini anak mencapai objektivitas tertinggi, mereka
suka menyelidik, mencoba dan bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan-dorongan
menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.

e.

Fase Kelima (14-19 Tahun), fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap
ke dalam batin sendiri dan ke luar, pada dunia objektif. Pada fase ini anak mulai belajar
melepas diri dari perosalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan minatnya kepada
lapangan hidup konkret, yang dulu dikenalnya sebagai subjektif belaka. Setelah masa ini
individu mulai masuk masa kedewasaan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

80

Tugas Perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika tugas tersebut berhasil dituntaskan maka akan membawa
kepada kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, jika tugas tersebut
gagal dituntaskan maka akan membawa individu kepada ketidakbahagiaan, penolakan dari
masyarakat dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas berikutnya.
Munculnya tugas perkembangan, bersumber kepada faktor kematangan fisik,
tuntutan masyarakat secara kultural, tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri,
tuntutan norma agama.
Pada dasarnya semua ahli sama dalam menentukan fase-fase dan tugas-tugas
perkembangan, hanya redaksinya yang berbeda-beda. Dari semua pendapat dapat
disimpulkan bahwa fase perkembangan meliputi prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak,
masa remaja, masa dewasa dan masa tua dengan tugas perkembangan tertentu pada setiap
fasenya.
Jadi dari urain diatas, dapat disimpulkan bahwa Sebagian perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri seseorang merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangannya,
sedangkan sebagian lagi dari perubahan-perubahan itu tidak ada kaitannya sama sekali.
Seifert dan Haffnung membendakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu :
ï‚·

Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot,
tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya
kekuatan otot-otot.

ï‚·

Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan
berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.

ï‚·

Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas
pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman
dan guru-gurunya. Ketiga domain tersebut pada kenyataannya saling berhubungan dan
saling berpengaruh.
Sejak tahun 1980-an semakin diakui pengaruh keturunan terhadap perbedaan
individu. Menurut Santrok (1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi oleh faktor
genetik. Aspek-aspek yang paling banyak diteliti sehubungan dengan pengaruh genetik ini

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

81

ialah kecerdasan dan temperamen.
Arthur Jensen (1969) melontarkan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan,
dengan pengaruh yang sangat minimal dari lingkungan dan budaya. Menurut Jensen
pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen, sedangkan menurut ahli lain
sebesar 50 persen.
Temperamen adalah gaya perilaku atau karakteristik dalam merespons lingkungan.
Ada bayi yang sangat aktif dengan menggerak-gerakan tangan, kaki dan mulutnya dengan
keras, ada pula yang lebih tentang. Ada bayi yang merespons orang lain dengan hangat, ada
pula yang pasif dan acuh tidak acuh.
Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga dasar temperamen yaitu yang mudah,
yang sulit dan yang lambat untuk dibangkitkan. Beberapa ahli perkembangan berpendapat
bahwa temperamen adalah karakteristik bayi yang baru lahir yang akan dibentuk dan
dimodifikasi oleh pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungannya.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa terdapat interaksi antara keturunan dan lingkungan
dalam terjadinya perkembangan.
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung terus selama siklus
kehidupan. Pola gerakan ini kompleks dan merupakan produk dari beberapa proses yaitu:
biologis, kognitif dan sosial.
Pembagian waktu dalam perkembangan disebut fase-fase perkembangan. Santrok
dan Yussen membaginya atas lima fase yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan); fase bayi
(sejak lahir sampai umur 18 atau 24 bulan), fase kanak-kanak awal sampai umur 5 – 6 tahun,
kadang-kadang disebut fase pra sekolah; fase kanak-kanak tengah dan akhir, sampai umur 11
tahun, sama dengan usia sekolah dasar terakhir fase remaja yang merupakan transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, antara umur 10/13 sampai 18/22 tahun.
Erik H. Erikson yang melahirkan teori perkembangan afektif mengemukakan bahwa
perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial.
Perkembangan afektif menurut Erikon terdiri dari delapan fase:

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

82

1. Trust vs, Mistrust/kepercayaan dasar (0;0 – 1;0)
2. Autonomy vs. Shame and Doubt/otonomi (1;0 – 3;0)
3. Initiative vs. Guilt/inisiatif (3;0 – 5;0)
4. Industry vs. Inferiority/produktivitas (5;0 – 11;0)
5. Identity vs. Role Confusion/identitas(12;0 – 18;0)
6. Intimacy vs. Isolation/keakraban (19;0 – 25;0)
7. Generativiy vs. Self Absorption/generasi berikut (2;5 – 45;0)
8. Integrity vs. Despair/integritas (45;0 …)
Jean Piaget membagi perkembangan kognitif atas empat fase:
1. Sensor motorik (0;0 – 2;0)
2. Pra operasional (2;0 – 7;0)
3. Operasional konkret (7;0 – 11;0)
4. Operasional formal (11;0 – 15;0)
Robert J. Havighurst mengemukakan bahwa pada usia-usia tertentu seseorang harus
mampu melakukan tugas-tugas perkembangan. Kemampuan merupakan keberhasilan yang
memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya, dan terdiri dari
tugas perkembangan;
1. Masa kanak-kanak (usia bayi dan usia TK)
2. Masa anak (usia SD)
3. Masa remaja
4. Masa dewasa awal

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

83

5. Masa setengah baya
6. Masa tua
Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan
perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, emosional, moral dan sosial.
Dalam perkembangan manusia terdapat hukum-hukum yang diperoleh melalui
penelitian, kajian teori dan praktek. Carol Gestwicki (1995) mengemukakan bahwa:
1. Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan.
2. Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
3. Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4. Perkembangan itu maju berkelanjutan dan semua aspek-aspeknya merupakan
kesatuan yang saling mempengaruhi.
5. Perkembangan itu maju berkelanjutan dan semua aspek-aspeknya merupakan
kesatuan yang saling mempengaruhi.
6. Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing.
7. Perkembangan berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang
umum kepada yang khusus.
Menurut Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip dasar pertumbuhan.
1. Pertumbuhan adalah kompleks, semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat.
2. Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
3. Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur.
4. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah.
5. Tempo pertumbuhan tiap anak tidak sama.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

84

6. Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan kecepatan
berbeda.
7. Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik.
8. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa krisis.
9. Pada suatu organisme akan kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan
yang maksimum.
10. Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik.
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Di dalamnya
tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh
sebab-sebab lain.
Albert Bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku Belajar adalah
perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan
afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain.
Albert Bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku.Stimulus
control.Perilaku yang muncul di bawah pengendalian stimulus eksternal, seperti bersin,
bernafas dan mengedipkan mata.Outcome control. Perilaku yang dilakukan untuk mencapai
hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control. Perilaku yang
diarahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkan oleh antisipasi yang
diimajinasikan dari hasil yang akan dicapai.
Beberapa ide umum tentang pengalaman belajar:
1. Keterlibatan dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
pembelajaran.
2. Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didik
untuk mau melaksanakan tugas sekalipun mengandung risiko.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

85

3. Strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting terhadap
beberapa aspek, seperti; usia, kematangan, kepercayaan dan penghargaan terhadap
orang lain.
4. Pada umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti menghargai
orang lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru dikenal.
5. Terdapat banyak pengaruh yang dapat dipelajari melalui model (orang tua dan guru)
sedang peserta didik berusaha menirunya.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah dalam situasi-situasi antara pribadi. Kepada guru diharapkan untuk menyadari bahwa
setiap orang mempunyai cara yang tertentu untuk mempelajari informasi baru agar tercapai
semaksimum mungkin. Pengalaman belajar seseorang sangat erat kaitannya dengan gaya
belajar, cara belajarnya, yang dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu faktor-faktor fisik,
emosional, sosiologis dan lingkungan.
Pada awal pengalaman belajar, langkah pertama yang perlu dilakukan ialah
mengenali modalitas kita masing-masing yaitu bagaimana menyerap informasi dengan
mudah. Apakah modalitas kita visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat, apakah auditorial
yaitu belajar melalui apa yang didengar, apakah kinestetik, yaitu belajar melalui gerak dan
sentuhan.
Dalam mengajar, guru hendaknya mampu mengomunikasikan materi dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai metode mengajar agar setiap anak
dapat menyerap dan memahaminya untuk kemudian digunakan pada saat diperlukan.Hal ini
hanya dapat dicapai bila guru mengetahui karakteristik murid-muridnya yang visual, yang
auditorial maupun yang kinestik.
Konsepsi pengajaran tradisional yang mementingkan perkembangan intelektual
kemudian berubah.Sekolah yang modern lebih memperhatikan seluruh pribadi anak itu, baik
mengenai segi emosi, sosial, jasmani maupun segi intelektualnya. Sekolah berusaha dengan
sengaja mengembangkan semua aspek pribadi anak dengan memberikan bahan pelajaran
yang sesuai dan dengan cara penyampaian yang bervariasi.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

86

Sebenarnya pribadi anak itu tidak dapat dipecah-pecah beberapa bagian yang
terpisah-pisah.Dalam segala tindakannya manusia itu bersikap sebagai suatu keseluruhan
yang utuh.

