Performative Competence Politisi di Ruang Cyber Pra.ppt

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 452 | Comments: 0 | Views: 211
of 17
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content


Performative Competence
Politisi di Ruang Cyber Pra-
Pemilu 2014
Holy Ichda Wahyuni
Vella Rohmayani
Radius Setiyawan

• Demokratisasi Internet.

• Thomas L Friedman dalam The World of
Flat : Terjadi pendataran karena tegnologi
Internet.
1.Latar Belakang


Sumber: http://www.checkfacebook.com/
Rangking Negara Jumlah Akun
1 Amerika 154,040,460

2 Indonesia 39,568,620

3 India 33,587,640
4 Turki 29,951,960
5 Inggris 29,942,160
6 Meksiko 28,150,240
7 Philipina 26,056,340
8 Brasil 24,921,480
Jumlah Akun Facebook Berdasarkan Negara Tahun 2011
Pemilu 2014
• Momentum membangun citra diri bagi
politisi.

Cyberplace dan Cyberculture
Meninjau konsep yang digelontorkan oleh Christine Hine (2000),
David Bell melihat cyberpace atau ruang siber bisa didekati dalam
term “culture” dan “culture artefact”. Sebagai sebuang budaya
(culture), pada awalnya internet ditengarai sebagai model
komunikasi yang sederhana bila dibandingkan dengan model
komunikasi secara langsung atau face-to-face (Baym, 1998).
Performative Competence
• Sebuah usaha membangun citra dalam
rangka mendapat kepercayaan. Hal
tersebut meliputi :
a. Intepretative Competence
b. Role Competence
c. Self Competence
d. Goal Competence
e. Massange Competence
Rumusan Masalah
1. Bagaimana performative competence
para politisi diruang ciber pra-Pemilu
2014?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi
performative competence tersebut?
Hipotesis
Membangun Citra di Ruang Cyber
merupakan cara yang cerdas dan tepat
menjelang Pemilu 2014.
Batasan Masalah :
Penelitian ini berfokus pada konten dalam
facebook dan bukan studi khalayak atas
citra yang di munculkan dalam facebook.
Tinjauan Pustaka
1. Emmi Poentarie,Kontruksi citra melalui
media on-line, Studi pada web blog
Ahmad Hanafi Rais Kandidat Walikota
Yogjakarta 2011-2016. 2011
2. Performative Competece pada Forum
Jual beli Kaskus dalam upaya
membangun kepercayaan penguna
kaskus. 2012
3. Rully Nasrullah, Kontruksi Identitas
Melalui Bahasa Alay di Dunia Virtual. 2012
4. Jurnal International..?
Kerangka Teoritis

1. Budaya Ciber (Cyberculture) dan Ruang Cyber (Cyberplace)

Meninjau konsep yang digelontorkan oleh Christine Hine (2000),
David Bell melihat cyberpace atau ruang siber bisa didekati dalam
term “culture” dan “culture artefact”. Sebagai sebuang budaya
(culture), pada awalnya internet ditengarai sebagai model
komunikasi yang sederhana bila dibandingkan dengan model
komunikasi secara langsung atau face-to-face (Baym, 1998).
Bahwa interaksi face-to-face tidak hanya melibatkan teks sebagai
simbol atau tanda dalam berinteraksi semata. Ekspresi wajah,
tekanan suara, cara memandang, posisi tubuh,agama, usia, ras,
dan sebagainya merupakan tanda-tanda yang juga berperan dalam
interaksi antar individu. Sedangkan dalam computer madiatied
communication (CMC) interaksi terjadi berdasarkan teks semata
bahkan emosipon ditunjukkan dengan menggunakan teks, yakni
dengan simbol-simbol dalam emotion.
3. Model Performative Competence
Proses (internal) Kompetensi
Sarah Trenholm & Arthur Jense, 1996, p.13
Kompetensi Interpretif
(Sebuah Proses Pemahaman)

Kompetensi Peranan
(Sebuah Proses
Adaptasi)
Kompetensi Diri
(Sebuah Proses
Presentasi Diri)
Kompetensi
Tujuan/Sasaran
(Sebuah Proses
Perencanaan)
Kompetensi Pesan
(Sebuah Proses Pengkodean)
Metodelogi
Menggunakan Critical Discourse Analisis (CDA).
Subjek Penelitian :
Subjek penelitian terdiri dari akun Facebook 3 Politisi Calon Legislatif
2014-2019.
1. Caleg DPRD Kota/Kabupaten.
2. Caleg DPRD Provinsi
3. Caleg DPR RI




Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close