Pest is Ida

Published on July 2016 | Categories: Documents | Downloads: 167 | Comments: 0 | Views: 1037
of 21
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pestisida merupakan terjemahan bahasa inggris pesticide yang berasal dari bahasa

latin pestis dan cedo yang biasa diterjemahkan menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi kurang bijaksana dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi pengguna maupun linggkungan. Dampak buruk tersebut antara lain: mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun lambat, meracuni inang, resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat, terjadi resurjensi, yaitu populasi hama generasi berikutnya meningkat setelah aplikasi pestisida, karena ikut terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida. Bisa juga terjadi perangasangan produksi telur hama akibat penggunaan dan ntingkat dosis tertentu, munculnya hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama dan bahkan musuh alami sekunder ikut terbunuh. Akibatnya hama sekunder berkembang pesat dan menjadi hama utama, merusak mahluk berguna misalnya serangga penyerbuk, predator, parasit, dan pathogen, mencemari lingkungan, misalnya perairan, udara, dan sebagainya. Patut dicatat bahwa pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900 M , dengan memakai senyawa arsenat, sudah dipakainya pestisida ultra tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian, terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

1

Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam

didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot atau disiramkan. Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi hama. Berbeda didaratan eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium. Semenjak diketemukannya bahan-bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan tersebut, perkembangan pestisida semakin melonjak.Berbagai upaya pemikiran mulai dilontarkan untuk mendapatkan jenis-jenis pestisida baru yang lebih ampuh. Barulah kemudian diketemukan pestisida sintetis dari senyawa Dinitro dan Thiosianat. Namun ternyata sangat dirasakan, bahwa zat-zat pembasmi yang terdahulu belum begitu memuaskan. Maka tercipta DDT (Dicholro Diphenil Trichloroetana) pada tahun 1874 oleh seorang warga negara Jerman, Zeidler. Pada akhirnya pembuatan DDT merupakan babak baru dalam perkembangan industri pestisida. Dan semenjak itu makin banyak pestisida sintetis buatan manusia, derivatnya. Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian, dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida. Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran). baik yang betul-betul berbeda dengan DDT, maupun derivat-

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

2

1.2.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah : 1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari formulasi yang terdapat pada setiap kemasan pestisida.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

3

II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18 April 2011, pukul 09.00 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. 2.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah disiapkan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Palangka Raya. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan sejenisnya. 2.3. Cara Kerja Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan jenis sasarannya, kemudian masing-masing nama umum, nama dagang dan nama kimianya. Selanjutnya membuat dalam bentuk tabel yang telah disediakan.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan Tabel Hasil Pengamatan Penggolongan Dan Formulasi Pestisida NO 1 GOLONGAN PESTISIDA Insektisida NAMA PESTISIDA DURSBAN * 20 EC FORMULASI Emulsifiable Concentrate CARA APLIKASI Disemprot OPT SASARAN 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua). 2. Kutu daun (Myzus persicae). 3. Belalang (Locusta migratoria) 1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) 2. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius) 3. P engisap daun (Helopeltis sp) 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua). 2. Pengisap daun (Helopeltis sp) 1. Kutu daun(Aphis porni) 2. Kumbang pemakan daun (Aulocophara sp) 3. Perusak daun (Spodoptera spp)

2

Insektisida

DHARMABAS 500 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot

3

Insektisida

INDOVIN 85 SP

Soluable Powder

Disemprot

4

Insektisida

SUPRACIDE 25 WP

Wettable Powder

Disemprot

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

5

5

Insektisida

BANCOL 5O WP

Wettable Powder

Disemprot

6

Fungisida

DACONIL 75 WP

Wettable Powder

Disemprot

7 8

Fungisida Fungisida

RIDOMIL 35 Seed Dressing SD ANTRACOL 70 Wettable WP Powder

Disemprot Disemprot

9

Fungisida

BENLATE WP

Wettable Powder

Disemprot

10

Fungisida

DITHANE 430 F

Fumigan

Disemprot

11

Herbisida

RAMBO 480 AS

Aqueous Solution

Disemprot

12

Herbisida

POLARIS 200/8 Aqueous AS Solution

Disemprot

13

Herbisida

GRAMOXONE

Aqueous Solution

Disemprot

1. Perusak daun (Plutella xylostella) 2. Lalat daun ( Hydrellia sp) 3. Kutu daun (Myzus persicae). 1. Penyakit embun bul 2. Penyakit bercak ungu 3. Penyakit bercak daun Penyakit bulan jagung 1. Penyakit bercak daun 2. Penyakit bercak ungu 3. Penyakit busuk daun 1. Penyakit bercak daun 2. Penyakit karat daun Penyakit pada tanaman kakao dan kentang 1. Syneodralla modiflorat 2. Borariya alata 3. Agoratium caniyodes 1. Imperata cylindrical 2. Bororia sp 3. Cyperus sp 1. Cyperus rotondus 2. Brachinria sp
6