BAB X
IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PADA KURIKULUM PELAJAR

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

87

SEUMUR HIDUP
Sebelum diskusi unsur pertama desain kurikulum yang berioritaskan pada pendidikan
seumur hidup,patut di tanyakan seperti apakah pelajar seumur hidup itu?Pelajar seumur
hidup yaitu seorang yang belajar dari pengalaman dan belajar seumur hidup.salah satu
implikasi pendidikan seumur hidup yang paling penting ialah hanya peranan dan
ketrampilan guru diharapkan berubah tetapi ide tentang siapa yang disebut guru itu akan
diperluas.sebagai contoh sekelompok orang yang disebut“pendidik” tetapi tidak di kenal
sebagai guru dan tidak berfungsi di dalam system persekolahan konvensional.klompok orang
ini mencakup ahli perpustakaan bimbingan dan penyuluhan ,dan lain sebagainya dan ,ahliahli yang bekerja di museum,ahli-ahli yang bekerja di kebun binatang (ahli purbakala,ahli
burung dan sebagainya).ahli pndidikan di asosiasi professional,training officer di pabrikpabrik atau di angkatan bersenjata,pekerja social.Dalam pembahasan ini,jawabannya akan
dinyatakan dengan menggunakan istilah kejiwaan.kerangka yang akan digunakan model tiga
pihak yang sudah sering kali disinggung sebelumnya .pelajar seumur hidup dapat dilihat
secara kejiwaandalam segi intelektual,kognitif dan motivasi /sosio efktif .
Dalam domain intelektual dan kognitif, bahkan berfungsi untuk menganalisis konsep
pendidikan seumur hidup dan outline jalannya pertumbuhan kejiwaan. Outline itu menujukan
pelajar seumur hidup menganggap bahwa pendidikan adalah segala sesuatu yang diperoleh
dari pengalaman dan berlangsung seumur hidup.pendidikan untuk menghadapi suatu
perubahan,karena perjalanan hidup kita di penuhi dengan kemungkinan. sebagai tenunan
dalam komulatif secara terus menerus. Dan pengetahuan sekarang berfungsi sebagai basis
untuk pertumbuhan kognitif(pengetahuan) berikutnya. Pelajar akan menghubungkan
informasi baru kedalam kerangka umum yang sudah ada, dan terus menerus
mengintergrasikan pengetahuan barunya kedalamnya.pelajar akan dilengkapi dengan teknikteknik mendapatkan pengetahuan dan secara keseluruhan akan menyadari akan adanya
sumber pengetahuan diluar kelas. Terlebih penting, mereka akan diterampilkan dalam
mempergunakan pengetahuan. Mereka diharapkan memahami bahwa pengetahuan dan
informasi adalah network yang berkembangbahwa kita hidup dalam dunia yang sedang
berubah, didalamnya terdapat bagian yang terus-menerus yang bersambungan. Ini berarti,
meskipun mereka mengembangkan keahlian khusus relative dalam bidang terbatas, namun
kedudukan spesialisasi hanya nomer dua dalam konsep dasar yang luas.
Seperti yang di tunjukan dalam bab 4, factor utama membatasi belajar diluar sekolah
terletak dalam doamain motivasibelajar itu harus di dorong dan diperkuat sejak kanak kanak

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

88

sampai tua . Celakanya, kemapuan untuk melihat perubahan dan ketidakpastian sebagi
tantangan yang mengerakan tingkah laku mengadaptasi dan mendapatkan pengetahuan, tidak
pada seluruh orang berkembang dengan baik. Dalam pembicaran motivasi, pelajar seumur
hidup adalah seorang yang mengembangkan kempuan untuk dapat dimotivasi secara positif
oleh kebutuhan agar belajar lebih banyak. Motivasi positive itu, dapat dilihat tidak pada
tingkat urutan usia dalam diri individu tertentu, disebut integeritas vertical. Juga dapat dilihat
menifestasi motivasi positif terhadap belajar dalam banyak lingkungan kehidupan, disebut
intergeritas horizontalyaitu integrasi antara pendidikan

dengan sebagian besar aspek

kehidupan,seperti rumah,pekerjaan,waktu senggang dsb,. Pelajar seumur hidup akan terus
menerus mencari perubahan, sesuatu dan pertumbuhan person.dijalankan dengan sengaja
,teratur,dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya berupa
sikap,tindak dan karya tanpa bantuan orang dalam upaya untuk memperoleh lapangan
pekerjaan dan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya .
Dalam domain sosio affektif,pelajar seumur hidup diharapkan untuk melihat diri
mereka sendiri sebagai pelajar seumur hidup secara vertical,dan juga dalam hubungannya
dengan bermacam segi kehidupan secara horizontal.Belajar berkelanjutan akan memperbaiki
image sendiri ,dan akan melahirkan pengalaman –pengalaman emosional positif dalam
hubungannya dengan teman-temannya ,mereka akan tertarik untuk memainkan peranan social
baru bersedia untuk meninggalkan status social yang sudah mapan untuk mengembangkan
keanggotaan kelompok baru dan sebagainya.
iktisar sifat kejiwaan pelajar seumur hidup dapat melihat dalam table 2 yang di
kembangkan atas dasar pemikiran dave table ini memusatkan perhatian pada unsur – unsur
motivasi dan kognitif.
DAPATKAH SEKOLAH MENGEMBANGKAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
Sudah dibahas dalam bab terdahulu bahwa motivasi ,kognitif dan sosio affektif
membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang menggerakkan proses
pertumbuhan sepanjang hidup . pertanyaan penting dalam analisis ini apakah proses
perkembangan dapat menerima perubahan sebagai akibat pengelolaan disengaja dan
strukturisasi

pengalaman

sepanjang

urutan

perkembangan

kejiwaan

dengan

jenis

persekolahan yang dialami seseorang jika tidak ada hubungan seperti itu pembicaraan tentang
perbedaan organisasi kurikulum seluruhnya akan menjadi sia-sia dengan alasan itu tepat
untuk ditanyakan apakah perkembangan kejiwaan dipengaruhi oleh jenis pengalaman yang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

89

berbeda atau apakah jalanya perkembangan sudah di tetukan sebelumnya dan tidak dapat
diletakkan jika perkembangan mengikuti built in blue print akan sedikit sekali berbeda point
dalam mendesain system pendidikan yang berbeda .

SIFAT KEJIWAAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
Pelajar seumur hidup harus:
1 kognitif(pengetahuan) nya diperlengkapi dengan baik .
-

Kenalnya dengan bermacam –macam disiplin dan ketrampilan

-

Kenal dengan struktur pengetahuan tidak hanya sekedar fakta

-

Trampil mengadapi alat-alat belajar dan struktur disiplin terhadap tugas-tugas baru
.

-

Sadar adanya hubungan antara ketrampilan kognitif dan kehidupannya nyata
II mempunyai kemampuan yang tinggi untuk didik

-

Memiliki strategi belajar yang berbeda –beda
Dapat belajar dalam keadaan yang berbeda-beda ,seperti seorang diri dalam
kelompoknya dan sebagainya

-

Diperlengkapi dengan ketrampilan belajar dasar yang baik seperti membaca
mengobservasi ,mendengarkan,dan dapat mengerti non verbal .

-

Trampil dalam menggunakan banyak macam belajar seperti bahan cetak berepikir
kritis dan interpretasi data

-

Trampil dalam mengidentifikasi kebutuhan belajarnya .
III termotivasi untuk menjalankan proses belajar seumur hidup .

-

Sadar akan kecepatan perubahan dan efeknya terhadap kehidupan social
pengetahuan dan ketrampilan kerja .

-

Sadar bahwa sekolah formal hanya permulaan belajar dalam kehidupan

-

Sadar akan tanggung jawab pribadi untuk memperoleh pengetahuan baru
ketrampilan dan sikap