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

14

Herbisida

PATA-COL

Aqueous Solution

Disemprot

15

16

17

18

19

Kompilasi (Akarisida & Insektisida) Kompilasi (Fungisida & ZPT) Kompilasi (Insektisida & ZPT) Kompilasi (Nematisida, Insektisida, & Fungisida) Rodentisida

MITAL 200 EC

Emulsifiable Concentrate Emulsifiable Concentrate

Disemprot

FUJIWAN 400 EC

Disemprot

REGENT 50 SC SC

Disemprot

BASAMID-6

Granular

Ditabur

3. Borrerta sp 1. Ageratam conyroider 2. A. haws torium 3. Axowopus compressus 1. Tungau merah 2. Kutu putih 1. Tungau jingga 2. Padi 1. Lalat Bibit 2. Wereng Coklat 1. Ulat Tanah 2. Nematoda

PETROKUM RMB

RMB (umpan)

Diumpan/disebar

20

Rodentisida

MESOPHIDE 80 P

P (serbuk tepung)

21

Rodentisida

KLERAT RMB

RMB (umpan)

1. Tikus sawah (Rattus argentiventer ) 2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus) 3. Tikus Dicampur 1. Tikus sawah dengan (Rattus makanan, argentiventer kemudian ) diumpan. 2. Tikus semak (Rattus tiomanicus) 3. Tikus Diumpan/disebar 1. Tikus sawah (Rattus argentiventer ) 2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus) 3. Tikus
7

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

22

Bakterisida

AGREPT 20 WP

Wettable Powder

Ditabur

Pada tanaman Tomat Penyakit Pseudomonas

3.2. Pembahasan 3.2.1. Penggolongan Pestisida a. Insektisida Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas semua jenis serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.. Beberapa nama jenis insektisida antara lain, DURSBAN * 20 EC, DHARMABAS 500 EC, INDOVIN 85 SP, SUPRACIDE 25 WP, BANCOL 5O WP Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan manusia karena herbivora atau fitofak, sedangkan sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walaupun demikian ada pula serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), predator dan parasitoid pada serangga lain, penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya. Ukurannya sangat beragam. Ada yang besarnya kurang dari 0,25 mm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 25 cm. secara umum tubuh serangga terdiri dari kepala, dada dan perut. Pada dadanya terdapat 6 ruas kaki yang dapat bergerak. Serangga menyerang tanaman atau ternak untuk memperoleh makanan dengan berbagai cara, sesuai tipe mulutnya: y Menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik, ulat, dan belalang. Dengan mulutnya ini serangga dapat menggigit dan mengunyah bagian luar tanaman, mengugurkan daun tanaman, membuat lubang terowongan ke dalamnya, atau memakan buah y Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis,wereng, kutu perisai, kutu daun, kupu-kupu penusuk buah dan thrips

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

8

y

Menghisap, misalnya kupu-kupu dan ngengat. Binatang ini tidak merugkan sebatas yang dihisap hanya nectar atau madu dari bunga. Akan tetapi kebanyakan pada tingkat dewasa menjadi hama yang serius.

y

Mengunyah dan menjilat. Serangga bertipe mulut ini umumnya tidak merugikan manusia, justru memberi keuntungan , misalnya lebah.

y

Memarut dan menghisap dilakukan oleh thrips atau tungau. Jaringan tanaman yang di parut dengan paruhnya sehingga keluar cairan untuk dihisapnya. Jaringan yang terserang oleh hama ini senderung berwarna putih kemudian megarat.

Salah satu kesulitan pengendalian serangga adalah sifat serangga yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Sebagai contoh walaupun tanaman ksukaannya tidak ada, serangga masih bertahan hidup dengan memakan jenis tanaman apa saja yang ada. Seraangga juga tidak hanya menyerang tanaman di lahan pertanian, tetapi ada beberapa jenis yang menjadi hama gudang. Untuk membunuh serangga, inektisida nmasuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernapasan. a. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektisida seperi ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe pengigit dan pengunyah. b. Insektisida kontak (contac poisons) akan masuk tubuh serangga melalui kutikulanya. c. Insectisida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagiai fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang menhisap gas beracun dari fumigant. Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun fisik, peracun protoplasma, dan peracun pernapasan. a) Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

9

b) Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh serangga. c) Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim pernapasan.

b. Fungisida Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat. Beberapa nama jenis Fungisida antara lain, DACONIL 75 WP, RIDOMIL 35 SD, ANTRACOL 70 WP, BENLATE WP, DITHANE 430 F Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan. Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sproranya masuk kedalam bagian tanaman lalu mengasakan pembelahan dengancara pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisulo-bisul.

Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan system kerja jaringan pengangkut air menjadi terganggu sehingga kehidupan tanaman menjadi merana. Sebagi contoh kasus ini adalah penyakit akar gada pada kubis yang disebabkan oleh plasmodiophora brassiceae Wor. Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang, daun atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang dan sebagainya.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

10

Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini bisa dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel cendawan, fungisida dibedakan menjadi: y y y Fungisida kontak Fungisida sistemik Fungisida kontak-sistemik

Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada tanaman akan bertranslokasi ke bagian lain. Aplikasi dapat melalui penetrasi daun, melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh aka, atau injeksi melalui batang. Karena fungisida sistemik ini masuk ke jaringan tanaman, maka harus memenuhi syarat ideal sebagi berikut. a) Dalam tanaman inang bekerja sebagai toksikan. b) Mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun kimia terhadap pathogen dan tidak mengurangi kuantitas maupun kuantitas tanaman. c) Dapat diabsorbsi scara baik dan ditranslokasikan ke tmpat patogn serta stabil dalam tanaman inang. d) Terhadap mamalia bertoksisitas cukup renah. e) Mampu meningkatkan ketahanan inang.

Mengacu pada aplikasinya, fungisida bisa diberikan sebagai eradikan dan protektan. Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu peneyebab penyakit (patogen0 sudah ada di dalam tanaman, atau pada saat awal infeksi ada di permukaaan tanaman, atau sebagai gejala kerusakan sebagai irreversible. Untuk pathogen yang masih berada dipermukaan bagian tanaman cukup dikendalikan dengan fungisida kontak. Namun , bagi pathogen yang btelah msuk ke dalam tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungsida sistemik. Fungisida sebagi protektan diaplikasikan pada permukaan bagian tanaman , misalnya batang, daun dan buah sebelum terjadi infksi penyakit, atau bahkan

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

11

sebelum pathogen kontak dengan permukaan bagian tanaman. Apabila dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas: 1. fungisidal, yaitu membunuh jamur. 2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur 3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi. Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penymprotan, bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas untuk fumugan. Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanian, fungisida juga banyak diterapkanpada buah dn sayur pascapanen.

c. Herbisida Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol. Beberapa nama jenis Herbisida antara lain PATA-COL, GRAMOXONE, POLARIS 200/8 AS, RAMBO 480 AS Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pasca tumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benh ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

12

Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Contoh: y glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat y fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase. Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika dilihat dari waktu aplikasinya. a. Herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam tetapi tanah sudah dioleh. b. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan. c. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh. d. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua. Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan sistemik. 1. Herbisida kontak adalah mematikan jaringan gulma yang terkena. Herbisida ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Misalnya ceplukan

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

13

(Physalis angulata L), wedusan atau babadotan (Angeratum conyzoides L.) dan bayam duri (amaratus spinosa L.). gulma ini akan mati scara keseluruhan bila kontan dengan herbisida ini. Namun, bial diaplikasikan pada gulma tahunan yang mati hanya bagian atasnya. Jadi hanya seperti dibabat. Sedangkan akarnya tetap hidup. 2. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian total. Maka dari itu aplikasinya dapat dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma tahunan (perennial weed) misalnya alang-alang, teki, dan sembung darta dangat efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.

Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif. a. Herbisida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan. b. Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematiokan hamper semua jenis tumbuhan. Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap herbisida. Dengan demikian penggunaan herbisida dapat diperluas pada tanaman produksi tersebut. Usaha ini dapat menekan biaya produksi dalam pertanian berskala besar dengan mekanisasi. Contoh tanaman tahan herbisida yang telah dikembangkan adalah raps (kanola), jagung, kapas, padi, kentang, kedelai, dan bit gula. Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

14

pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit d. Rodentisida Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Beberapa nama jenis Rodentisida antara lain KLERAT RM-B, MESOPHIDE 80 P, PETROKUM RMB Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan, bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan. Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

15

e. Bakterisida Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.. Beberapa nama jenis Bakterisida antara lain, AGREPT 20 WP Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani.

Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil inin dilihat dari bentuknya ada yang bulat, berbentuk batang, dan spiral. Panjangnya antara 0,15 ± 6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri. Dengan ukurannya yang sangaat kecil ini bakteri mudah menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu dan lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan:  memecah sel sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan.  Memecah tepung menjadi gua dan menyederhanakan senyawa nitrogen yang koplek untuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup. Selain itu bakteri juga menghasilkan zat racun dan zat l;ain yang merugikan tanaman. Bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-sel inang membelah secara tidak normal. Didalam tanaman, bakteri ini kana bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya. a. Tipe penyakit pembuluh pengangkut air Bakteri ini memenuhi pembuluh pengangkut air dan

mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya bakteri pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cikelat pad akentang, terung dan tomat. b. Tipe penyakit jaringan parenkim

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

16

Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau pembusukan bagian tanaman yang terserang. c. Tipe penyakit hiperplastis Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lbih cepat dari biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol atau pembengkakan.

Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji, buah umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos dan pupuk kandang. Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas solanaceae yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

f. Kompilasi Pestisida Kompilasi adalah senyawa yang mengandung lebih dari satu bahan aktif beracun atau terdiri lebih dari satu penggolongan pestisida, atau dengan kata lain gabungan dari . Beberapa nama jenis Kompilasi pestisida antara lain, FUJIWAN 400 EC, MITAL 200 EC, BASAMID-6, & REGENT 50 SC.

3.2.2. Formulasi Pestisida Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain:

a. Bentuk Cair 1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

17

media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain. 2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan. 3. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot. 4. Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry. 5. Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan. 6. Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air. b. Bentuk padat 1. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot. 2. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan. 3. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

18

4. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan. 5. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih 6. Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan. 7. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida. Setelah kita memahami formulasi pestisida tentunya kita akan mudah dalam memilih bentuk formulasi pestisida yang akan kita gunakan. Jika kita akan mengaplikasikan langsung ketanah tentu kita akan memilih formulasi (G), dan jika kita akan menyemprot kita akan memilih formulasi EC, WP, SL dll. Sehingga tidak akan terjadi mengaplikasikan Furadan dengan cara direndam kemudian hasil larutannya disemprotkan ke tanaman. Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk. Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

19

III. PENUTUP

3.1.Kesimpulan Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, antara lain Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Nematisida, Akarisida, Rodentisida, Moluskusida, Herbisida, Pestisida, Formulasi pestisida. Kompilasi adalah senyawa yang mengandung lebih dari satu bahan aktif beracun atau terdiri lebih dari satu penggolongan pestisida, atau dengan kata lain gabungan dari . Beberapa nama jenis Kompilasi pestisida antara lain, FUJIWAN 400 EC, MITAL 200 EC. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Beberapa nama jenis insektisida antara lain, DURSBAN * 20 EC, DHARMABAS 500 EC, INDOVIN 85 SP, SUPRACIDE 25 WP, BANCOL 5O WP, Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. Beberapa nama jenis Fungisida antara lain, DACONIL 75 WP, RIDOMIL 35 SD, ANTRACOL 70 WP, BENLATE WP, DITHANE 430 F, Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan penTRgganggu yang disebut gulma. Beberapa nama jenis Herbisida antara lain PATA-COL, GRAMOXONE, POLARIS 200/8 AS, RAMBO 480 AS Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. Beberapa nama jenis Rodentisida antara lain KLERAT RM-B, MESOPHIDE 80 P, PETROKUM RMB Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Beberapa nama jenis Bakterisida antara lain, AGREPT 20 WP

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

20

DAFTAR PUSTAKA
Bottrel, D.G. 1979. Integrated Pest Management. Council of Environ. Quality. Washington D.C. Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan. Seminar terbatas 19 Maret 1981 Lembaga Ekologi Unpad Bandung. Kenmore, P.E. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI. Manila. Philippines. Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi, Bandung 25 ± 27 September 1982. Mc Ewen, F.L. and G.R.Stephenson. 1979. The Use and Significance of Pestiside in The Environment. A Wiley Intercience Publication. John Wiley & Sons, New York. Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pimentel, D. 1971. Ecological Effects of Pesticides on Nontarget Species. Office of Science and Technology. Washington D.C. Stack Number 4106-0029. Pimentel, D. 1982. Environmental Aspects of Pest Management. Chemistry and World Food Suplies. Chemrawn II. Pergamon Press. Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen. Smith, R.F.1978. Distory and Complexity of Integrated Pest Management. In: Pest Control Strategis. S.H. Smith and D. Pimentel (Ed.). Acad. Press. New York. Smith, R.F and J.L. Apple. 1978. Principles of Integrated Pest Control. IRRI Mimeograph. Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

21

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close