-

Sadar akan sebagai alat penting untuk pertumbuhan pribadi dan masyarakat

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

90

Lingkungan dan perkembangan kejiwaan .
Pada tahun 1973 hunt menunjukkan pendapat terdahulu mengenai apa yang disebut
dengan pemikiran kejiwaan modern yang menopang pendapat bahwa jalanya perkembangan
relative sudah dilakukan meskipun para penulis seperti galton pada tahun 1869 mengakui
efek pengalaman pada pertubuhan kejiwaan namun terdapat kepercayaan sangat kuat bahwa
potensi orang untuk bervariasi sebagai akibat pengalaman sangat sedikit sekali dengan kata
lain lingkungan dipercaya dapat menyebabkan sedikit pembelokan jalanya perkembangan
yang sudah ditetapkan oleh heredy pandangan ini termasuk apa yang dikatakan hunt sebagai
kepercayaan “predetermined development”.
Sebelum perang dunia ke dua bukti-bukti mulai dikumpulkan untuk menunjukan
bahwa perkembangan jauh dari yang sudah ditentukan .bukti itu sering kali diasosiasikan
dengan peruabahan drastis pada performance intelektual anak-anak yang mengalami
perubahan sangat besar. Kondisi lingkungan mereka tinggal dalam tahun terakhir, telah
dikembangkan sejumlah besar bukti yang menunjukan bahwa belajar terjadi dalam seharihari pertama kehidupan ketidakadaan pergaulan social pada hari-hari pertama kehidupan
menyebabkan tidak simpati dan kerusakan social pada anak –anak kecil.ketidakadaan
pengalaman social di tahun tahun

pertama kehidupan karena bulan akan berakibat

kekurangan kemampuan visual secara permanen

dan sebagainya.Penerimaan

terhadap

pendapat bahwa perkembangan kejiwaan dapat di modifikasi oleh pengalaman,termasuk apa
yang dikatakan oleh Hunt.pentingnya pengalaman pada tahun-tahun permulaan kehidupan
manusia bagi pembentukan perkembangan dimasa mendatang.
Bukti adanya plastisitas perkembangan sekarang ini sangat kuat sekali. lebih jauh dari
itu tampaknya plastisitas meliputi rentangan fungsi kejiwaan yang sangat luas.umpamanya
green berg,uzgaris dan Hunt pada tahun 1968 menunjukkan bahwa kemampuan untuk
mengkordinasikan fungsi penglihatan dan pegangan pada waktu bayi menjangkau dan
memegang objek yang dilihat dengan perhatian matanya,dimodifikasi oleh pengalaman
aktivitas memegang dan melihat sebelumnya .penggunaan fungsi sensor aktif motorik seperti
tu ditunjang besar sekali oleh apa yang disebut hunt praktis.Hunt dan kawan-kawannya juga
menunjukkan perkembangan secara jelas bahkan sangat mendasar ,yaitu tentang kemampuan
kognitif. yaitu pemahaman anak terhadap objek eksterrnal yang ada, bahkan ketika objek itu
tidak dapat dilihat. kemampuan kognitif berhubungan erat sekali dengan menguasai
kehidupan lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengusai ketrampilan kognitif

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

91

.dengan demikian ketrampilan kognitif seseorang tidak akan berkembang dengan baik jika
tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya. aspek lain kejiwaan yang dipengaruhi oleh
pengalaman termasuk kemampuan untuk membentuk kasih sayang social, kemampuan untuk
mengira kedalam dan mengenal bentuk , motivasi untuk mencari kesenangan dan
menghindari penderitaan, untuk menerima persetujuan dari penguasa atau untuk
mempengaruhi tingkah laku orang lain ada tidaknya “ketegangan kognitif” dalam membuat
keputusan menghadapi konflik dan sebagainya impulsive”corak kognitif”dan sebagainya
Pertanyaan pertama ,berapa lama plastisitas berlangsung merupakan salah satu
pertanyaan penting untuk teori pendidikan seumur hidup ,kedua dan issu kunci yang
berhubungan erat sekali adalah tentang tingkat kelangsungan plastisitas pada usia tertentu
dibandingkan dengan jumlah maksimum . plastisitas yang pernah ada .koes Tlen pada tahun
1964 telah mengemukakan bahwa seluruh proses perkembangan dari saat konsepsi dan
seluruh pengalaman dan adaptasi berkutnya merupakan hilangnya plastisitas. kendatipun
demikian .hunt pada tahun 1973 menyimpulkan bahwa plastisitas berlangsung seumur
hidup ,tetap ada bahkan sampai tua renta.Perkembangan kemampuan intelektual menyatakan
terdapt pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan anak-anak ,puncak pertumbuhan
relative pada usia muda ,setelah itu mengalami periode pertumbuhan yang stabil dan
akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat pada usia dewasa lanjut.l
Plastisitas periode kritis dan interaksi .
Plastisitas adalah konsep utama dalam pendidikankonsep pendidikan sebagai alat
untuk mengembangkan individu yang belajar selama hidupnya. .jika perkembangan telah
ditentukan sebelumnya itu benar ,tampaknya Cuma sedikit sekali diskusi mengenai
bagaimana pendidikan di organisir .untuk tujuan persekolahan sekarang ,yang diperlukan
adalah pengertian adanya plastisitas dan efek meningkatnya usia terhadap plastisitas konsep
penting dalam kontek ini adalah tentang “periode kritis “meskipun seluruh area periode kritis
menjadi sasaran perdebatan kejiwaan dan walaupun beberapa konsepsi periode kritis itu ada
namun prinsip intinya dapat dinyatakan secara sederhana
Ringkasanya kepercayaan adanya periode kritis menyatakan bahwa terdapat tingkat
usia dimana jenis pengalaman tertentu akan berefek maksimum terhadap anak-anak yang
sedang berkembang suatu bahan perdebatan apakah pengalaman diluar batas usia kritis dapat
berkurang efeknya ,atau apakah efeknya akan minimal mendekati nol jika pengalaman
penting terjadi diluar batas umum optimal. Kepercayaan akan adanya jumlah besar periode
kritis dalam usia persekolahan konvensional, barangkali menjadi salah satu artikel

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

92

kepercayaan implist dalam organisasi pendidikan sekarang.
Terdapat alasan kuat untuk mempercayai bahwa, paling tidak fenomena adanya
sesuatu seperti periode kritis dapat dilihat besar dalam perkembangan kejiawaan manusia.
Dan begitu besar juga sejumlah besar penelitian terhadap tikus, anjing dan kera menunjukan
adanya alasan kuat untuk mempercayai bahwa macam macam aktifitas dalam kehidupan
manusia seperti mengenali bentuk dan potongan, mengira kedalaman, kemampuan untuk
membentuk hubungan afektif hangat dengan orang lain, dan menyenangi corak kognitif
tertentu, seluruhnya berhungan dengan waktu.
Daptar Pustaka
Paket pendidikan seumur hidup bab 1-10
Ketidak adaan pengakalaman yang dapat pada tahun-tahun sebelumnya akan membawa
kerusakan permanen dan tidak dapat ditolak dalam tingkah laku.serupa dengan itu anak –
anak yang terpisahkan dari figur seorang ibu selama periode tertentu dalam tahun-tahun
pertama kehidupan menunjukkan krusakan permanen untuk menciptakan hubungan
social(1966).
Seperti study dalam pieget yang dilanjutkan oleh berner dalam bidang perkembangan
kognitif muncul unsure perkembangan kejiwaan yang amat penting .unsur itu dinyatakan
sebagai fenomena interaksi.jelas bahwa tidak hanya jalan perkembangan kejiwaan secara
derastis yang dipengaruhi oleh pengalaman ,tetapi pengalaman pada suatu tingkah usia
berikutnya juga mempengaruhi kejiwaan .
Model pengaruh guru.
Sekolah adalah salah satu lingkungan tempat anak berinteraksi.guru adalah aspek
penting dalam persekolahan.guru bisa mempengaruhi perkembangan secara langsung melalui
pola penghargaan dan hukuman dalam merespon jenis tingkah laku murid yang berbedabeda.cara guru berdiskusi juga mempengaruhi tingkah laku murid.jadi guru dalam kenyataan
nya dapat menetapkan iklim yangdapat membantu sikap dan tingkah laku tertentu serta
menekan yang lainnya.pertama-tama motivasi belajar,bahwa belajar adalah aktivitas yang
berharga,konsep disekolah sebagai instruksi

yang dapat menolong kedua factor-faktor

koognitif sekarang sudah dikembangkan dengan pesat pada waktu anak-anak masuk
sekolah.namun dalam system pendidikan sekarang aspek bukan koognitif tidak banyak
dimodifikasi oleh pengalaman disekolah dengan kata lain,sikap,motivasi dan aspek yang
menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh dari luar sekolah.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

93

BAB XI
IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKULUM
Prinsip utama pendidikan seumur hidup bahwa,proses pendidikan terjadi didalam dan diluar
sekolah pendapat SH mengakui bahwa beberapa tahun pertama kehidupan merupakan tahap
pertama kehidupan adalah merupakan tahap perkembangan kejiwaan tersendiri dan bukan
semata-mata periode penantian menjelang masa kanak-kanak adolescent.
Laly menyimpulkan bahwa pengalaman pendidikan pada waktu anak-anak awal
sangatlah penting dalam meratakan dasar trtumpnya belajar berikutnya .karena pada usia 3
tahun pertama kehidupan membutuhkan lingkungan yang tepat

dan membantu

perkembangan koognitif di psychososial.
Ahli lain ,worth,mengariskan 3 tujuan pokok yaitu stimul;asi,membantu rasa identitas
dan menyediakan pengalaman sosialisasi yang tepat .dia menyarankan tujuan harus memuat
pengembangan

ketrampilan

untuk

dapat

pempergunakan

symbol,mempromosikan

penghargaan terhadap bermacam mode ekpresi diri ,menumbuhkan kemampuan dan
keinginan berfikir,memnanamkan pada diri anak bahwa mereka mampu belajar,membantu
rasa harga diri dan akhirnya,agar bisa meningkatkan kapasitas untuk hidip dengan orang lain.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

94

Kurikulum untuk anak-anak awal seharusnya memuat perencanaan membantu
perkembangan mereka.itu tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang dipersekolahan,tetapi
sebagai bagian esensial system persekolahan yang terintrograsi atau dapat dikatakan esensi
pendidikan seumur hidup.
KURIKULJUM SEKOAH DALAM SETTING PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Menurut pengertian sekarang ini,akan survive dalam sistem yang berorientasi pada
pendidikan seumur hidup.Untuk itu beberapa penulis membela penghapusan persekolahan
sedangkan yang lainnya,mengemukakan reorganisasi total,sehingga tidak tampak perbedaan
antara ersekolahan dengan kehidupan.Sedangkan yang lainnya,lagi mengkonsepsikan situasi
yang

tidak

memungkinkan

berbicara

periode

khusus

persekolahan

formal,karena

persekolahan didistribusikan seumur hidup.
Bagaimanapun juga,pada tingkat praktis,sulit untuk di bayangkan kehilangan secara
mendadak persekolahan seperti yang kita kenal sekarang ini.Dan tampaknya proses yang
memungkinkan adalah,bahwa persekolahan formal akan tetap servive,paling tidak dalam
jangka pendek .Bahkan meskipun pendidikan seumur hidup sudah di terima di manamana.Pada tahun 1975 Agoston mengumpamakan dengan mutlak menolak pandangan yang
menyatakan bahwa sekolah akan bertambah buruk dengan menerima pendidikan seumur
hidup.sebaliknya dia malah membela pandangan yang telah di topang oleh Hiemstrajika
pendidikan

seumur

memainkanperanan

hidup

di

emplementasikan,sekolah

terkemuka(1974).Himstra

menyimpulkan

akan

terus

bahwa,dalam

menerus
sistem

pendidikan seumur hidup,”sekolah tidak akan relevan dan guru2 sekolah profesional tidak
akan ketinggalan zaman”.
Penerimaanpendidikan seumur hidupmungkin akan mengalami perubahan kurikuler
seara cepat di sekolah.Mereka perlu menawarkan endidikan inti yang efektif,sehingga mridmurid dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan untuk belajar
seumur hidup(Delker,1974).Mereka juga harus menawarkan kesempatan belajar yang berlipat
ganda,dan dengan hubungan yang erat sekali dengan sistem belajar yang terletak di luar
sekolah.Dalam segi praktek di kelas,pendidikan seumur hidup membawa perubahan titik
berat yang sudah di tetapkan ke menanamkan keterampilan (Kementrian pendidikan
Swedia,1972)ini dapat di artikan pengurangan penekanan spesialis kurikulum di sekolah,dan
pendidikan spesialis dan umum akan menjadi lebih dekat antara satu dengan lainnya.
Pada tahun1977 Skeger dan Dave telah memperluas beberapa jenis stetemen di

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

95

atas,dan mengembangkan serangkaian kriteria kurikulum sekolahpendidikan seumur hidup
Di bawah ini merupakan ikhtisar yang di buat oleh Skager dan Dave.
1). Kurikulum sekolah harus menganggap proses belajarsebagai peristiwa yang berlangsung
terus menerus.a
2). Kurikulum sekolah harus di pandang dalam kontek proses belajar yang berlangsung
bebarengan di lingkungan sosial seperti rumah, masyarakat, tempat kerja dan sebagainya.
3). Kurikulum sekolah harus mengakui pentingnya esensi kesatuan pengetahuan dan
interelasi diantara beberapa subyek studi.
4). Kurikulum sekolah harus mengakui sekolah adalah salah satu agen penting untuk
menyajikan pendidikan dasar dalam kerangka pendidikan seumur hidup.
5). Kurikulum sekolah harus menekankan otodidak meliputi pengembangan readiness untuk
belajar lanjut dan penanaman sikap belajar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
sedang berubah.
6). Kurikulum harus mengingat akan kebutuhan individu, akan pengokohan dan
memperbaharui sistem nilai progresif sehingga mereka bertanggung jawab

untuk

kelangsungan pertumbuhan mereka seumur hidup.
Peranan Guru dalam Pendidikan Seumur Hidup
Peranan guru dalam pendidikan seumur hidup memiliki beberapa unsur utama,
meliputi pengaruhnya pada sikap, struktur motivasi, dan keterampilan pelajar.
Pengaruhnya pada sikap, guru yang membantu pendidkan seumur hidup akan
menolong peserta didik untuk mengadopsi sikap kreatif terhadap situasi baru, agar
dapat di gunakan untuk menjalani kehidupan kedepan menjadi lebih baik lagi dan
mereka tahu sikap apa saja yang bisa diambil untuk suatu situasi.
Dalam struktur motivasi, tugas utama guru untuk memberikan dorongan agar
peserta didik tetap semangat dalam belajar seumur hidup, berani berbuat benar, dan
membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Dalam
keterampilan, tugas guru memperlengkapian yang menguntungkan, ketika nanti
mereka memerlukannya. Pekerjaan

utama guru ialah membantu peserta didik

memecahkan masalah dalam belajar dan mengevaluasi belajar yang telah mereka
lakukan.
Guru sebagai Contoh Pelajar
Pendidikan seumur hidup terhadap guru, adalah bahwa mereka sendiri harus

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

96

menjadi pelajar seumur hidup, mereka berkewajiban untuk bertindak sebagai pelajar
seumur hidup dihadapan peserta didik, lebih jauh dari itu, guru akan hidup dalam
masyarakat yang sedang berubah seperti yang sedang dihadapi peserta didik sekarang,
sehingga perlu untuk mengadakan penyesuaian terus – menerus. Dengan demikian
penerimaan pendidikan seumur hidup adalah suatu contoh jenis penyesuaian yang
harus guru lakukan. Ringkasanya, keduanya diikat dalam suatu program belajar
seumur hidup, sehingga pada kenyataannya mereka akan menjadi pelajar bersama.
Guru sebagai Guide dan Fasilitator
Peranan tradisional guru sebagai sumber pengetahuan dan pembawa
kebijaksanaan akan berubah. Guru dikonsepsikan sebagai konsultan pendidikan atau
pemimpin yang akan membantu perkembangan setiap pelajar.
Menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Bimbingan, Tekhnologi dan Peranan Guru
Mengkonsepsikan guru sebagai advisor dan pembimbing berarti, antaralain,
meningkatkan individualisasi pendidikan. Guru dikonsepsikan sebagai tenaga ahli
dalam mendiagnosis pendidikan, dengan suatu asumsi bahwa guru akan dapat
memberikan kepada murid – murid umpan balik yang cermat berkenaan dengan
kemampuan mereka, tingkat asprasi yang dapat didanggap realistis.
Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta
mensejahterakan masyarakat kemajuan Negara dan bangsa.

Perluasan Konsepsi Guru
Salah satu implikasi penting pendidikan seumur hidup adalah tidak hanya
peranan dan keterampilan profesional guru yang diharapkan berubah, tetapi juga
gagasan tentang siapa yang disebut guru harus lebih diperluas. Untuk banyak alasan,
dua jenis guru yang disebutkan terakhir (pendidik professional dan pendidik hidup),
sekarang menjadi semakin penting.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

97

Guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Guru yang membantu
manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang
harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal.
Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya
menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara
individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang
sangat mendasar.
Akan tetapi kontak antara peserta didik dan guru tidak terbatas hanya
disekolah saja karena kita bisa belajar dimanapun kita berada, kapanpun kita mau dan
dengan siapa saja, karena kita belajar seumur hidup.
IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
TERHADAP KELAS
Ideal pendidikan versus praktek dalam kelas
Terdapat jurang pemisah antara abstraksi dan prinsip pendidikan yang diterima
dimana – mana, dengan aktivitas sesungguhnya dalam kelas sehari – hari yang
mencerminkan manifestasi prinsip secara praktis. Proses menyaring sentiment yang tinggi ke
dalam kehidupan kelas yang actual agar lebih menarik, dapat dikonsepsikan menjadi 4 tahap.
Tahap pertama, meliputi pengembangan prinsip sebagai suatu tujuan atau ide petunjuk.
Umpamanya idealisasi tujuan seperti meliputi pendidikan untuk menciptakan demokrasi,
pendidikan untuk membina warga Negara yang baik, dan tujuan untuk menciptakan PSH itu
sendiri. Pada tingkat ini, formulasi prinsip – prinsip biasanya meliputi analisis kebutuhan
social, kritik terhadap sistem yang ada, pertanyaan filosofis dan sosio politik tentang seperti
apa yang disebut manusia ideal, dsb. Prinsip yang sedang dikemukakan ini kemudian
diperdebatkan dalam istilah abstrak dan tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan kerusakan
yang baru saja diungkapkan. Dalam bab ini, diperkenalkan konsep PSH sejalan dengan
pembahasan sekarang. Kurikulum formal yang dikembangkan dan diadopsi oleh sistem
sekolah yang biasanya memuat beberapa elemen tingkat analisis yang disebut dalam bagian
ini tujuan atau beberapa istilah lainnya yang serupa.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

98

Tahap kedua, spesifikasi prinsip abstrak untuk perumusan filsafat kurikulum, peranan
guru, dsb. Bagaimanapun juga, pernyataan itu biasanya luas, umum dan abstrak.
Rekomendasi juga masih dalam bentuk ideal yang harus diusahakan dengan keras untuk
mencapainya, bukan dalam bentuk tingkah laku actual yang diimplementasikan oelh guru
dalam kelas. Analisis implikasi konsep PSH dimuat secara langsung dalam paragraph
sebelumnya yang merupakan salah satu contoh analisis pada tingkat ini.
Tahap ketiga dan keempat sesungguhnya berlangsung dalam kelas. Tahap ketiga
memerlukan analisis implikasi prinsip – prinsip baru terhadap sesuatu yang dilakukan oleh
guru dan pelajar di kelas. Umpamanya, pernyataan tentang jenis bahan apa yang dapat
diperkenalkan kepada pelajar, dalam jenis aktivitas apa pelajar harus berpartisipasi,
bagaimana pekerjaan dievaluasi, dsb. Langkah keempat, untuk mengolah ide pendidikan
menjadi kurikulum yang hidup diperlukan bukan spesifakasi tujuan yang harus dicapai
dengan kerja keras, tetapi spesifikasi prosedur actual. Pada dokumen kurikulum formal
seringkali diperlengkapi dengan contoh sesungguhnya, spesifikasi teks yang akan
dipergunakan, pengembangan sebagai bahan pendukung, garis besar mengenai apa yang
harus diketahui oleh pelajar atau yang dapat dikerjakan dalam bermacam hal selama tahun
ajaran, dsb.
Langkah keempat melampaui ruang lingkup teks ini. Memang sangat sulit dalam teks
yang terbatas untuk menguraikannya, Karen sifat pasti aktivitas – aktivitas kelas yang
mengekspresikan suatu prinsip kurikulum, akan menuntut pernyataan yang berbeda antar
masyarakat. Dengan demikian sekolah di Negara sosialis akan mengaktualisasikan prinsip
abstrak melalui prosedur kelas yang berbeda dengan di Negara kapitalis, begitu juga
sebaliknya. Bagaimanapun juga, resep yang berkenaan dengan kurikulum dapat dengan
mudah dilaksanakan selanhkah lebih maju, bahkan pada esensinya dalam teks umum dan
abstrak seperti yang disajikan sekarang. Rekomendasi dan spesifikasi yang akan dating jelas
masih digeneralisir dan abstrak. Memindahkannya ke dalam tingkah laku kelas yang kongkrit
merupakan pelaksanaan tahap keempat, dan tugas ini diberikan kepada pengembang
kurikulum untuk diaplikasikan ke dalam masyarakat yang beraneka ragam, dan tugas ini
dituntut oleh PSH dan prinsip yang harus diikuti.
Dalam konteks pendidikan untuk menghadapi perubahan cepat, dan agak spesifik
tentang PSH, Biggs ( 1973 ), membuat analisis kurikulum yang sesuai dengan pembahasan
ini. Dia membedakan antara isi belajar, belajar tentang fakta selektif yang dipilih karena
dipercaya bernilai dan berguna, dengan proses belajar yang mengubah kemampuan pelajar

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

99

untuk menghadapi masa depan mereka secara efektif dan otonom. Jenis belajar terakhir ini
mungkin berlangsung di sekolah manapun, dan mungkin secara sadar dibantu guru atau tidak.
Dalam kenyataannya, terdapat kurikulum eksplisit dan implicit. Menurut Biggs, belajar untuk
mengahadapi perubahan yang dimaksudkan adalah proses belajar yang memerlukan:
1. Proses untuk memiliki atau dapat mengalokasikan informasi.
2. Proses untuk memiliki keterampilan tingkat tinggi menganalisir.
3. Proses memiliki strategi umum untuk memecahkan problem.
4. Proses menetapkan tujuannya sendiri.
5. Proses mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
6. Dapat dimotivasi dengan tepat.
7. Proses memiliki konsep diri yang tepat.

Tiga pertama dari pernyataan di atas digolongkan apa yang disebut dengan istilah
keterampilan kognitif atau operasional pengetahuan. Empat sisanya berkenaan dengan sikap,
motif, nilai dan emosi. Biggs sangat jelas mengakui bahwa, persiapan untuk menghadapi
perubahan tidak hanya dilibatkan dalam aspek kognitif saja tetapi juga pengembangan bidang
sosio afektif yang cocok untuk itu. Dalam hal ini dia tanpa membuat reference khusus telah
menekankan pentingnya suatu kurikulum yang secara horizontal berintegrasi. Biggs
kemudian menunjukkan implikasi kebutuhan personal terhadap kurikulum, jika dimaksudkan
memperlengkapi orang – orang dengan persekolahan untuk menghadapi perubahan secara
efektif. Implikasi yang dia katakana ditempatkan dalam table 3, dan diadopsi langsung dari
makalah asli Biggs.

TABEL
KARAKTERISTIK KURIKULUM UNTUK
MENGHADAPI PERUBAHAN
no
1.

Aspek Kurikulum
Orientasi pada waktu

Karakteristik
Orientasi untuk menghadapi masa depan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

2.

Tujuan eksplisit belajar

100

Ekspresif. Ditentukan oleh pelajar itu sendiri. Pada
mulanya kaku, akhirnya menjadi semakin sesuai dengan
kemajuan belajar.

3.

Evaluasi

Internalized : pelajar mencerminkan performance
mereka dan menyiapkan sendiri evaluasi mereka.

4.

Motivasi

Pada dasarnya intrinsic. Motivasi ekstrinsik dapat
digunakan untuk membawa kuda ke air, tetapi . . . .

5.

Kurikulum implicit ( dalam Pelajar pada akhirnya dapat membuat keputusannya
istilah amat umum )

sendiri. Masa depan tidak diketahui, tetapi itu mrnjadi
tantangan yang harus mereka hadapi.

Analisis tiga dimensi terhadap kurikulum.
Untuk menunjukkan lebih spesifik adopsi PSH, yang akan sangat berarti untuk
praktek dalam kelas, digunakan tiga dimensi analisis terhadap kurikulum. Dimensi pertama
meliputi bidang aktivitas kelas. Dimensi ini dikonsepsikan atas dasar analisis kurikulum
Bloom, yang disebut dengan Taxonomi. Empat bidang aktivitas kelas diseleksi dari daftar
yang telah dikembangkan oleh Bloom beserta rekan kerjanya, yaitu:
1. Metode dan bahan belajar dan pengajaran,
2. Aktivitas guru,
3. Aktivitas murid,
4. Evaluasi.
Dimensi kedua, dalam istilah implikasi kurikuler dari konsep PSH akan dimasukkan secara
khusus ke dalam domain psikologis. Tiga wilayah berfungsinya kejiwaan akan dipergunakan
dalam analisis ini, yaitu:
1. Fungsi kognitif,
2. Sistem motivasi,

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

101

3. Variable sosio affektif.
Tiga dimensi analisis telah didopsi untuk menjaga approach kejiwaab dasar yang diikuti
dalam seluruh teks ini, analisis dalam bidang kognitif, motivasi dan affektif. Dimensi ketiga
dipergunakan dalam analisis implikasi terhadap kelas, yaitu konsep PSH itu sendiri. Implikasi
teoritis terpenting PSH terhadap sekolah dan pusat belajar di luar sekolah adalah konsep
integrasi vertical dan horizontal. Untuk alas an ini dimensi ketiga analisis terdiri dari dua
tingkat, yaitu:
1. Integrasi vertical,
2. Integrasi horizontal.
Spesifikasi mendetail aktivitas dalam kelas sesungguhnya di luar ruang lingkup
pembahasan teks ini. Bagaimanapun juga dimungkinkan untuk menunjukkan tujuan spesifik
dan relative cocok untuk kurikulum yang pada akhirnya dapat dirumuskan oleh guru dalam
bentuk tingkah laku di kelas sesungguhnya. Jadi yang diperlukan adalah menyatakan tujuan
umum yang mengacu pada situasi sebenarnya yang terjadi di kelas. Untuk itu, akan
dipergunakan model tiga dimensi yang baru saja dikemukakan garis besarnya. Tujuan atau
ideal PSH akan dispesifikasikan dengan menentukan wilayah aktivitas kelas. Wilayah yang
dimaksudkan adalah pengajaran, metode dan bahan belajar, aktivitas guru, aktivitas murid
atau evaluasi dan juga spesifikasi domain psikologis yang dengan berfungsinya kognitif,
struktur motivasi, atau faktor – faktor sosio afektif. Pada akhirnya dengan menspesifikasikan
aspek – aspek khusus yang terlibat dalam PSH, yaitu integrasi vertical atau horizontal. Tujuan
kurikulum khusus harus dispesifikasikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan usaha
membantu integrasi horizontal fungsi kognitif melalui jenis aktivitas murid yang terlibat, dsb.
TABEL
TUJUAN DALAM BIDANG AKTIVTAS – AKTIVITAS GURU
Daomain Psikologis
Kognitif

Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Integrasi Horizontal
Integrasi Vertical
1. Guru adalah coordinator 1. Guru mengacu ke belakang dank e
pengetahuan.
2. Guru
bimbingan
informasi.

depan dalam menyajikan bahan.
menyediakan
sumber

2. Guru

menekankan

peningkatan

kemudahan pemecahan masalah
dengan belajar baru.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

3. Guru “ inter – learns “
dengan murid.

3. Guru
dengan

menekankan
pengetahuan

102

kemajuan
baru

dan

bertambahnya usia.
4. Guru
Kognitif ( lanjutan )

menjadi

model

belajar seumur hidup.

5. Guru

menitik

beratkan

hubungan antara belajar di

4. Guru menunjukkan pengetahuan
masa silam.
5. Guru mendiskusikan dunia masa
depan di dalam kelas.

sekolah dengan efektivitas
kehidupan nyata.

6. Guru menitik beratkan sesuatu
tetap up to date.

6. Guru

menggambarkan

pengalaman

diluar

sekolah.
7. Guru

menggambarkan

informasi di luar sekolah.
8. Guru
bahan

menggambarkan
yang

patutu

dicontoh dari kehidupan
nyata.

1. Guru mengajar penggunaan belajar
baru untuk memecahkan masalah.

1. Guru memperkuat belajar
yang
Motivasi

diarahkan

sendiri

oleh murid.

2. Masalah tak terpecahkan untuk
sementara ditunda sampai terjadi
belajar baru.

2. Guru mengajar aplikasi
silang pengetahuan.

3. Guru juga mengusahakan belajar
baru.

3. Guru

membantu

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
perkenalan dengan issu –
issu di luar sekolah.

103

4. Guru menunjukkan keinginan pada
perubahan.

4. Guru menghargai usaha
mengaplikasikan
pengetahuan sekolah ke
dalam kehidupan nyata.
5. Guru menghargai dan mendorong
perencanaan untuk masa depan.
5. Guru

meningkatkan

partisipasi

orang

tua

murid dan elemen lain
masyarakat

dalam

1. Guru menetapkan dirinya sebagai
pelajar terus menerus.

persekolahan.
1. Guru mrnrtapkan dirinya
sebagai anggota network
belajar yang luas termasuk
dunia luar sekolah.

2. Guru menyajikan pelajaran sebagai
jalan untuk mengembangkan diri

affektif

2. Guru menyesuaikan sikap

sendiri.

koleganya kepada murid.
3. Guru menghilangkan kecemasan
3. Guru menurunkan tingkta
imagenya

tentang masa depan.

dihadapan

murid.

TABEL
TUJUAN KELAS DALAM BIDANG AKTIVITAS MURID
Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Daomain
Psikologis
Integrasi Horizontal
Integrasi Vertical
Kognitif
1. Murid menerapkan
1. Murid memanfaatkan belajar
pengetahuan antar disiplin.
terdahulu sebagai basis untuk
belajar sekarang.
2. Murid menetapkan metode

2. Murid melihat belajar sekarang

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
antar displin.

104

sebagai basis belajar akan dating.

3. Murid mengakui taktik
dalam displin dan melihat
dasar yang sama.

3. Murid menganalisa hubungan
belajar masa lalu dan masalah
masa kini.

4. Murid memperkenalkan
contoh dan bahan dari
dunia luar.

4. Murid bertindak sebagai sumber
informasi untuk yang lebih muda
dan mencari informasi dari orang
lain.

5. Murid menerapkan
keterampilan di sekolah
untuk issu – issu di luar
sekolah.

5. Murid merencanakan belajar masa
depan di pikirannya.

6. Murid menujukkan
kekenalannya dengan
sumber pengetahuan yang
berbeda.
Motivasi

1.

Murid mencari belajar baru
ketika berhadapan dengan
masalah, sedangkan pengetahuan
mereka sekarang tidak memadai
digunakan untuk memecahkannya.

2.

Murid mengalami kepuasan
ketika masalah lama dapat
dipecahkan dengan belajar baru.

3.

Murid secara aktif mencari
kesempatan untuk belajar teus –
menerus.

1.

Murid menunjukkan pengertian
tentang belajar sebagai alat untuk
mengembangkan diri di masa

1. Murid mencari belajar
baru.

2. Murid mengalami kepuasan
dan penghargaan dalam
belajar.
3. Murid menunjukkan
kesediaan untuk
mendapatkan belajar.
4. Murid berusaha
mendapatkan inovasi dan
perkawinan antar disiplun
untuk memecahkan
masalah.
5. Murid menunjukkan
kesediaan untuk
mengasumsikan peranan
sebagai pemimpin tutor
untuk temannya.
Affeksi

1.

Murid menganggap
belajar sebagai alat umum

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS
untuk memecahkan
masalah.
2.

3.

Daomain
Psikologis
Kognitif

depan.
2.

Murid melihat
ketidakmemadaian pengetahuan
sekarang sebagai alat untuk
memecahkan seluruh masalah di
masa depan.

3.

Murid mentapkan diri mereka
sebagai orang yang mampu
menghadapi perubahan peranan
sosial.

4.

Murid merencanakan untuk
belajar di masa depan.

Murid menetapkan
sekolah sebagai bagian
network belajar.
Murid menetapkan diri
mereka sebagai bagian dari
network belajar.

4.

Murid mengaggap
pengetahuan sebagai suatau
tenunan tunggal.

5.

Murid menentukan diri
meraka sabagai pemimpin,
inovator dan juga pengikut
yang baik.

105

TABEL
TUJUAN KELAS DALAM BIDANG EVALUASI
Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Integrasi Horizontal
Integrasi Vertical
1.
Kredit positif
1.
Evaluasi mendiaknosis
diberikan untuk mengakui
kemunduran masa lalu dan berarti
rantai silang terdapat dalam
sekaligus tindakan penyembuhan.
pengetahuan.
2.
Evaluasi menunjukkan
2.
Prosedur evaluasi
kememadaian dalam belajar
menekankan aplikasi
sekarang sebagai basis untuk belajar
pengetahuan untuk
dimasa depan.
pemecahan masalah.
3.

Fungsi evaluasi
sebagai informasi atau
umpan balik untuk
menunjukkan kekurangan
pengetahuan, bukan sebgai
alat penyortiran murid.

4.

Kredit diberikan
untuk aktifitas di luar
sekolah.

3.

Evaliuasi menyediakan
landasan untuk titik lompat belajar
baru, evaluasi kembali dan
seterusnya.

4.

Evaluasi sebagai basis untuk
merencanakan masa depan.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

106

Motivasi
1.

Evaluasi menghargai
keterampilam sekolah ke
dalam kehidupan nyata.

1.

Evaluasi membantu
pengembangan keinginan untuk
belajar dimasa depan.

2.

Evaluasi mengganjar
aplikasi keterampilan di
;luar sekolah.

2.

Evaluasi menentukan harapan
yang sepantasnya untuk masa
depan.

3.

Prosedur evaluasi
digunakan untuk membantu 3.
Evaluasi mengokohkan harapan
pengukuran diri sendiri.
kesuksesan di mas depan.

4.

Evaluasi digunakan
untuk motivasi belajar
baru.

5.

Evaluasi menolong
untuk
membantupertumbuhan
tingkat aspirasi yang
realistis.

1.

Evaluasi menekankan
pengertian yang lebih jelas
tentang diri dan
kemampuannya.

2.

Evaluasi membantu
pertumbuhan image diri
tentang kemampuan dalam
banyak bidan.

Affeks

3.

Evaluasi menyajikan
bimbingan berkenaan
interelasi murid dengan
dunia nyata.

4.

Evaluasi
mengintegrasikan
informasi yang diperoleh di
uar sekolah.

5.

Evaluasi
mengintegrasikan orang –
orang dari luar sekolah.

4.

Evaluasi mengiring
pengkokohan tujuan yang dapat
direalisir.

1. Evaluasi menyajikan gambaran
yang menarik akal tentang
bagaimana seseorang
mengembangkan dirinya di masa
depan.
2. Evaluasi mengokohkan perasaan
yakin akan kemampuan dirinya
untuk menghadapi masa depan.
3. Evaluasi mengokohkan image diri
sebgai orang yang mampu
menghadapi segalanya melalui
belajar.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

107

BAB XII
“EVALUASI DAN PERUBAHAN PENDIDIKAN”
A. EVALUASI DAN PERUBAHAN PENDIDIKAN
Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan evaluasi pendidikan. Secara
etimologis evaluasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang berarti
penilaian. Sedangkan secara terminologis evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan
untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan dan usaha untuk mencari umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan
dan perubahan pendidikan.
Evaluasi menunjukkan suatu proses integral dari kehidupan sehari-hari
seorang individu di dalam masyarakat. Bentuk evaluasi ada dua macam teknik, yaitu
teknik non-tes dan teknik tes. Teknik non-tes tidak menggunakan perangkat soal yang
dikerjakan sedangkan teknik tes menggunakan perangkat soal yang dikerjakan peserta
didik. Adapun tujuan evaluasi pendidikan menurut Arikunto (2004) ada dua yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum evaluasi pendidikan, yaitu :
1. Untuk menghimpun bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bahan bukti
mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami oleh peserta didik.
2. Untuk mengetahui efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan khusus dari evaluasi pendidikan adalah :
1. Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri
peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
2. Untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan atau
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar perbaikannya.

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

108

3. Cronbach (1963) evaluasi sebagai alat penyedia informasi untuk membuat
keputusan.
Berdasarkan bentuk dan tujuannya, evaluasi menunjukkan :
a. Suatu pengalaman permulaan atau mencari,
b. Diinterprestasikan dengan cara standar aturan atau prinsip-prinsip,
c. Menghasilkan keputusan yang bagus atau yang diinginkan.
Bila digambarkan dalam istilah umum, evaluasi dapat dilihat sebagai
fundamental yang mengatur mekanisme kehidupan laki-laki dan perempuan di dalam
masyarakat. Dalam arti individu-individu dan kelompok-kelompok secara konstan
menterjemahkan pengalaman mereka sendiri untuk membentuk pengalaman yang
akan datang.
Evaluasi pendidikan biasanya dihubungkan dengan pertumbuhan, inovasi,
pembaharuan dan perkembangan. Itu bisa berfokus kepada kebutuhan dan kemajuan
dari pelajar itu sendiri, agar memudahkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi
secara langsung.
Evaluasi mungkin mengetes keseluruhan keefektifan dan keinginan dari
kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar di dalam konteks yang ada. Apakah
berfokus pada pelajar atau pada kondisi yang mempengaruhi belajar. Evaluasi adalah
alat-alat dimana para partisipan di dalam belajar mengajar juga orang lain yang
berminat mendapatkan perubahan-perubahan yang dibutuhkan atau tidak, sehingga
untuk menentukan keefektifan dari pemecahan yang timbul dengan kebutuhankebutuhan tersebut.
Banyak evaluasi di dalam pendidikan informal. Itu didasarkan kepada
keputusan-keputusan para pelajar dan lainnya yang secara langsung terlibat dalam
proses belajar, usaha-usaha yang baik pada saat perubahan dan modernisasi sistem
pendidikan dari masyarakat apapun tidak dapat dihindari, semua tergantung pada
evaluasi.
Havelock (1971) dan Huberman (1973) menekankan hubungan di antara
pembaharuan dan evaluasi di gambarkan tiga model dasar perubahan pendidikan.
Model pengembangan dan riset secara umum adalah :
a.) Penelitian dasar yang menuju ke penemuan,
b.) Design dan rekayasa penerapan-penerapan,
c.) Pembaharuan, dan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

109

d.) Pengambilan potensi / kemampuan pemakai.
Contoh :
Evaluasi formatif dan sumatif, interaksi sosial, dan problem solving (konselor).
Evaluasi secara natural melihat pada kegiatan pendidikan apa saja yang tidak
dapat dibantah mengenai kepentingannya. Mengingat evaluasi dihubungkan dengan
cara yang berguna dan konstruktif. Evaluasi harus adaptif pada nilai-nilai filosofis
pendidikan dari pada peserta di dalam proses pendidikan yang ada.
Sumber-sumber :
1. Arikunto,Suharmi.1997.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t114-pengertian-evaluasi-pendidikan.
[Diunduh tanggal 10 November 2011].
2. Sudijono, Anas. 1996. Evaluasi Pendidikan.
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t117-tujuan-evaluasi-pendidikan.
[Diunduh tanggal 10 November 2011].
B. KONTEKS SOSIAL DAN BUDAYA BAGI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Pendidikan seumur hidup digambarkan sebagai “Master bagi kebijaksanaan
pendidikan”. Secara tegas, pendidikan seumur hidup bukan suatu konsep atau teori,
tapi merupakan suatu perangkat prinsip dasar untuk mendorong demi pendidikan
mendatang,(serta di gunakan untuk menunjang pendidikan sosial kita di masyarakat)
dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga diharapkan suatu
masyarakat dapat menyesuaikan diri / beradaptasi.(serta masyarakat primitif bisa
merubah diri menjadi masyarakat yang modern dengan adanya teknologi yang
semakin maju) Sebab lingkungan sosial dimana seseorang dibesarkan mengkondisi
pertumbuhan kejiwaan dan kepribadian. Keuntungan sosialisasi adalah seseorang
dengan mudah dapat berfungsi dalam masyarakat tertentu( yaitu dapat mendukung
kelangsungan hidup individu,mengembangkan kemampuan berkomunikasi,membantu
membentuk kepribadian individu)
Banyak negara-negara yang kurang berkembang sangat sukar untuk bisa
membangun sekolah-sekolah yang masih tradisional dengan cepat, bila dibandingkan
dengan negara yang modern di mana tingkat ekonominya sudah baik yang dijadikan

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

110

sebagai sarana. Masyarakat yang sudah berkembang maju akan melihat pada system
penyampaian pendidikan, di mana masyarakat setelah usia sekolah meningkatkan
keterampilan kerja dan menggunakan waktu luangnya secara produktif.
Untuk itu, pendidikan seumur hidup merupakan mata rantai dalam perkembangan
sosial budaya, baik dengan pekerjaan maupun tindakan masyarakat. Pendidikan
seumur hidup tidak dapat ditentukan sebagai filosofi pendidikan yang utuh atau teori.
Itu hanyalah suatu cara untuk mengkonseptualisasikan dan mengkomunikasikan
kenyataan di dalam dunia yang cenderung kepada peningkatan peran pendidikan di
masyarakat. Pendidikan menjadi alat sosial yang utama untuk meningkatkan
pertumbuhan individu dan perwujudan diri.
MenentukanPendidikanSeumurHidup
Perangkatdariprinsippendidikanseumurhidupmerupakansuatu yang
bersifateklitikdaninklutif.Biladigabungkanmerupakansuatupandangan yang holistic
daripendidikan yang beroperasidalammasyarakatbelajar yang menjadi ideal
dimanaindividuterlibatsecarapribadidansosial di dalambelajarsepanjanghayat.
Persamaandandemokratisasipendidikanmerupakanperwujudan di
dalampendidikanseumurhidup, merupakansuatuhal yang pentinguntukevaluasi.Di
dalamevaluasi literature merupakansuatuhal yang vital, di
masalampautelahseringdifungsikankompetisidiantaraparapelajar.Secaraindividumaupunkolek
tif, evaluasimemberikan control
belajardalambantuanmengembangkanotonomidanketergantungansecaraoperatif.Demikianitus
uatu yang fleksibeldanpendekatan – pendekatan yang tidaksebagaihukumanpadaevaluasi
yang diterapkan.
KESERTAAN DALAM PRINSIP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Prinsip-prinsip asli dari pendidikan seumur hidup diambil dari suatu perangkat
konsep-konsep karakteristik dan mengerahkannya pada topik-topik kurikulum sekolah,
strategi belajar dan evaluasi. Karya ini tidak akan digambarkan disini kecuali bila merupakan
suatu yang berhubungan dengan evaluasi. Namun skop dan kesertaan prinsip-prinsip sebagai
berikut (Dave 1975) :
Pendidikan seumur hidup adalah konsep komprehensip yang menyertakan belajar
secara formal maupun nonformal dan informal yang diluaskan melalui kehidupan individu
untuk mendapatkan pengembangan baik secara personal maupun sosial. Pendidikan seumur
hidup mencari pandangan suatu pendidikan dalam totalitasnya menyertakan belajar terjadi di
rumah, sekolah, masyarakat dan tempat kerja serta melalui mas media, melalui situsasi lain
untuk mendapatkan dan meningkatkan kesejahteraan/keenakan.
Proses pendidikan seumur hidup sangatlah kompleks dan dalam hal ini pula muncul
tentang pelembagaan dalam konsep pendidikan terus menerus. Pelembagaan pendidikan
dalam bentuk persekolahan terbatas hanya untuk usia anak-anak dan adolescen. Keterbatasan
konvensional persekolahan formal untuk periode antara 6 sampai 18 tahun biasanya berasal
dari pertimbangan ekonomi dan sosial. Umpamanya, orang tua akan mengalami kesulitan
yang amat sangat dalam membiayai anaknya yang seluruh waktunya digunakan untuk

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

111

pendidikan sampai usia 30 tahun atau lebih. Dalam waktu yang sama, kebutuhan masyarakat
akan tenaga kerja tidak dapat dipenuhi oleh sistem persekolahan full-time yang harus diikuti
oleh orang-orang sampai pertengahan usia dewasa. Jelas bahwa organisasi tradisional
persekolahan dibenarkan oleh dan memperkuat seperangkat kepercayaan kejiwaan tentang
belajar. Meskipun barangkali tidak penting untuk dijadikan pertimbangan utama dalam
pengembangan persekolahan seperti yang ada sekarang, namun praktek masa kini jelas
mencerminkan pendirian bahwa usia yang terbaik untuk belajar adalah selama masa usia
persekolahan yang terjadi sekarang ini. Proses pendidikan seumur hidup yang sekarang
cenderung mengalami perubahan dapat dengan mudah dapat kita jalankan dengan metode
belajar dimanapun, kapanpun dengan siapapun, sehingga proses belajar yang kita butuhkan
berlaku secara terus menerus.
KRITERIA EVALUASI BAGI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Kriteria evaluasi merupakan standart bagi fenomena / gejala yang diletakkan dan di
pakai secara jelas kriteria sebagai standart umumnya dipakai secara diskriptif yang
membedakan antara apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan .oleh karena itu
kriteria adalah satu refrensi konflik bagi prinsip prinsip abstrak atau aturan mendefisinikan
apa yang baik.
Kegiatan pada kriteria evaluasi bagi pendidikan seumur hidup masih merupakan
tahapan yang awal.Namun permulaan dalam proses ini dibuat dalam proyek evaluasi
kurikulum yang bersifat multinasiounal .Salah satu dari dua tujuan utama proyek ini ialah
mengisolasikan ciri ciri yang ada dari kurikulum yang mencukup prinsip prinsip pendidikan
seumur hudup.
Kriteria evaluasi itu dibagi menjadi tiga tingkatan :
Pertama, kriteria umum secara relatif ,kedua,mendefinisikan kondisi kondisi yang diinginkan
dan yang terakhir dua atau lebih spesifikasi yang dikembangkan pada masing masing
peryataan kriteria.
Daftar yang membantu prinsip prinsip pendidikan seumur hidup :
1. Integrasi horisontal
Fungsi khusus dalam pendidikan seumur hidup pula menjadikan konsep serta proses
belajar individu menjadikan persekolahan tidak hanya terjadi pada sektor formal. Dengan
hal ini menekankan untuk menghubungkan antara sekolah sekolah dan lembaga lembaga
sosial serta struktur yang memenuhi fungsi pendidikan atau adanya kerjasama di antara
pendidikan sekolah dan luar sekolah sebagai perwujudan belajar sepanjang hayat.
Kriteria dan spesifikasi yang bersifat ilustrasi
1. Integrasi antara rumah dan sekolah
2. Integrasi antara rumah dan masyarakat
3. Intgarasi rumah dan kerja
4. Integrasi diantara sekolah,budaya,lembaga,organisasi dan kegiatan kegiatan
5. Integrasi antara sekolah dan mas media
6. Integrasi dari subyek belajar
7. Integrasi diantara subyek kurikulum dan kegiatan ekstra kurikulum

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

112

8. Integrasi pelajar yang memiliki ciri ciri yang berbeda
II. Vertikal Articulasi :
Artikulasi diantara unsur-unsur kurikulum pada level yang berbeda dan kurikulum sekolah,
pra sekolah serta pasca sekolah untuk pencapaian system pendidikan yang lingkungannya
berbeda,khususnya berorientasi pada tingkat umur yang berbeda dari masyarakat.
Dalam literatur pendidikan seumur hidup, pra sekolah dan pasca sekolah bukanlah
menerapkan pelengkap sekolah,tetapi merupakan partner yang berdiri sejajar.
Kriteria dan spesifikasi secara ilustrasi :
1. Integrasi di antara pengalaman,pra sekolah dan sekolah.
2. Integrasi di antara tingkat atau level yang berbeda di dalam sekolah.
3. Integrasi di antara persiapan sekolah dan aktivitas pasca sekolah.
Dalam evaluasi sering berguna membedakan antara cara pendidikan dan tujuan
pendidikan. Perbedaan cara dan tujuan tidak selalu mudah dibuat. Macam kapasitas yang
mungkin dihubungkan dengan konsep kependidikan bisa didefinisikan sebagai tujuan dalam
sense referensi pada kapasitas yang dikembangkan dalam pembelajaran. Tetapi kapasitas
seperti itu sama-sama merupakan pada jenis tujuan pembelajaran lain.
Demikian juga nampaknya tepat untuk memandang metode atau proses pendidikan
sebagai cara,sedangkan memandang outcome yang dimanifestasikan dalam pembelajaran
sebagai tujuan. Kedua daftar kriteria yang baru saja diberikan tertuju pada cara menyusun
pendidikan.
Kriteria lain dalam kelompok yang mengikuti biasanya dianggap sebagai cara dalam
sense,dalam kriteria itu lebih ditujukan pada proses atau struktur pendidikan daripada
outcome yang dimanifestasikan dalam pembelajar atau dalam masyarakat sebagi keseluruhan.
Selagi kriteria itu berasal dari konsep pendidikan seumur hidup,kriteria itu di sini dianggap
sebagai kriteria dalam sense yang sama yang mana perubahan yang diinginkan dalam
pembelajaran adalah kriteria.

III. Orientasi pada pertumbuhan diri :
Perkembangan dalam pembelajaran dari karakteristik pribadi yang menyumbangkan
pada proses jangka panjang pertumbuhan dan perkembangan yang mengangkut kesadaran
diri yang realistik ,minat pada dunia dan pada orang lain ,keinginan mencapai kriteria internal
untuk membuat evaluasi dan penilaian dan semua kesatuan kepribadian.
Kelompok ini memesukan kriteria yang mensefisinikan berbagai aspek pertumbuhan
pribadi.Beberapa elemen dari konsep pendidikan yang lebih luas jelas berasal dari
sini,khususnya yang berhubungan dengan motivasi dalam pembelajaran.
Kriteria sasaran pada hasil dari proses pendidikan secara terus menerus:
1. Pengertian diri sendiri
2. Minat pada manusia dan dunia lingkungan
3. Motivasi pencapaian

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

113

4. Pembentukan kriteria penilaian internal
5. Pembentukan nilai nilai dan sikap sikap progesif
6. Intergasi dari kepribadian
Pembelajaran yang terarah diri :
Individualisasi dari pengalaman belajar terhadap tujuan pengembangan skill dan kompetensi
pembelajar dalam perencanan,pelaksanan dan evaluasi dari aktivitas sebagai individu dan
sebagai anggota kelompok belajar yang coperatif.
Spesifikasi ilustrasi dan kriteria :
1. Partisipasi dalam planing,pelaksanaan,dan evaluasi belajar
2. Individualisasi dari perkembangan
3. Perkembangan dari skill pembelajaran diri
4. Perkembangan dari skill antar pembelajaran
5. Perkembangan dari evaluasi diri dari evaluasi kerjasama dari skill.
Pemeriksaan dari spesifikasi untuk kelompok ini menyarankan paling tidak tiga kunci
asumsi mengenai bagaimana orang belajar,mungkin diduga dari kriteria ini :
a. Jika pembelajaran diindividualisasikan dalam langkah,metode,dan isi, maka
pembelajar akan belajar bagaimana menyeleksi dan menggunakan pendekatan
yang paling cocok bagi mereka sebagai individu pengetahuaan ini akan
memudahkan perkembangan pengarahan diri dalam belajar.
b. Jika pembelajar diberi pengalaman dalam membuat keputusan mereka dan
berhubungan dengan konsekuensi keputusan itu,maka mereka akan menjadi
termotivasi dan kompeten untuk mengarahkan pembelajaran mereka di masa
mendatang.informal seperti diimplikasikandengan pelatihan dalam pekerja atau
kegunaan tv umum untuk tujuan pendidikan.
c. Apakh tujuan evaluasi adalah membuat penelitian tentng pembelajaran atau
tentang kondisi yang mempengaruhi pembelajaran.
d. Apakah konsepsi dari praktek evaluasi condong kepada model perkembangan dan
penelitian atau hubungan manusia dan atau model penyelesaian makalah.
Praktikum pada proses pendidikan secara terus menerus pula dapat menjadikan
individu memiliki motivasi dalam hal penyiapan keterampilan yang tersedia dan
diperlukan,maka dari hal ini diperlukannya proses belajar yang terjadi secara terus
menerus.Tujuan utama persekolahan adalah menyiapkan anak untuk kehidupan
yang akan datang, maka belajar dipandang sebagai sesuatu yang tidak relevan
dengan kehidupan sehari-hari daripada anak didik.
Pendapat yang menekankan pada dua hal,yaitu’’horizontal intregation’’

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PLS

114

dan’’vertikal integration’’yang pertama dimaksudkan, bahwa belajar disekolah
hendaknya dikoordinasikan dengan komponen lain didalam masyarakat tempat
anak memperoleh pengalaman belajar,misalnya keluarga,perkumpulanperkumpulan pemuda,masyarakat,tempat kerja,pergaulan dengan teman-teman
sebaya,dan sebagainya. Selanjutnya dikemukakan sebagaian besar anggota
masyarakat hendaknya dipandang sebagai/suatu integrasi yang luas,dan bukan
sesuatu yang kurang berhubungan antara disiplin ilmiah yang satu dengan yang
lain.
Masyarakat Nasional yang sedang berkembang dan maju
Dalam masyarakat yang kurang berkembang prinsip pendidikan seumur hidup ini
menawarkan cara alternatif untuk pencapaian dasar pendidikan untuk perkembangan
ekonomi masyarakat secara keseluruhan,yang mungkin memiliki daya tarik yang besar.
Metode yang digambarkan dari antropologi dan etnologi mungkin jauh lebih berguna sebagai
model untuk evaluasi dalam daerah pedesaan dari pada model perkembangan dan penelitiaan
yang ditunjukan pada permulaan bab ini.
Individu dan Kolektifitas
Perbedaan yang kedua ini berhubungan dengan perbedaan mengembangkan dan
dikembangkan.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close